Islam, Rahmat Bagi Alam Semesta

Gunakan tanda panah di sudut kanan bawah halaman untuk melanjutkan penelusuran artikel dalam kategori ini
Showing posts with label Anak. Show all posts
Showing posts with label Anak. Show all posts

Sunday, June 24, 2018

7 Doa Untuk Anak


Orang tua pada umumnya menaruh harapan pada tumbuh kembang anak. Harapan biasanya meliputi kebaikan jasmani, kebaikan psikologi, juga kebaikan rohani. Untuk mencapai harapan-harapan tersebut, sejumlah acara biasa dilakukan. Dalam agama Islam, salah satu bentuk cara mencapai harapan-harapan adalah berusaha atau ikhtiar.

Setelah berusaha, seseorang dianjurkan untuk berdoa, memohon bantuan Allah SWT. Berikut sejumlah doa untuk anak yang bisa dipanjatkan untuk mewujudkan harapan-harapan orang tua:

1. Doa agar anak diberi perlindungan

Terlindung dari bahaya, ancaman, dan hal buruk lainnya merupakan salah satu harapan yang umumnya dimiliki orang tua. Dilansir dari NU Online Nabi Muhammad SAW kerap melafalkan sebuah doa untuk keselamatan anak-anaknya Hasan dan Husein.

أُعِيْذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّة
U'īdzukuma bi kalimātillāhit tāmāti min kulli syaithānin wa hāmmatin wa min kulli 'aynin lāmmah.

Artinya: "Aku melindungi kalian berdua dengan kalimat Allah yang sempurna dari segala setan, hewan melata, dan segala penyakit ain yang ditimbulkan mata jahat."  [HR Abu Daud]

2. Doa agar anak menjadi shaleh dan shaleha
Orang tua umumnya ingin anak-anaknya menjadi manusia yang sholih dan sholihah. Berikut merupakan sebuah doa yang bisa dilafalkan, sebagai harapan bagi anak-anaknya agar tumbuh menjadi sholih dan sholihah.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ أَوْلَادَنَا أَوْلَادًا صَالِحِيْنَ حَافِظِيْنَ لِلْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ فُقَهَاءَ فِى الدِّيْنِ مُبَارَكًا حَيَاتُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ
Allahummaj 'al awladana awladan sholihiin haafizhiina lil qur'ani wa sunnati fuqoha fid diin mubarokan hayatuhum fid dun-ya wal akhirah

Artinya: "Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami anak yang sholih sholihah, orang-orang yang hafal Al-Qur'an dan Sunnah, orang-orang yang faham dalam agama dibarokahi kehidupan mereka di dunia dan di akhirat"

3. Doa agar anak menjadi pintar
Anak yang pintar merupakan anak yang diidamkan banyak orang tua. Selain berusaha memberikan sebanyak-banyaknya ilmu, sebuah doa juga bisa dipanjatkan. Berikut doa sebagai harapan agar anak menjadi pintar.

اَللَّهُمَّ امْلَأْ قُلُوْبَ أَوْلَادِنَا نُوْرًا وَحِكْمَةً وَأَهْلِهِمْ لِقَبُوْلِ نِعْمَةٍ وَاَصْلِحْهُمْ وَاَصْلِحْ بِهِمُ الْأُمَّةَ
Allaahummam-la' quluuba aulaadinaa nuuron wa hik-matan wa ahlihim liqobuuli ni'matin wa ashlih-hum wa ashlih bihimul ummah

Artinya: "Ya Allah, penuhilah hati anak-anak kami dengan cahaya dan hikmah, dan jadikan mereka hamba-hamba-Mu yang pantas menerima nikmat, dan perbaikilah diri mereka dan perbaiki pula umat ini melalui mereka."

4. Doa agar anak mendapat berkah
Selain keselamatan dan kepintaran, banyak juga orang tua yang berharap anak-anaknya mendapatkan rezeki dan berkah selama hidupnya. Doa untuk anak yang satu ini fokus pada pengharapan rezeki, keberkahan, dan kebahagiaan sepanjang hidupnya.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا فِي أَئِمَّتِنَا وَجَمَاعَتِنَا وَأَهْلِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَأَمْوَالِنَا وَفِيمَا رَزَقْتَنَا وَبَارِكْ لَنَا فِيهِمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Allahumma ashlih lana fi aimmatina wa jamaa'atina wa ahlina wadzurriyyatina wa amwaalina wafiimaa razaqtana wa baariklana fiihim fid dunya wal aakhiroh

Artinya: "Ya Allah perbaikilah untuk kami di dalam imam-imam kami, jama'ah kami, keluarga kami, istri-istri kami, anak-anak turun kami, harta-harta kami dan di dalam apa-apa (rizqi) yang engkau berikan kepada kami dan berilah kami kebarokahan dalam urusan mereka di dunia dan akhirat"

5. Doa agar anak berbakti pada orang tua

Setelah mendapat segala kebaikan, sehat, pintar, dan diberkahi, orang tua juga berharap anak-anaknya bisa mengabdi dan hormat pada mereka. Doa berikut bisa dibacakan untuk memohon pengharapan tersebut.

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لِي فِي أَوْلَادِي وَلَا تَضُرَّهُمْ وَوَفِّقْهُمْ لِطَاعَتِكَ وَارْزُقْنِي بِرَّهُمْ
Allahumma barikliy fii awladiy, wa la tadhurruhum, wa waf fiqhum li tho'atik, war zuqniy birrohum

Artinya: "Ya Allah berilah barokah untuk hamba pada anak-anak hamba, janganlah Engkau timpakan mara bahaya kepada mereka, berilah mereka taufik untuk taat kepadaMu dan karuniakanlah hamba rejeki berupa bakti mereka"

6. Doa nabi Ibrahim

Salah satu tauladan orang tua dalam mencintai anaknya adalah nabi Ibrahim, dalam kisahnya bersama sang anak Ismail. Berikut merupakan salah satu doa Ibrahim yang tertulis di Al-Quran. Doa ini secara spesifik meminta anak-anak agar tetap teguh pada agama dan mendirikan salat.

رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ
Robbij'alniy muqimash sholati wa min dzurriyyati robbana wa taqobbal du'a

Artinya: "Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku" (QS. Ibrahim: 40)

7. Doa agar keluarga sehat dunia dan akhirat

Salah satu tujuan manusia yang paling mulia adalah menjadi bahagia di dunia dan akhirat, begitupun untuk keluarganya. Sebuah doa bisa dipanjatkan untuk keselamatan dan kesehatan keluarga di dunia dan akhirat.

للَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى
Allahumma innii as-alukal 'afwa wal 'aafiyah fid dunyaa wal aakhiroh. Allahumma innii as-alukal 'afwa wal 'aafiyah fii diinii wa dun-yaaya wa ahlii wa maalii. Allahumas-tur 'awrootii wa aamin row'aatii.

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut."

Itulah sejumlah doa untuk anak yang dapat  dipanjatkan oleh setiap orangtua. Selain doa, orangtua juga seyogyanya terus berikhtiar demi kebaikan anak sepanjang hidupnya. Selebihnya, sebagai hamba Allah SWT yang tunduk dan patuh,  selanjutnya tetaplah tawakal,  berserah diri pada kuasa dan kehendak Allah. 
 
Semoga berguna. 

Thursday, May 10, 2018

40 Hadits Pendek Untuk Anak

 
Sekalipun tetap tidak dapat menyembunyikan decak kagum luar biasa tiap kali mengetahuinya, tapi seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya metodologi belajar-mengajar di berbagai bidang dan disiplin ilmu dewasa ini, mungkin di antara kita ada yang sudah mulai agak terbiasa mendengar atau melihat Hafiz Cilik Indonesia yang dapat membuktikan dirinya hafal dengan sempurna puluhan, bahkan seluruh kandungan 114 surah Al-Quran yang terdiri dari 6.236 ayat!
 
Memang sangat mengagumkan, karena di samping dorongan kuat dan usaha tiada lelah dari orangtua, guru, dan semua pihak terkait, termasuk tentu saja niat dan usaha keras sang Hafiz Cilik sendiri, hal semusykil itu - menghafal ayat-ayat yang bukan merupakan bahasa ibunya - tentu hampir mustahil dapat dikuasai oleh seorang bocah jika tidak ada "campur tangan" dari Allah Subhanahu Wata'ala di sana!

YA, itulah salahsatu keajaiban nyata yang disebut sebagai mukjizat Al-Quran!
Lantas, bagaimana halnya dengan penghafal hadits? Pernahkah anda mendengar adanya Al-Hafidz cilik Indonesia?
 
Pada masa kenabian sampai hampir setengah abad setelah Rasulullah SAW wafat, Ummul Mukminin; Aisyah ra diketahui hafal dan telah meriwayatkan 1.210 hadits, dan sekitar 300 hadits di antaranya diriwayatkan kembali secara bersama oleh ulama hadits masyhur Imam Bukhari dan Imam Muslim.
 
Imam Bukhari sendiri, yang lahir pada tahun 810M, atau 178 tahun setelah Ummul Mukminin Aisyah ra wafat, diketahui pada masa remajanya sudah hafal dengan sempurna lebih dari 15.000 hadits berikut segala catatan terkait dari setiap hadits yang dihafalnya. Sedangkan pada masa-masa selanjutnya beliau banyak menghabiskan waktu bergelut dengan sekitar 600.000 hadits dalam uayanya memilah-milah sedemikian banyak hadits tsb berdasarkan derajatnya masing-masing, sehingga dengan merujuk pada kitab-kitab karya Imam Bukhari yang kemudian ditulisnya, dewasa ini kita dapat lebih mudah mengenali mana hadits hasan, hadits shahih, hadits dhaif, bahkan hadits maudhu.

Adapun Imam Muslim yang lahir pada tahun 817M, atau 7 tahun setelah kelahiran Imam Bukhari adalah murid Imam Bukhari yang pada usia mudanya diketahui hafal sekitar 3.030 hadits, dan berdasarkan pada kitab-kitab yang kemudian ditulisnya, diperkirakan beliau hafal sekitar 7.275 hadits!
Nah, dari sedkit contoh di atas, rasanya bukan hal mustahil bagi anak-anak Indonesia untuk juga tampil sebagai penghafal hadits, walau tidak harus sebanyak hafalan Para Imam Ahlul Hadits, namun setidaknya hafal hadits-hadits pendek yang kelak akan sangat berguna dalam kehidupan sehari-harinya sebagai anak-anak shaleh dari keluarga Muslim yang shaleh pula!

Jadi, tidak hanya mengajarkan Shalat, Puasa, dan membaca Al-Quran saja, mengajarkan putra-putri kita bacaan Hadits juga merupakan hal yang sangat bermanfaat, agar pengetahuan mereka tentang agama semakin lengkap dan menjadikan iman mereka kokoh sejak usia dini.
 
Ada banyak hafalan hadits pendek yang dapat kita ajarkan, tentunya dengan bimbingan dan contoh-contoh yang realistis, agar kelak dapat menjadi pegangan dan amalan mereka sendiri dalam kehidupan nyatanya.

Mengajarkan anak-anak tentang hadits juga memiliki berbagai keutamaan, seperti di antaranya diriwayatkan dalam salahsatu hadits;
“Semoga Allah menjadikan berseri-seri wajah seseorang yang mendengar dari kami hadits lalu dia menghafalkannya kemudian menyampaikannya kepada orang lain ….” [HR. Tirmidzi, HR. Abu Daud dan HR Ibnu Majah; dari Zaid bin Tsabit ra]
Berikut adalah 40 hadits pendek pilihan yang dapat kita ajarkan pada anak sejak dini:
1. HADITS IMANIAH

الَدِّيْنُ يُسرٌ
Ad diinu yusrun
Artinya: Agama itu mudah [HR Bukhari]

نمَا الأعْمَالُ باِلنِّيَةِإِ
Innamal a’maalu bin niyyaat  

Artinya: Setiap amal sesuai dengan niatnya [HR Bukhari]
 


لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ عَلَى أَحَدٍ يَقُولُ : اَللهُ اَللهُ
Laa taquumus saa’atu ‘alaa ahadin yaquulu Allah … Allah …
Artinya: Tidak akan datang kiamat selama masih ada yang mengucap Allah… Allah…[HR Muslim]
 
 

الَدُّعَاءُ مُخُّ اْلِعبَادَةِ

Ad du’aau mukhkhul ibaadah
Artinya: Do’a adalah inti ibadah [HR Tirmizi]
 


اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ
Ittaqillaha haitsu maa kunta  
Artinya: Takutlah kepada Allah dimana saja kamu berada [HR Tirmizi]


 
لدَّالُّ عَلَى الْخَيْرِ كَفَاعِلِهِا
Ad daallu ‘alal khairi kafaa’ilihi
Artinya: Orang yang mengajak kebaikan mendapat pahala yang sama dengan orang yang diajaknya [HR Tirmizi]
 


مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Man tashabbaha bi qaumin fa huwa min hum
Artinya: Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia akan digolongkan sebagai kaum tersebut [HR Abu Daud]
 
 

مَنْ بَنىَ لِلّهِ مَسْجِدًا بَنىَ اللهُ لَهُ بَيْةً فِي الجَنَّةِ

Man banaa lillahi masjidan banallahu lahuu baytan fil jannah  
Artinya: Barangsiapa membangun masjid karena Allah maka Allah akan bangunkan rumah baginya di dalam surga [HR Muslim]



2. HADITS IBADAH
 


مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ الصَّلاَةُ

Miftaahul Jannati As Sholaah  
Artinya: Kunci surga adalah shalat [HR Ahmad]
 


الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ
At thuhuuru syathrul imaan  
Artinya: Kebersihan adalah sebagian iman [HR Muslim]
 


اَلدُّعَاءُ سِلاَحُ الْمُؤْمِنِ
Ad du’aau silaahul mu’min  
Artinya: Do’a adalah senjata orang beriman (Jamius Saghir)
 


الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ
Al kalimatut thayyibatu shadaqah
Artinya: Berkata yang baik adalah sedekah [HR Bukhari]
 


خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Khairukum man ta’allamal Qur’aana wa ‘allamahu
Artinya: Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya [HR Bukhari]
 
 

أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ يُنْفَقْ عَلَيْكَ

Anfiq yabna Aadama yunfaq ‘alaik  
Artinya: Berinfaqlah wahai anak Adam maka engkau akan dibalas [HR Bukhari]
 
مَنْ حَمَلَ عَلَيْنَا السِّلاَحَ فَلَيْسَ مِنَّا
Man hamala ‘alainas silaaha fa laisa minnaa
Artinya: Barangsiapa menakut-nakuti dengan senjata kepada kami maka bukan golongan kami [HR Bukhari]
 
 

مَنْ عَزَّى مُصَابًا فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ

Man ‘azzaa musaaban falahu mitslu ajrih
Artinya: Barangsiapa menghibur orang yang tertimpa musibah maka baginya pahala seperti orang yang tertimpa musibah [HR Tirmizi]
 


3. HADITS MUAMALAH

 


مَنْ غَشَّنا فَلَيْسَ مِنَّا
Man ghassyanaa fa laisa minnaa
Artinya: Siapa yang curang bukan golongan kami [(HR Muslim]
 


مَنِ انْتَهَبَ نُهْبَةً فَلَيْسَ مِنَّا

Manintahaba nuhbatan fa laisa minnaa
Artinya: Siapa merampas milik orang bukan golongan kami [HR Tirmizi]
 


لَعَنَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاشِيَ وَالْمُرْتَشِيَ

La’ana Rasulullahi (SAW) ar rasyia wal murtasyia
Artinya: Laknat Rasulullah (saw) kepada orang yang menyogok dan yang disogok [HR Abu Daud]
 


الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
Al mar’u maa man ahabba
Artinya: Seseorang akan bersama siapa yang dicintainya [HR Muslim]
 
 

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ

Sibaabul muslimi fusuuqun wa qitaaluhu kufrun  
Artinya: Mencaci seorang muslim adalah dosa dan memeranginya adalah kufur [HR Tirmizi]
 


أحَبُّ الْبِلاَدِ إِلَى اللهِ مَسَاجِدُهَا
Ahabbul bilaadi ilallaahi masaajiduha  
Artinya: Tempat yang paling dicintai Allah di muka bumi adalah masjid-masjidnya [HR Bukhari]



بَلِّـغُوْا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
Ballighuw anniy walau aayah
Artinya: Sampaikan dariku walau satu ayat [HR Bukhari]



اَلأَنَاةُ مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

Al-anaatu minallahi wal ‘ajalatu minas syaithan  
Artinya: Kehati-hatian datangnya dari Allah dan ketergesa-gesaan datangnya dari setan [HR Tirmizi]


4. HADITS MUASYARAH
 


الَسَّلامُ قَبْلَ الكَلاَمِ
Assalamu qablal kalam  
Artinya: Ucap salam sebelum bicara [HR Bukhari]



الْجَنَّةُ تَحْتَ أقْدامِ الأُمَّهَاتِ
Al Jannatu tahta aqdaamil ummahaat  
Artinya: Surga itu berada di bawah telapak kaki ibu (Kanzul Ummal)



رِضَى الرَّبِّ في رِضَى الْوَالِدِ

Ridhar Rabbii fii ridhal waalid
Artinya: Ridha Allah terletak di dalam ridha orang tua [HR Tirmizi]



لايَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
Laa yadkhulul jannata qaati’un  
Artinya: Tidak akan masuk surga pemutus tali persaudaraan [HR Muslim]

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يوم القيامة
Man satara musliman satarahullaahu yaumal qiyamah
Artinya: Siapa menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat [HR Muslim]



اَلْيَدُ اْلعُلْياَ خَيْرٌ مِنَ اْليَدِ السُّفْلَى

Al yadul ulya khairun minal yadis suflaa  
Artinya: Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah [HR Muslim]



لاَ يَدْخُلُ الجنَّةَ مَنْ لاَ يَأمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

Laa yadkhulul jannata man laa ya’manu jaaruhu bawaa’iqahu
Artinya: Tidak masuk surga orang yang tetanggannya tidak merasa aman dari gangguannya [HR Muslim]

لايُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ مَرَّتَيْنِ

Laa yuldaghul mu’min min juhrim marratain
Artinya: Orang beriman tidak akan tersengat dua kali di lubang yang sama [HR Bukhari]

Thursday, July 26, 2012

Ingin Dikaruniai Anak Yang Shaleh?



Boleh jadi yang satu ini sering kita lupakan, yakni apa yang sudah sejak lama diisyaratkan oleh orang-orang shaleh terdahulu; para salafush shalih,  bahwa sesungguhnya amalan orang tua sangat berpengaruh pada keshalehan anak-anaknya. 
 
Orang tua yang shaleh niscaya akan mendatangkan manfaat kepada anaknya di dunia, bahkan sampai di akhirat. Sebaliknya, orang tua yang gemar berbuat maksiat akan memberi pengaruh buruk  terhadap pendidikan akhlak anak-anaknya.
Oleh karena itu,  orang tua yang menginginkan anak-anak yang shaleh hendaknya selalu beramal shaleh dengan ikhlas, hanya mengaharapkan ridha Allah semata dengan tentunya senantiasa bersandar pada  sunnah  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Selalulah berdoa! Insya Allah, harapan mendapatkan anak-anak yang shaleh akan diijabah sebagaimana  Allah mengabulkan dan memelihara orangtua dan anak-anak yang shaleh seperti dicontohkan dalam kisah berikut ini.      
Kisah Dua Anak Yatim
Diriwayatkan dalam kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS yang penuh pelajaran berharga. Semoga kita dapat memetik pesan moral di dalamnya
.

Allah Ta’ala berfirman ,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ
Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu.” (QS. Al Kahfi : 82)
Suatu saat Nabi Musa dan Khidr –‘alaihi salam melewati suatu perkampungan. Lalu mereka meminta kepada penduduk di kampung tersebut makanan dan meminta untuk dijamu layaknya tamu. Namu penduduk kampung tersebut enggan menjamu mereka. Lalu mereka berdua menjumpai dinding yang miring (hampir roboh) di kampung tersebut. Khidr ingin memperbaikinya. Kemudian Musa berkata pada Khidr,
لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا
Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.” (QS. Al Kahfi: 77).
Namun apa kata Khidr?
Khidr berkata,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh.” (QS. Al Kahfi : 82)
Lihatlah! Allah Ta’ala telah menjaga harta dan simpanan anak yatim ini, karena apa? Allah berfirman (yang artinya), “sedang ayahnya adalah seorang yang saleh.” Ayahnya memberikan simpanan kepada anaknya ini, tentu saja bukan dari yang haram. Ayahnya telah mengumpulkan harta untuk anaknya dari yang halal, sehingga karena keshalehannya ini Allah juga senantiasa menjaga anak keturunannya.
Hendaknya Orang Tua Senantiasa Memperhatikan yang Halal dan Haram
Oleh karena itu, hiasilah diri dengan amal shaleh bukan dengan berbuat maksiat. Carilah nafkah dari yang halal bukan dari yang haram. Perbaguslah makanan, minuman, dan pakaian hingga saat kita menengadahkan tangan untuk berdo’a pada Allah, maka tangan-tangan dan hati yang memohon itu bersih. Jika amal sholeh dilakukan dengan cara ini, niscaya Allah akan senantiasa memperhatikan dan Insya Allah, akan mengabulkan doa orangtua yang mengnginginkan anak-anak yang shaleh. Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman,
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Ma’idah : 27) 
Cobalah kita renungkan, bagaimana mungkin kita boleh berharap do’a-do'a kita akan diijabah oleh Allah jika hasil usaha, makan dan minum yang kita peroleh berasal dari perbuatan yang tidak diridhai Allah seperti misalnya menipu orang lain, korupsi, dan perbuatan-perbuatan maksiat lainnya, atau bahkan dengan berbuat syirik?!
Sebaik-Baik Teladan adalah Salafush Shalih Terdahulu
Lihatlah saudaraku - para ayah dan bunda - perkataan orang-orang shaleh terdahulu ini. Semoga Allah senantiasa memberi petunjuk kepada kita untuk selalu beramal sholeh.
Sebagian mereka berkata, “YA BUNAYYA LA’AZIDUNNA FI SHOLATI MIN AJLIKA"
[Wahai anakku, sungguh aku menambah shalatku karenamu].”
Sebagian ulama mengatakan, “Maksudnya adalah aku memperbanyak shalat dan memperbanyak do’a untukmu, wahai anakku, dalam setiap shalatku.”
Jika orang tua senantiasa mentadaburi kitabullah, membaca surah Al-Baqarah, surat Al- Falaq, surah An-Naas (Al-Maw’idzatain), atau surah dan amalan lainnya, niscaya malaikat akan turun ke rumah di mana ayat-ayat suci Al-Quran dilantunkan, karena dihidupkannya bacaan kitab suci Al-Qur’an, sedangkan  syaitan  akan kabur dari rumah tsb! 
Tidak diragukan lagi bahwasanya turunnya malaikat ke rumah-rumah seperti ini akan menghadirkan ketenangan dan mendatangkan rahmat bagi seisi rumah, dan sudah barang tentu akan membawa  pengaruh yang baik pula pada anak-anak, yang niscaya akan mendapat keselamatan. 
Akan tetapi bila orangtua melalaikan amalan baik ini, maka akan berakibat kebalikannya. Syaitan akan senang menghampiri dan tinggal rumah tersebut karena rumah semacam ini tidak dihidupkan dengan dzikir pada Allah. Apalagi bila rumah ini dihiasi dengan berbagai bentuk gambar makhluk bernyawa, musik yang hingar bingar berikut hal-hal yang terlarang lainnya.
Selaku orangtua, marilah kita membiasakan diri untuk introspeksi. Hiasilah hari-hari kita dengan  mentadaburi kitabullah. Hiasilah rumah kita dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an. Hiasilah hari-hari kita dengan puasa sunnah, shalat sunnah, shalat malam dan amalan lainnya. Jauhilah berbagai macam maksiat dan perbuatan-perbuatan terlarang yang memasuki rumah kita.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Shallalallahu 'alayhi wasalam bersabda;
“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi .... "  
[Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Malik t dalam Al-Muwaththa` (no. 507); Al-Imam Ahmad t dalam Musnad-nya (no. 8739); Al-Imam Al-Bukhari t dalam Kitabul Jana`iz (no. 1358, 1359, 1385), Kitabut Tafsir (no. 4775), Kitabul Qadar (no. 6599); Al-Imam Muslim t dalam Kitabul Qadar (no. 2658)]

Artinya, kitalah yang menjadikan anak-anak kita seperti apa adanya mereka sekarang ini!

Semoga Allah senantiasa memberkahi pendengaran, penglihatan, dan bathin istri, suami, dan anak-anak kita. 
Amin, Ya Arhamar Rahimin.
***
Pogung Kidul, 5 Dzulqo’dah 1429

Sunday, March 6, 2011

012. Menyambung Silaturahim






Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Allah Swt.berfirman:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيب
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain ,dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An-Nisaa' [4]:1) 

Rasulullah telah memberikan wasiat pada kita agar selalu memelihara hubungan kekeluargaan (tali silaturahmi) khususnya dengan kedua orang tua (birul walidain) dengan sabdanya: 

“Barangsiapa yang beriman pada Allah dan Hari Akhirat hendaknya memelihara hubungan baik dengan keluarganya.”

Dalam suatu riwayat, dikisahkan oleh Abu Hurairah,  "Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,' Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Kemudian ayahmu.'" [HR Al Bukhari dan Muslim].

Seorang pemuda datang kepada beliau dengan maksud untuk ikut berjihad dalam peperangan. Kemudian beliau bertanya kepadanya: “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Jawab orang itu: “Masih!” Lalu beliau bersabda: “Berbakti kepada keduanya sama dengan jihad.” 

Penting dan agungnya hubungan baik itu, beliau lukiskan dengan indah dengan sabdanya:

“Hubungkanlah (kasih sayang) kepada orang-orang yang memutuskan hubungan dengan engkau dan berbuat baiklah kepada orang yang berbuat jahat kepadamu. Dan katakanlah kebenaran, sekalipun atas dirimu sendiri.” 
Dalam hadits Qudsi ALLAH SWT berfirman:
“AKU adalah Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan ia adalah Rahim. AKU memberinya nama dari salah satu Asma-KU. Barangsiapa yang menyambung-nya (bersilaturahim), AKU pun menyambungnya (memberinya rahmat kepadanya); dan barangsiapa yang memutusnya, AKU pun memutus (rahmat atas) orang itu.” 

Rahim bergantung pada ‘Arasy dan berdoa siang dan malam: “Ya Rabbi, sambunglah hubungan orang yang menghubungkanku, dan putuskan hubungan orang yang memutuskan hubungan denganku.”

Rasulullah Saw bersabda: 
“Rahim (kasih sayang) itu tergantung di ‘Arasy. Katanya (rahim): “Siapa yang menghubungkanku, menghubungkan pula Allah akan dia, dan siapa yang memutusku, memutus pula hubunganya dengan Allah.” 

Sabdanya lagi: “Ada tiga golongan orang yang masuk surga tanpa dihisab:

  • Suka memberi kepada orang yang tidak suka member (tidak mengharapkan balasan),
  • Menyambungkan kembali persaudaraan yang telah diputus dan,
  • Memaafkan orang yang pernah berbuat zalim kepada kita.”
Karena begitu pentingnya masalah hubungan kekeluargaan ini, beliau wanti-wanti kepada kita agar selalu memelihara hubungan tali silaturahim sekaligus memberi ancaman bagi yang memutuskannya.

Sabdanya pula: 

  • “Tidak masuk Surga orang yang memutuskan silaturahim.” 
  • “Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara.
  • Hendaklah dia bersilaturrahim (berhubungan baik dengan keluarga dekat) niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezekinya, ditambah umurnya dan Allah memasukkannya ke dalam surga yang dijanjikan-Nya. [HR. Ar-Rabii']. 
  • “Sungguh celaka dia, celaka dia, celaka dia! Lalu beliau ditanya: “Siapakah yang celaka itu, ya Rasulullah?” neliau menjawab: “ Siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut) atau salah satu dari keduanya, tetapi dia tidak berusaha masuk surga (dengan merawat orangtuanya sebaik-baiknya).” 
MUHAMMAD mengetahui bahwa orang-orang yang karena kesibukannya, kadangkala lupa untuk saling berkunjung dengan sanak keluarga dan untuk memotivasinya, beliau mengisyaratkan bahwa di dalam hubungan silaturahmi ada banyak hikmah serta rahmat yang bisa dipetik oleh orang-orang yg suka menyambungkan tali silaturahmi.., dengan sabdanya: “Sesungguhnya, bersedekah dan menyambungkan tali silaturahim yang terputus, akan ditambah umurnya oleh Allah, memperlambat kematian, serta menjauhkan perkara yang tidak disukai dan yang dikhawatirkan terjadi.” (HR Sunan Abu Ya’la)

Ketika menerangkan hadits ini, Al-Dhahak berkata: “Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan-Nya.”

Rasulullah Saw bersabda: 
“Siapa yang ingin rizkinya di lapangkan Allah, dan ingin usianya di panjangkan, maka hendaklah dia menyambung silaturahim.” 

Dikisahkan bahwa seorang lelaki yang usianya tinggal 3 hari, lalu ia menyambung silaturahim dengan saudara yang sempat terputus. Karenanya, Allah menambah usianya menjadi 30 tahun lagi. Dan sesungguhnya seorang lelaki yang usianya masih panjang sekitar 30 tahun lagi, lalu memutus hubungan dengan kerabat, maka usianya dipendekkan hingga menjadi 3 hari.”

Diriwayatkan bahwa Malaikat yang bertugas mengambil ruh pernah datang kepada Nabi Daud, dan memberitahukan kepadanya bahwa ada seorang lelaki dari umatnya yang usianya hanya tinggal 6 hari lagi. Tetapi setelah beberapa tahun, Nabi Daud bertemu dengan orang itu, ia masih dalam keadaan hidup dan tampak sehat wal afiat. Nabi Daud menyanyakan hal itu kepada Malaikat yang bertugas mencabut ruh. Lalu dijawab bahwa orang itu selalu keluar dari rumahnya untuk menyambung silaturahim yang sempat terputus, sehingga Allah pun memanjangkan usianya hingga 30 tahun lagi. 

Anak-anak yatim, para janda dan fakir miskin, merupakan orang yang paling takut pada hari depan. Mereka inilah yang paling mengharapkan kasih sayang, keamanan dan cinta! MUHAMMAD tampil merentangkan kedua tangan merangkul mereka.

Sabdanya: 

  • “Aku bersama pengasuh anak yatim di surga kelak seperti kedua jari ini”. Seraya mendedahkan jari telunjuk dan jari tengah. 
  • “Sesungguhnya rumah yang paling disayang Allah, ialah rumah di mana anak yatim diperlakukan dengan hormat. Demi Yang telah mengutusku dengan Haq (sebenarnya), Allah tidak akan menyiksa orang yang berlaku kasih sayang terhadap anak yatim, berkata lembut pada mereka dan mengasihi keyatiman dan kelemahan mereka.” 
  • “Orang yang menolong para janda dan fakir miskin sama seperti orang yang berjihad di jalan Allah, sama dengan orang yang bangun (bershalat) malam dan berpuasa di siang hari.” 
Semoga shalawat dan salam selalu di limpahkan-Nya bagi junjungan kita Rasulullah SAW beserta ahlul baitnya, para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ut tabi’in serta seluruh umat Islam yang taat pada risalahnya hingga di akhir zaman.

Amin
.
[Dari buku NABI MUHAMMAD JUGA MANUSIA, Karya Khalid Muhammad Khalid]
CATATAN
Tulisan ini merupakan mukadimah dari 21 tulisan lain yang kami turunkan berdasarkan pokok bahasannya masing-masing. Untuk memudahkan anda, halaman selanjutnya dapat diikuti melalui nomor urut di bawah ini, atau melalui lampiran Kata Pengantarnya di sini.

Halaman 12 dari 21
1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12    13    14    15    16    17    18    19    20    21   


Baca juga
Hakikat Mencintai Rasulullah

Friday, September 3, 2010

Janganlah mendzalimi Anak Yatim



Allah SWT berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْماً إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَاراً وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيراً
"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak-anak yatim dengan cara yang tidak lurus, mereka akan memakan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk kedalam api yang menyala-nyala." (QS an-Nisā [4]: 10)

Imam Qatādah berkata, “Ayat itu turun berkenaan dengan seorang dari Bani Ghathfān yan menguasai harta saudaranya yang masih kecil dan yatim pula. Lalu ia memakannya.” Dalam ayat lain, Allah berfirman:

وَابْتَلُواْ الْيَتَامَى حَتَّىَ إِذَا بَلَغُواْ النِّكَاحَ فَإِنْ آنَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْداً فَادْفَعُواْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلاَ تَأْكُلُوهَا إِسْرَافاً وَبِدَاراً أَن يَكْبَرُواْ وَمَن كَانَ غَنِيّاً فَلْيَسْتَعْفِفْ وَمَن كَانَ فَقِيراً فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهِدُواْ عَلَيْهِمْ وَكَفَى بِاللّهِ حَسِيباً
"Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu)."  (QS an-Nisā [4]: 6)
“Barangsiapa (dari pemelihara anak yatim itu) yang cukup mampu, hendaklah ia menjaga dirinya (dari memakan harta anak yatim yang dipeliharanya) dan siapa yang hidup miskin, boleh memakannya menurut cara yang patut.”
Maksudnya, pemelihara anak yatim yang tidak mampu, bisa mengambil harta anak yatim sekedar keperluannya saja; mengambilnya sebagai pinjaman; sekadar upah pekerjaannya; atau karena terpaksa. Jika ia mampu, hendaknya harta itu dikembalikan. Jika tidak, harta itu halal baginya. 

Allah SWT mengingatkan dengan tegas akan hak orang-orang yatim melalui firman-Nya:

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُواْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً
“Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan. Oleh karena itu, hendaklah mereka patuh kepada Allah dan hendaklah mereka mengatakan perkataan yang benar.” (QS an-Nisā’ [4]: 9) 

Maksudnya, siapa yang memelihara anak yatim, hendaklah ia memperlakukannya dengan baik, bahkan memanggilnya, “Anakku…,” sebagaimana ia memanggil anak-anaknya. Hendaklah ia bersikap baik, santun, serta memelihara harta dan keluarga si anak yatim sebagaimana ia memelihara harta dan keluarganya sendiri.

Diriwayatkan, Allah SWT berfirman kepada Dâwud a.s.: ”Wahai Dâwud, terhadap anak yatim, bersikaplah seperti bapak yang pengasih; terhadap para janda, bersikaplah seperti suami yang penyayang. Ketahuilah, engkau akan menuai apa yang telah engkau tanam. Sebab, engkau pasti mati, serta meninggalkan anak dan istrimu.” 

Berkaitan dengan memelihara harta anak yatim dan kezaliman, banyak hadist diriwayatkan sejalan dengan ayat di atas yang berisi ancaman keras dan peringatan bagi manusia yang menzalimi mereka. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan al-Bukhârî dan Muslim, bahwa:
Nabi SAW bersabda: “Hindarilah tujuh hal yang akan membinasakan!”
Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang tujuh hal itu?” Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh orang yang diharamkan Allah untuk dibunuh kecuali yang dibenarkan, memakan barang hasil riba, memakan harta anak yatim!”

Al-Hākim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Allah berhak untuk tidak memasukkan mereka ke dalam surga dan tidak merasakan kenikmatannya. Mereka itu adalah peminum khamar, pemakan riba, pemakan harta anak yatim tanpa hak, dan pendurhaka kepada kedua orang tuanya.”
Dalam Shahĩh-nya, Ibn Hibbān menyebutkan bahwa dari sejumlah surat Nabi SAW yang dikirimkan melalui ‘Umar ibn Hazm kepada penduduk Yaman berbunyi: “Dosa-dosa besar yang paling besar pada Hari Kiamat adalah menyekutukan Allah, membunuh orang Mukmin tanpa kebenaran, lari dari medan perang di jalan Allah pada hari melelahkan, durhaka kepada kedua orangtua, tuduhan berzina kepada perempuan suci, mempelajari sihir, memakan hasil riba, dan memakan harta anak yatim.”

Abũ Ya’lā meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: 
“Pada Hari Kiamat, ada suatu kaum dibangkitkan dari kubur mereka dengan nyala api di mulut mereka.” "Siapa mereka itu, ya Rasulullah?” Tanya para sahabat. 

"Tidakkah kalian perhatikan bahwa Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak-anak yatim dengan cara yang tidak lurus, mereka akan memakan api sepenuh perutnya."
(QS an-Nisā’ [4]: 10) 

Dalam hadist Mikraj yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Tiba-tiba aku melihat orang-orang yang dilaknati. Sementara yang lain membawa batu dari api, menelannya, lalu api itu keluar dari dubur mereka. Aku lantas bertanya kepada Jibrĩl, ‘Ya Jibril, siapakah mereka?’ Jibrĩl menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan harta anak-anak yatim secara zalim. Sesungguhnya mereka benar-benar memakan api ke dalam perut mereka.”

Sementara dalam Tafsir al-Qurthubĩ dinukil hadist dari Abũ Sa’ĩd al-Khudrĩ bahwa Nabi SAW bersabda: “Pada malam Isra’ aku melihat satu kaum yang memiliki bibir seperti bibir unta. Lalu bibir mereka ditarik dan di masuki batu dari api ke dalam mulut mereka. Lalu api itu keluar dari dubur mereka. Aku lalu bertanya, ‘Ya Jibrĩl, siapakah mereka?’ Jibril menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan harta anak-anak yatim secara zalim.” 

[Dari Buku karya Imam Al-Ghazali berjudul Mukāsyafah al-Qulũb]



Baca juga:

Monday, July 19, 2010

Seputar pendidikan Anak - I



Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan-Nya kepada junjungan kita, baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam beserta ahlul bait-nya, para shahabat Salaffus Shalih, para tabi'in, tabi'ut tabi'in serta seluruh umat Islam yang setia dan menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.


Pembaca yang budiman,
Dalam Islam, keturunan disebut nasab. Sedangkan keturunan yang paling baik adalah keturunan Rasulullah SAW, disebut dengan syarafunasab (keturunan mulia).

Anak adalah nikmat karunia Allah yang tak ternilai dan pemberian yang tidak terhingga. Tidak ada yang lebih tahu besarnya karunia ini selain orang yang tidak atau belum memiliki anak. Kita lihat mereka ke sana ke mari mencurahkan tenaga, waktu dan biaya dalam usaha dan berobat untuk mendapatkan anak. Nikmat yang agung berupa anak ini merupakan amanah bagi dua orang tua, yang kelak akan diminta pertanggung jawabannya, apakah keduanya telah menjaganya atau justru menyia-nyiakannya.
Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang Imam adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya."
(Muttafaq 'alaih)
Mengenai besarnya tanggung jawab dalam mendidik anak, maka Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah telah menyatakan, "Barang siapa yang melalaikan pendidikan anaknya, yakni dengan tidak mengajarkan hal-hal yang bermanfaat, membiarkan mereka terlantar, maka sungguh dia telah berbuat buruk yang teramat sangat. Mayoritas anak yang jatuh di dalam kerusakan tidak lain karena kesalahan orang tuanya dan tidak adanya perhatian terhadap anak-anak tersebut. Juga tidak mangajarkan kepada mereka kewajiban agama dan sunnah-sunnahnya, mereka telantarkan anaknya semenjak kecil, sehingga mereka tak dapat memberikan manfaat kepada diri sendiri dan orang tuanya, manakala mereka telah tua."

Untuk itu para orang tua selayaknya memperhatikan masalah-masalah penting seputar pendidikan anak. Di antara yang patut untuk kita renungkan adalah hal-hal berikut ini:

1. Tumbuhkan Jiwa Kehambaan
Nabi Ibrahim memohon agar diberikan keturunan yang taat, tunduk dan patuh kepada sang Maha Pencipta, dan berdo'a:

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
"rabbanaa waij'alnaa muslimayni laka wamin dzurriyyatinaa ummatan muslimatan laka wa-arinaa manaasikanaa watub 'alaynaa innaka anta alttawwaabu alrrahiimu"

"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang".(QS Al-Baqarah [2]:128)

Pada dasarnya tujuan pokok dalam mendidik anak adalah untuk menumbuhkan dan membangkitkan jiwa kehambaan dalam diri mereka. Menyiramkan dalam jiwa mereka dan senantiasa membiasakan sikap tersebut. Merupakan nikmat Allah adalah bahwa mereka diciptakan dalam keadaan fithrah Islam, sehingga yang dibutuhkan adalah menjaga, mengontrol dan memperhatikan agar tidak menyimpang dari fithrahnya. 

2. Mendidik Anak adalah Ibadah
Seorang ayah dan ibu tatkala mendidik anak, memberi nafkah, menjaga hingga larut malam, mengawasi dan mengajar mereka, maka saat itu dia sedang melakukan ibadah kepada Allah. Bahkan ketika mengajak bergurau dan bercanda juga termasuk ibadah, jika memang diniatkan untuk itu. Memberi nafkah kepada keluarga -sebagaimana dalam hadits riwayat Imam Muslim- adalah termasuk ibadah, dan bahkan pahalanya sangat besar melebihi infak kepada selainnya. 

Dan dalam hadits muttafaq 'alaih Rasulullah SAW bersabda:
"Jika seseorang memberi nafkah kepada keluarganya dengan suatu nafkah untuk mengharap ridha Allah dalam nafkah tersebut, maka dia mendapat pahala shadaqah." 

3. Ikhlas dalam Mendidik Anak 
Orang tua dituntut untuk ikhlas di dalam mendidik anak. Jangan sampai pendidikan anak semata-mata hanya diniatkan untuk tujuan duniawi, menyekolahkan mereka hanya sekedar untuk meraih gelar dan ijazah. Karena tidak diragukan lagi bahwa kebaikan dalam mendidik anak adalah yang diniatkan untuk mencari pahala di sisi Allah. Adapun yang selain itu (seperti profesi, pekerjaan yang mapan, kedudukan dsb) adalah akan ikut dengan sendirinya, bukan tujuan satu-satunya. 

Sebagai contoh, misalnya orang tua yang menyekolahkan anaknya di fakultas kedokteran, maka jangan semata-mata agar dapat meraih materi yang melimpah, namun lebih dari itu dengan tujuan untuk membantu kaum muslimin, mengobati mereka dan agar mereka tidak lari kepada dokter-dokter non muslim. Orang yang semata-mata mengejar materi tidak akan mendapatkan pahala, sedangkan orang yang mencari pahala dari Allah maka dia juga akan mendapatkan materi. 

4. Jangan Lupakan Doa 
Doa adalah ibadah. Para Nabi dan Rasul telah berdoa untuk kebaikan anak dan istri-istri mereka dengan doa-doa yang diabadikan dalam al-Qur’an. Berapa banyak orang yang tersesat, akhirnya mendapatkan petunjuk dengan sebab doa, dan juga amat banyak doa yang mempercepat dan mempersingkat proses pendidikan. 

Oleh karenanya, kepada orang tua dianjurkan agar senantiasa mendawamkan doa, agar memperoleh berkah dari pasangan dan keturunannya...:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماًوَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
waalladziina yaquuluuna rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wadzurriyyaatinaa qurrata a'yunin waij'alnaa lilmuttaqiina imaamaan"

"Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa". (QS Al-Furqan [25]:74)

5. Mencari Penghasilan yang Halal 
Merupakan kewajiban orang tua adalah selalu berusaha mencari harta yang halal dan menjauhi segala yang syubhat apa lagi yang haram, seperti mencuri, riba, suap dan lain sebagainya. 

6. Teladan yang Baik 
Teladan yang baik merupakan keharusan dalam sebuah proses pendidikan. Seorang Muslim mempunyai kewajiban memerintahkan keluarganya untuk mendirikan shalat. Tentu, mengajakmereka pun harus disertai kesabaran dan tawakal kepada Allah. Bersikap sabar dalam mengajak perbuatan baik akan menuai nilai-nilai keberkahan hidup. Maka orang tua hendaknya memberikan teladan yang baik kepada anak-anaknya, karena ketika seseorang memulai suatu amal kebaikan kemudian ada orang lain yang mengikutinya, maka dia mendapatkan pahala (seperti) pahala orang yang mengikutinya. 

7.Memilih Metode yang Terbaik 
Orang tua terkadang perlu mengetahui masalah-masalah yang berkaitan dengan pengetahuan umum dan memahami secara detail berbagai metode pendidikan yang terbaik. Jika perlu, minta pertimbangan kepada orang-orang yang ahli dalam bidang pendidikan, mendengarkan kaset atau membaca buku-buku tentang pendidikan. 

8. Sabar 
Seseorang terkadang kurang memperhatikan masalah kesabaran ini, padahal ketidaksabaran akan menjadi penghalang bagi suksesnya pendidikan anak. Kita hendaknya bersabar terhadap teriakan anak, sabar ketika anak sakit, sabar dalam memberi pengarahan, sabar ketika mengantar anak ke sekolah, sabar ketika berjalan bersama mereka menuju masjid dan lain sebagainya. Jangan mudah marah, emosi, bosan dan putus asa. Orang tua hanya diperintahkan untuk memberikan pendidikan kepada anak, adapun hidayah ada di tangan Allah. Maka hendaklah dia mencurahkan segenap kemampuan dan mencari segala sebab yang mengantarkan pada kesuksesan, serta jangan lupa selalu bersabar. 

9. Menekankan Shalat 
Shalat adalah kewajiban paling penting dan rukun terbesar dalam Islam setelah mengucap dua kalimat syahadat. Maka hendaklah setiap muslim selalu menekankan dan memperhatikan masalah shalat ini, baik terhadap diri sendiri maupun anak-anak. Dalam sebuah hadits, Nabi bersabda, "Perintahkan anak-anak kalian shalat saat mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya ketika berumur sepuluh tahun." Dalam mengerjakan shalat pun harus disertai dengan ketenangan, thuma'ninah, dan syarat rukunnya harus terpenuhi. Firman Allah SWT:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقاً نَّحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَ
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa". (QS Thaha [20]:132)

Sebab bagaimana mungkin seorang ayah dan ibu senantiasa menganjurkan dan menyuruh anaknya shalat, tetapi dia sendiri tidak melakukannya? 

10. Perhatikan Bakat dan Kemampuan Anak 
Orang tua hendaknya memperhati kan kelebihan, bakat dan perbedaan masing-masing anak, dan bersikaplah adil terhadap mereka. Sebagian orang tua terkadang tidak memperhatikan kelebihan dan bakat anaknya, sehingga bakat mereka sia-sia dan tidak tersalurkan dengan baik. Ada di antara anak yang kuat hafalannya, namun hanya diajari menghafal nyanyian saja. Padahal jika diajarkan untuk menghafal al-Qur'an, maka itu jauh lebih baik. 

11. Tanamkan Cinta kepada Allah 
Tanamkan di dalam jiwa anak rasa pengagungan, kecintaan dan tauhid (pengesaan) kepada Allah. Peringatkan mereka dari berbagai kesalahan dalam hal akidah dan keyakinan, jangan sampai mereka terjerumus di dalamnya. Biasakan pula agar mereka melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar. 

12. Memilihkan Teman yang Baik 
Rasulullah bersabda, 
“Seseorang itu tergantung pada perilaku dan kebiasaan temannya, maka salah seorang dari kalian hendaknya memperhatikan dengan siapa akan berteman.” (HR. Ahmad) 

13. Luangkan Waktu 
Sesibuk apa pun kita, maka jangan lupa luangkan waktu untuk anak-anak dan keluarga. Jadikan rumah sebagai oase iman, yang di dalamnya diajarkan sirah rasul, Kitabullah dan berbagai aktivitas yang positif. Jika suatu saat -karena banyak urusan- orang tua tidak sempat untuk memperhatiakn anak-anak, maka hendaknya berusaha mencari waktu lain ketika luang untuk memperhatikan mereka serta memberikan hak-hak mereka. Semoga Allah memberikan kepada kita semua keturunan yang shalih, yang mendatangkan kebaikan dan kebahagia an di dunia dan akhirat, amin ya Rabbal ‘alamin. 

(Bersambung)

[Sumber: Buletin “Washaya Litarbiyatil Abnaa’, Abdul Malik al-Qasim dengan meringkas (Ibnu Djawari)]



Friday, May 14, 2010

Rumah yang menyantuni anak Yatim


ANAK-ANAK YATIM perlu mendapatkan kasih sayang dan kepedulian. Mengabaikan kepedulian terhadap mereka termasuk golongan orang-orang yang mendustakan agama. Allah SWT berfirman:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِوَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ
”Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (QS Al-Mâ’ûn [107]: 1-3).

Menurut ayat ini ada dua hal yang menyebabkan seseorang tergolong “pendusta agama”, yaitu menghardik anak yatim dan tidak mau menganjurkan memberi makan orang miskin. Mengapa dikatakan pendusta agama? Karena anak yatim memiliki status yang sangat mendasar dalam Islam menyangkut keperibadian Rasulullah itu sendiri. Rasulullah dilahirkan dalam keadaan yatim, dan ketika ibundanya meninggal juga beliau masih dalam keadaan anak yatim. Saat beliau dalam keadaan yatim tidak ada seorang pun peduli terhadap beliau, kecuali keluarganya sendiri. Perlakuan semena-mena terhadap anak yatim dan tidak adanya kepedulian kepada fakir miskin merupakan sebab utama manusia tergolong sebagai pendusta agama. Muhammad SAW diutus menjadi rasul, yang salah satu syari’at-nya mewajibkan kepedulian terhadap anak yatim.

Menjalin rumah tangga yang harmonis tidak lepas dari kepedulian terhadap anak yatim dan fakir miskin. Kepedulian dalam arti adanya kemauan untuk mengurus mereka, dan berlaku baik terhadap mereka. Dari sana akan muncul nilai-nilai positif bagi keluarga yang peduli terhadap mereka berupa keharmonisan, ketenangan, dan keberkahan dalam keluarga. Rasulullah SAW bersabda, ”Sebaik-baik rumah orang Muslim, yaitu rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diasuh dengn baik. Dan sejelek-jelek rumah orang Muslim, yaitu rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang tidak diasuh dengan baik.”

Rasulullah SAW. menilai bahwa rumah yang paling baik adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diasuh dengan baik. Sebaliknya, seburuk-buruk rumah adalah jika ada anak yatim di rumah tersebut, akan tetapi tidak diasuh dengan baik. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa di surga nanti, rumah yang digunakan mengasuh anak yatim dengan baik disebut “Rumah Kesenangan” karena mereka memberikan kesenangan kepada anak yatim sewaktu di dunia. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat rumah yang disebut “Rumah Kesenangan”. Tidak ada yang bisa memasukinya kecuali orang yang menyenangkan anak-anak yatim-mukmin.” Hadist ini menjelaskan bahwa Allah SWT memberikan ganjaran yang paling berharga berupa “Rumah Kesenangan” di surga. Ini merupakan puncak keberkahan bagi mereka yang peduli terhadap nasib anak yatim. 

Kebersamaan dengan anak yatim ketika di dunia yang diasuh dengan baik menunjukkan bahwa mereka akan ditempatkan bersama-sama dengan Rasulullah SAW di surga. Sebab, Allah Azza wa Jalla akan membangkitkan manusia di akhirat kelak bersama-sama dengan orang yang menyertainya. Sungguh perbuatan yang sangat mulia apabila mau berbagi kasih sayang dengan anak-anak yatim yang banyak ditelantarkan oleh keluarganya karena keterbatasan biaya. Beliau SAW mengisyaratkan kedekatannya dengan pengasuh anak yatim bagaikan kedekatan jari telunjuk dengan jari tengah atau jari telunjuk dengan ibu jari. Rasulullah SAW bersabda, “Aku bersama orang yang mengurus anak yatim di surga seperti ini--Nabi mengisyaratkan dua jarinya, telunjuk dan jari tengah, atau jari telunjuk dan ibu jari.” [HR Malik dalam Al-Muwaththa’ juz 6 h.8] 

Dituturkan dari Ibn Abbas r.a. bahwa Rasulullah SAW.bersabda, “Barang siapa memelihara anak yatim di tengah kaum muslim dengan memberimakan dan minum, maka Allah akan memasukkannya ke surga kecuali ia melakukan dosa yang tidak diampuni Allah (dosa musyrik).” [HR Al-Tirmidzi dalam Sunan Al-Tirimidzi juz 7h.152] 

Dituturkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW.bersabda, “Demi Allah yang mengutusku dengan haq, Allah tidak akan menyiksa pada hari kiamat pada orang yang mengasihi anak yatim, ramah, manis tutuk katanya dan benar-benar menyayangi anak yatim dan memaklumi kelemahannya. Juga tidak menyombongkan tetangganya dengan kekayaan yang diberikan Allah kepadanya.”  [HR Al-Baihaqi dalam Al-Mu’jam Al-Kabir lil Baihaqi juz 20 h.20]

Demikianlah wahai saudaraku, semoga risalah yang singkat ini bermanfaat bagi kita semua. Marilah kita tingkatkan rasa kepedulian kita kepada para anak yatim dan orang-orang miskin dengan cara menyantuninya dengan baik. Yaitu sesuai dengan perintah Allah SWT dan tuntunan baginda Rasulullah SAW., agar kita tidak termasuk kedalam golongan kaum yang “Mendustai Agama”, sebagaimana yang di isyaratkan oleh  QS Al-Mâ’ûn [107]: 1-3 di atas.

Marilah kita memberikan kesenangan kepada anak yatim agar kelak kita memperoleh ganjaran berupa “Rumah Kesenangan” yang letaknya dekat dengan Nabi SAW di akhirat kelak.

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza wa Jalla. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.beserta keluarga dan shahabatnya.

ماً إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِي
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
(QS Al-Ahzab [33]:56)

Simak lagi peringatan Rasulullah saw dan ancaman dari Allah perihal anak yatim di sini 

Folder Arsip

Loading...

Rekam Arsip

Rekomendasi Arsip

Followers