Islam, Rahmat Bagi Alam Semesta

Friday, June 15, 2012

Jaminan Sorga Bagi Nabi Muhammad Saw Dan Umatnya



  • Allah memberikan jaminan bahwa Nabi Muhammad akan masuk sorga
Agar Allah mengampuni dosamu (Muhammad) yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmatNya kepadamu dan menunjukimu jalan yang lurus. (QS. 48:2)
 
  • Allah memberikan jaminan bahwa Nabi Muhammad yang pertama masuk sorga.
Hadits riwayat Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: “Aku datang ke pintu sorga pada hari kiamat, lalu aku meminta supaya pintu sorga dibuka. Penjaga sorga bertanya: “Engkau siapa?” Saya menjawab: “Muhammad!” Lalu dia berkata: “Saya diperintahkan, supaya tidak membukakan pintu sorga kepada siapapun sebelum engkau.”
 
  • Allah memberikan jaminan bahwa 10 sahabat Nabi masuk sorga.
“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka sorga-sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS. At-Taubah: 100)
 
  • Allah memberikan jaminan bahwa 70.000 umat Nabi Muhammad akan masuk sorga tanpa hisab
Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya telah meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bahwa beliau berkata: “Ditampakkan beberapa umat kepadaku, maka ada seorang Nabi atau dua orang Nabi yang berjalan dengan diikuti oleh antara 3-9 orang. Ada pula seorang Nabi yang tidak punya pengikut seorangpun, sampai ditampakkan kepadaku sejumlah besar. Aku pun bertanya apakah ini? Apakah ini ummatku? Maka ada yang menjawab: ‘Ini adalah Musa dan kaumnya,’ lalu dikatakan, ‘Perhatikanlah ke ufuk.’ Maka tiba-tiba ada sejumlah besar manusia memenuhi ufuk kemudian dikatakan kepadaku, ‘Lihatlah ke sana dan ke sana di ufuk langit.’ Maka tiba-tiba ada sejumlah orang telah memenuhi ufuk. Ada yang berkata, ‘Inilah ummatmu, di antara mereka akan ada yang akan masuk sorga tanpa hisab, sejumlah 70.000 orang. Kemudian Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam masuk tanpa menjelaskan hal itu kepada para shahabat. Maka para shahabat pun membicarakan tentang 70.000 orang itu. Mereka berkata, ‘Kita orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti rasul-Nya maka kitalah mereka itu atau anak-anak kita yang dilahirkan dalam Islam, sedangkan kita dilahirkan di masa jahiliyah.’ Maka sampailah hal itu kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, lalu beliau keluar dan berkata, ‘mereka adalah orang yang tidak minta diruqyah (dimanterai), tidak meramal nasib dan tidak minta di-kai, dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakkal.” [HR. Bukhari  No. 8270]

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: "aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Akan masuk sorga sekelompok dari ummatku sejumlah 70.000 orang. Wajah-wajah mereka bercahaya seperti cahaya bulan.” [HR. Bukhari]
 
  • Allah memberikan jaminan bahwa umat Islam masuk sorga
Hadits Nabi,
يأبى قال من أطاعني دخل الجنة ومن عصاني فقد أبى رواه البخاري
Dari Abi Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setiap ummatku pasti akan masuk sorga, kecuali yang tidak mau.” Shahabat bertanya, “Ya Rasulallah, siapa yang tidak mau?” Beliau menjawab, “Mereka yang mentaatiku akan masuk sorga dan yang menentangku maka dia telah enggan masuk sorga.”

Dari Abi Said bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bila ahli sorga telah masuk sorga dan ahli neraka telah masuk neraka, maka Allah SWT akan berkata, Orang yang di dalam hatinya ada setitik iman, hendaklah dikeluarkan. Maka mereka pun keluar dari neraka.”

Dari Anas ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan dan di dalam hatinya ada seberat biji dari kebaikan.”

Rasulullah Saw bersabda: “Semua ummatku akan masuk sorga, kecuali orang yang enggan (tidak mau).” [HR. Bukhori 22/248]

Dari sedikit penjelasan di atas, maka sangat jelas bagi siapa saja yang mengerti bahasa Indonesia, bahwa Nabi Muhammad saw sudah dijamin oleh Allah sebagai penghuni Sorga!

Adapun kaum kuffar dan kaum munafik yang selalu berteriak-teriak menyerukan pemahaman mereka yang keliru tentang Nabi Muhammad saw yang menurut mereka belum dijamin masuk sorga, sebenarnya adalah bukti nyata betapa jauh mereka terperangkap dalam kebodohan diri sendiri sehingga sama sekali tidak mampu melihat kebenaran sejati sebagai akibat terlalu banyak dicekoki dogma "melawan akal" oleh para Bapa Gereja! 


Salam bagi kaum yang mengikuti petunjuk![Sumber: Islam Menjawab Fitnah]

BACA JUGA


Sunday, June 10, 2012

Jangan malu belajar Agama




بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Allah SWT berfirman,

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاء اللَّيْلِ سَاجِداً وَقَائِماً يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي
الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (QS. Az-Zumar[39]: 9).

Dari Ummu Salamah, dia berkata, Ummu Sulaim pernah datang kepada Rasulullah saw. seraya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak merasa malu dari kebenaran. Lalu, apakah seorang wanita harus mandi jika dia bermimpi? Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Jika dia melihat air (mani)." Lalu, Ummu Salamah menutup wajahnya dan berkata, "Wahai Rasulullah, apakah wanita itu juga bisa bermimpi?" Beliau menjawab,"Ya, bisa. Maka, sesuatu yang menyerupai dirinya adalah anaknya." (Hadis sahih, ditakhrij Ahmad 6/306, al-Bukhari 1/44, Muslim 3/223, at-Tirmizi, hadis nomor 122, an-Nasa'i 1/114, Ibnu Majah hadits nomor 600, ad-Darimi 1/195, al-Baihaqi 1/168-169).

Ummu Salamah datang kepada Rasulullah saw. untuk belajar. Ia memulai dengan ucapan, "Sesungguhnya Allah tidak merasa malu dari kebenaran." Maksudnya, tidak ada halangan untuk menjelaskan yang benar, sehingga Allah membuat perumpamaan dengan seekor nyamuk dan yang serupa lainnya, seperti dalam firman-Nya, "Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu." (Al-Baqarah: 26).Ummu Sulaim demikian pula, ia tidak malu untuk bertanya kepada yang lebih tahu perihal apa-apa yang mestinya ia ketahui dan pelajari, meskipun mungkin hal itu dianggap aneh. Sungguh benar perkataan Ummul Mukminin, Aisyah r.a., "Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Tidak ada rasa malu yang menghalangi mereka untuk memahami agama." (Diriwayatkan al-Bukhari 1/44).

Ummu Sulaim bertanya, "Apakah seorang wanita itu harus mandi jika dia mimpi bersetubuh?" Nabi saw. menjawab, "Jika dia melihat air." Maksudnya, ia harus mandi jika benar bermimpi dan ada bukti bekas air mani di pakaian. Namun, jika tidak, tidak perlu mandi. Setelah diberi jawaban yang singkat dan padat ini, Ummu Salamah langsung menutupi wajahnya seraya bertanya, "Apakah wanita itu juga bermimpi?"Keheranan Ummu Salamah itu bukanlah sesuatu yang aneh. Hal yang sama Pernah terjadi pada diri Aisyah yang lebih berilmu, seperti disebutkan dalam suatu riwayat dia berkata, "Kecelakaan bagimu. Apakah wanita akan mengalami seperti itu?" Dia berkata seperti itu dengan maksud untuk mengingkari bahwa wanita juga bisa bermimpi. Keheranan Ummu Salamah dan Aisyah r.a. lebih disebabkan ketidaktahuan. Karena, tidak seluruh wanita bisa bermimpi, melainkan sebagian mereka.

Namun, keheranan ini bisa dituntaskan oleh jawaban Nabi saw., "Na'am, taribat yaminuki," (Benar, seorang wanita bisa bermimpi). Kemudian ada bukti nubuwwah di akhir ucapan beliau: "Sesuatu yang bisa menyerupai dirinya adalah anaknya."Ilmu pengetahuan modern telah membuktikan perkataan itu. Laki-laki dan wanita saling bersekutu dalam pembentukan janin. Benih datang dari pasangan laki-laki menuju indung telur dalam tubuh wanita. Lalu, keduanya bercampur, dalam pengertian separo sifat-sifat yang diwariskan kira-kira bersumber dari laki-laki dan separo lainnya kira-kira berasal dari perempuan. Kemudian bisa juga terjadi pertukaran dan kesesuaian, sehingga ada sifat-sifat yang lebih menonjol antara keduanya. Dari sinilah terjadi penyerupaan.

Pelajaran berharga yang bisa dipetik, selagi kita dikungkung rasa malu dan tidak mau mengetahui hukum-hukum din, maka ini merupakan kesalahan yang amat besar, bahkan bisa berbahaya. Ada baiknya kita membiasakan diri untuk tidak merasa malu dalam mempelajari hukum-hukum Islam, baik hukum yang kecil maupun hukum yang besar. Sebab, jika seseorang, terutama wanita, lebih banyak dikungkung rasa malu, dia terhalang untuk mengetahui sesuatu.

Mujahid Rahimahullah berkata, "Orang yang malu dan sombong tidak akan mau mempelajari ilmu." Sebuah nasihat berharga yang secara eksplisit menganjurkan orang-orang yang mencari ilmu agar tidak merasa lemah dan takkabur, sebab kedua hal tersebut dapat menghalangi semangat mencari ilmu. Di antara kebaikan keislaman seseorang adalah jika dia mengetahui diennya.

Karena itu, Islam mewajibkan, baik kepada laki-laki maupun wanita untuk mencari ilmu. Bukankah Allah juga berfirman, " .... Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?" (Az-Zumar: 9). Bahkan, terdapat ayat yang secara khusus ditujukan kepada ummahatul mukminin, berupa anjuran mempelajari kandungan Alquran sunah, "Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah." (Al-Ahzab: 34).

Karena perintah Allah inilah, para Sohabiyah merasakan keutamaan ilmu. Mereka pun pergi menemui Nabi saw. dan menuntut suatu majlis belajar din bagi mereka. Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri r.a., dia berkata, "Para wanita berkata kepada Nabi saw., 'Kaum laki-laki telah mengalahkan kami atas diri baginda, maka buatlah bagi kami dari waktu baginda.' Maka beliau menjanjikan suatu hari kepada mereka. Pada saat itu beliau menemui mereka dan memberi wasiat serta perintah kepada mereka. Di antara yang beliau katakan kepada mereka adalah, 'Tidaklah ada di antara kamu sekalian seorang wanita yang ditinggal mati oleh tiga anaknya, melainkan anak-anaknya itu menjadi penghalang baginya dari neraka?' Seorang wanita bertanya, 'Bagaimana dengan dua anak?' Maka beliau menjawab, 'Begitu pula dua anak'."

Abu Zahrah, dari tulisan Majdi as-Sayyid Ibrahim - Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Folder Arsip

Loading...

Rekam Arsip

Rekomendasi Arsip

Followers