Islam, Rahmat Bagi Alam Semesta

Sunday, July 20, 2014

Napak Tilas Ibadah Haji Wada Rasulullah


Ibadah Haji merupakan madrasah imaniyyah yang agung. Darinya, setiap kali musim haji datang, kaum Muslimin dari seluruh pelosok belahan bumi yang beruntung menjawab panggilan-Nya, semuanya akan memperoleh ibroh {pelajaran-pelajaran - hikmah} yang agung, faedah-faedah yang sangat berharga serta bermanfaat bagi dirinya, sesuai dengan taufiq & hidayah Allah SWT. 
 
Adapun ibroh atau pelajaran yang bisa kita petik dalam ritual yang di contohkan oleh baginda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sangatlah banyak, Karena keterbatasan halaman, maka kami akan sajikan kepada para pembaca, ibroh atau pelajaran yang berkaitan erat dengan permasalahan aqidah ini, di antaranya dengan mencermati contoh-contoh yang diperlihatkan oleh Rasulullah SAW melalui:

Sunday, July 6, 2014

Bukti Sejarah Bahwa Muhammad Memang Nabi Terakhir Yang Ditunggu

 
Dr. J. Verkuyl seorang tokoh nasrani membantah perihal kedatangan rasulullah SAW yang tanda-tandanya terungkap dalam injil, dia menulis sebagai berikut: ”Apabila orang menyangka bahwa sesudah Tuhan Yesus, masih ada orang yang datang menambah pengajaran Tuhan Yesus atau menyangka masih ada orang yang seperti Yesus, maka salahlah ia. Allah telah berfirman dan menyatakan diri sesempurnanya didalam Tuhan Yesus Kristus. 

Selanjutnya ia menulis lagi: “Jadi sesudah Kristus tidak ada lagi seorang nabi yang muncul, yang dapat menambah, mengubah, mengganti atau membatalkan pengajarannya. Sesudah Yesus tidak ada lagi seorang Nabi yg muncul yg dapat menambah, mengubah dan membatalkan ajaran Yesus. Pendapat itu menurut ajaran agama Kristen sudah seharusnya demikian. Seperti telah diterangkan, menurut ajaran agama Kristen, kedatangan Yesus ke dunia adalah untuk menyelesaikan akibat kesalahan Adam mengenai pelanggaran dalam persoalan memakan buah kayu yang terlarang. Adam telah berdosa sebab memakan sebuah buah kayu di taman Firdaus dan manusia seluruhnya telah mewarisi dosa itu. Maka Yesus sebagai anak Allah lalu datang ke dunia menjelma menjadi manusia kemudian mati disalibkan untuk menebus dosa itu. Menurut ajaran agama Kristen, Yesus telah melaksanakan tugasnya. Dengan demikian persoalannya telah selesai. Maka tidak ada yang akan di tambah dan yang akan dibatalkan lagi”.

Menurut ajaran agama Islam Yesus hanya seorang manusia yang diutus Tuhan bertugas menjadi Nabi untuk memimpin manusia pada jalan kebaikan. Ia termasuk golongan Nabi-nabi yang sudah diutus Tuhan pada zaman-zaman yang lalu dan telah melakukan tugasnya sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diwahyukan Tuhan kepadanya. Oleh karena manusia sesudah Yesus masih memerlukan petunjuk Tuhan yg benar dan yang lebih sempurna, maka Tuhan mengutus lagi Rasul-Nya menyampaikan petunjuk itu. Tuhan telah mengutus Nabi Muhammad SAW Sebagai Rasul yang terakhir dengan membawa petunjuk yang lebih lengkap dan sempurna.

Lebih jauh lagi, sesudah Yesus sebetulnya masih ada nabi-nabi lagi, hal ini terungkap dalam Alkitab. Antara lain:

Dalam Kisah Rasul-Rasul pasal 11 tertulis: 

(27) Pada masa itu datanglah beberapa orang nabi dari Jeruzalem turun ke Antiochia.
(28) Maka bangkitlah seorang dari antara mereka itu bernama Agabus, lalu menyatakan dengan ilham Roh, bahwa suatu bala kelaparan yang besar akan jadi di seluruh dunia ini. Maka berlakulah yang demikian itu pada zaman Kalaudius.

Dalam Kisah Rasul-Rasul pasal 21 tertulis: 

(10) Sementara kami tinggal beberapa hari lamanya disitu, maka turunlah dari tanah Judea seorang nabi, namanya Agabus. 
(11) lalu datang kepada kami, mengambil ikat pinggang Paulus, mengikat kaki tangannya sendiri serta berkata: “Inilah sabda Rohul kudus, bahwa orang yang empunya ikat pinggang ini, sedemikian inilah akan diikat di Jerusalem oleh orang Yahudi dan diserahkan ke tangan orang kafir.

Ayat-ayat ini menyatakan bahwa pada zaman rasul-rasul Yesus beberapa orang nabi telah datang dari Jerusalem ke Antiochia, seorang diantaranya bernama Agabus.

Dalam Kisah Rasul-Rasul pasal 13 tertulis: 

(1) Adalah di Antiochia di dalam sidah jumat beberapa nabi dan guru, yaitu Barnabas dan Simon yang bergelar Nigar, dan Lukas orang Kireni, dan Manahen saudara susuan Herodes, raja seperempat negeri, dan Saul.

Dalam Kisah Rasul-Rasul pasal 15 tertulis: 

(32) Maka Yudas dan Silas, yang sendirinyapun nabi juga, menyegarkan hati segala saudara itu sambil meneguhkan mereka itu dengan beberapa banyak perkataan.

Dalam ayat ini disebutkan lagi bahwa pada zaman murid-murid Yesus ada lagi seorang Nabi yang bernama Silas. Dengan demikian ternyata bahwa menurut Alkitab masih ada Nabi yang datang sesudah Yesus. Jadi Yesus bukanlah Nabi terakhir.

Menurut Yesus masih akan datang lagi Nabi yang benar kemudiannya, karena itu ia menunjukkan tanda-tandanya. Ada nabi yang benar dan ada nabi yang palsu. Oleh karena itu beliau menunjukkan tanda-tanda pengenalannya. Dalam Injil Matius pasal 7 tersebut:

(15) Jagalah dirimu dari pada segala nabi palsu, yang datang kepadamu mereka seperti serigala buas.
(16) Dari pada buah-buahnya kamu akan mengenal dia. Pernahkah orang memetik buah anggur dari pada pohon duri, atau buah ara dari pada pohon unak?
(17) Demikian juga tiap-tiap pohon kayu yang baik, berbuahkan buah yang baik; tetapi pohon kayu yang jahat, berbuahkan buah yang jahat.
(18) Tiada dapat pohon kayu yang baik berbuahkan buah yang jahat, atau pohon yg jahat itu berbuahkan buah yang baik.
(19) Tiap-tiap pohon kayu, yang tiada memberi buah yang baik, akan dipotong dan dibuangkan ke dalam api.
(20) Sebab itu dari pada buahnya kamu akan mengenal dia.

Seterusnya dalam 1 Yohanes pasal 4 tertulis demikian:

(1) Hari segala kekasihku, janganlah percaya akan sebarang roh, melainkan ujilah segala roh itu kalau-kalau dari pada Allah datangnya; karena banyak nabi palsu sudah keluar ke seluruh dunia.
(2) Dengan yang demikian dapatlah kamu mengenal Roh Allah, yaitu tiap-tiap roh, yang mengaku bahwa Yesus Kristus sudah datang dengan keadaan manusia, itu dari pada Allah.
(3) dan tiap-tiap roh, yang tiada mengaku Yesus itu, bukanlah dari pada Allah, melainkan inilah roh di Dajjal, yang telah kamu dengar yang akan datang, dan sekarang ini sudah ada di dalam dunia.

Dengan ayat-ayat yang tersebut diatas ini Yesus menyuruh menjaga diri dari pada nabi-nabi palsu yang akan datang. Yesus menyuruh mengenalnya dari pada buahnya, baik itu jahat. Seterusnya Yesus menyuruh pula menguji tiap-tiap roh yang datang , apakah dari pada Allah atau dari pada Dajjal. 

Keterangan Yesus ini memberi pengertian bahwa Nabi yang benar akan datang lagi sesudah Yesus, karena ia masih menyuruh memeriksa dan mengujinya dengan mengemukakan tanda-tanda Nabi dan roh yang benar itu. Seandainya tiap-tiap Nabi yang akan datang palsu, tentulah Yesus tidak mengatakan demikian, tetapi ia akan memperingatkan supaya jangan mempercayai tiap-tiap Nabi yang akan datang, karena Nabi yang benar tidak akan datang lagi. 

Menurut Yesus, Nabi yang benar itu akan dapat diketahui dari pada buahnya yang baik dan dari pada ajarannya yang mengakui bahwa Yesus Kristus sudah datang dengan keadaan manusia. Tanda itu kedua-duanya telah sesuai kepada Nabi Muhammad SAW yg datang setelah Yesus. Nabi Muhammad SAW dengan ajaran-ajarannya yang lengkap dan sempurna telah mengeluarkan buah yang baik.

Dalam masa 23 tahun ia telah mengubah keadaan masyarakat yang buruk menjadi masyarakat yang sebaik-baiknya. Seterusnya buah ajarannya yang baik itu telah mendatangkan kebahagiaan bagi manusia berabad-abad lamanya. Selanjutnya Nabi Muhammad SAW telah mengakui bahwa Yesus Kristus benar-benar datang ke tengah-tengah kaumnya dalam keadaan sebagai manusia dan ia menolak dengan sangat tegas Yesus yang disebut-sebut sebagai anak Tuhan apalagi sebagai Tuhan sendiri.

Bukti-bukti Sejarah Bahwa Kedatangan Muhammad Memang Ditunggu-tunggu.
 





Menurut sejarah, orang Yahudi dan Kristen di sekitar zaman kelahiran Nabi Muhammad SAW memang menunggu kedatangan seorang Nabi. Hal itu dapat dibuktikan oleh keterangan sejarah sbb:

1. Ketika Nabi Muhammad SAW, berumur dua belas tahun ia dibawa oleh Abu Thalib, pamannya, ikut berniaga ke negeri Syam (Syria). Ketika mereka tiba dekat suatu tempat bernama Bushra (sebuah kampung diperbatasan tanah Arab dengan Syam), mereka bertemu dengan seorang pendeta Kristen yang tinggal di tempat itu bernama Bahiera. Pendeta itu bertanya kepada mereka tentang kedatangan seorang Nabi dari bangsa Arab yang dijumpai dalam kitab-kitab sucinya. Ketika ia memperhatikan tanda-tanda yang terdapat pada Nabi Muhammad, ia mengatakan kepada Abu Tahlib bahwa suatu keadaan yang luar biasa terdapat pada anak itu dan ia berharap supaya anak itu dipelihara baik-baik. Pendeta itu melihat Muhammad senantiasa dilindungi sekumpulan awan. Dalam keterangan ini, Bahiera menyatakan bahwa masih ada seorang Nabi yang akan datang di tanah Arab.

2. Ketika Nabi Muhammad SAW telah berumur empat puluh tahun dan ia sedang berada di gua Hira, datang kepadanya seorang malaikat yang menyatakan bahwa ia adalah Malaikat Jibril. Lalu kepada Muhammad SAW disampaikannya wahyu Al-Quran yang mula-mula. Sesudah kejadian itu, Muhammad kembali ke rumahnya dengan gemetar dan ketakutan. Khadijah, isterinya, lalu membawanya kepada seorang laki-laki yang telah tua, anak saudara bapaknya yang bernama Waraqah bin Naufal yang beragama Kristen dan pandai menulis Injil dalam bahasa Ibrani. Waraqah menerangkan bahwa yang datang kepada Muhammad SAW itu adalah utusan Tuhan yang juga pernah datang kepada Nabi Musa dahulu dan Muhammad adalah Nabi bagi umat saat ini. Disini Waraqah sebagai seorang alim Kristen mengakui bahwa masih ada seorang Nabi yang diutus Tuhan pada masa itu.

3. Pada ketika Nabi Muhammad SAW sedang tinggal di Mekkah, ia dan kaum muslimin pernah diboikot oleh orang-orang kafir penduduk Mekkah tiga tahun lamanya, sampai mereka memakan daun-daun kayu karena ketiadaan makanan. Selama pemboikotan tersebut, Nabi Muhammad SAW menyuruh sahabat-sahabatnya mengungsi ke negeri Ethiopia, Afrika, untuk meringankan penderitaan mereka. Delapan puluh tiga orang laki-laki dan delapan belas orang perempuan berangkat diketuai Jafar, anak Abu Thalib. Disana mereka diterima dengan baik oleh Negus, raja Ethiopia. Pada tahun yang ke tujuh hijrah, Nabi Muhammad SAW mengirim surat kepada Negus untuk mengajaknya memeluk Islam. Di Ethiopia surat itu disampaikan oleh Jafar kepada Negus. Ketika surat itu diterimanya ia berkata: “Aku menjadi saksi kepada Allah bahwa sesungguhnya dialah Nabi yang ditunggu-tunggu Ahli Kitab.”

Lalu ia menulis jawaban surat Nabi itu, antara lain katanya: “Saya mengakui bahwa tuan utusan Allah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya saya telah berbaiat kepada tuan dan telah berbaiat kepada anak saudara bapak tuan (yaitu Jafar anak Abu Thalib). Dan saya telah memeluk agama Islam dihadapannya karena Allah Tuhan semesta alam”. Negus ini sebelum memeluk agama Islam adalah seorang yang beragama Kristen. Dalam keterangannya diatas ia mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang ditunggu-tunggu orang Yahudi dan Kristen.

4. Pada musim haji pada tahun kesebelas, banyak orang Arab datang berkunjung ke negeri Mekkah, diantaranya enam orang penduduk Medinah. Mereka itu acapkali mendengar dari orang-orang Yahudi yang tinggal disekeliling kota Medinah itu mengatakan, bahwa seorang Nabi akan datang pada masa itu. Manakala mereka berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW dan mendengar pengajarannya, teringatlah mereka kepada ucapan orang-orang Yahudi tersebut Mereka lalu berbicara dengan sesamanya : “Sebenarnya inilah Nabi yang selalu disebut-sebut orang Yahudi itu. Maka janganlah mereka mendahului kamu mengikutnya”. Mereka lalu beriman dan kembali ke negeri Medinah menjadi penyiar Islam. Sehingga pada tahun kedua belas datang dua belas orang lagi, semuanya beriman juga. Dan pada tahun ketiga belas datang pula tujuh puluh tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan, semuanya lalu masuk Islam. Dengan perantaraan penduduk Medinah yang masuk Islam itu agama Islam telah tersiar dengan semakin luas sehingga merata di tiap-tiap rumah di Medinah.

5. Pada tahun ketujuh hijrah Nabi SAW mengirim surat kepada raja-raja yang ada pada waktu itu untuk mengajak mereka memeluk Islam. Antara lain Nabi Muhammad SAW telah mengirim surat kepada Maqauqas pembesar Kibti di Mesir. Dan pembesar tersebut membalas surat Nabi itu sebagai berikut: ”Kepada Muhammad anak Abdullah, dari Maqauqas, pembesar Kibti. Salam kepada tuan. Kemudian itu saya telah membaca surat tuan dan telah memahami apa yang tuan sebutkan didalamnya dan apa yang tuan ajak. Dan sebenarnya saya mengetahui bahwa seorang Nabi masih ada lagi. Saya menduganya bahwa ia keluar di Syam (Syria). Saya telah menghormati utusan tuan.”

Maqauqas ini seorang pembesar yang beragama Kristen. Walaupun ia tidak memeluk Islam, tetapi dalam suratnya itu ia mengakui bahwa masih ada seorang Nabi yang akan datang lagi.

6. Ketika Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Medinah, beberapa waktu kemudian beliau di datangi oleh seorang pendeta besar Yahudi, bernama Abdullah bin Salam. Setelah pendeta itu bertemu dengan Nabi, ia lalu menanyai Nabi beberapa hal. Jawaban nabi itu meyakinkan kepadanya bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Sebab itu ia lalu masuk Islam. Dia berkata kepada Nabi: “Saya menyaksikan bahwa tuan adalah Rasul Allah dan tuan datang membawa kebenaran. Orang Yahudi mengetahui bahwa saya ada lah penghulu orang Yahudi dan anak penghulu mereka. Dan saya seorang alim di antara mereka dan anak dari seorang yang teralim diantara mereka. Harap tuan tanyakan kepada mereka siapa saya, sebelum mereka mengetahui bahwa saya telah Islam. Karena jika mereka nanti mengetahui saya telah Islam, akan bermacam-macam perkataan mereka mengenai saya.”

Nabi lalu memanggil orang-orang Yahudi. Mereka datang. Dan Abdullah bin Salam bersembunyi. Nabi meminta kepada mereka agar takut kepada Allah. Dan Nabi mengatakan dengan sumpah bahwa mereka mengetahui Muhammad SAW adalah benar Rasul kepada mereka yang membawa kebenaran. Lalu orang-orang Yahudi menjawab: “Kami tidak mengetahui hal ini”. Lalu Rasul bertanya: “Bagaimana kedudukan Abdullah bin Salam pada kamu ?”. Mereka menjawab: “Dia penghulu kami dan anak penghulu kami. Dia orang yang amat alim pada kami dan anak orang yang amat alim pada kami”. Maka kata Nabi: “Bagaimana jika ia telah Islam?”. Jawab mereka: “Ia tidak akan mau masuk Islam. Tiga kali Nabi mengatakan, bagaimana jika ia telah masuk Islam. Mereka menjawab tiga kali juga mengatakan jauh sekalilah jika ia mau masuk Islam. Nabi SAW lalu menyuruh Abdullah bin Salam keluar dari tempat persembunyiannya. Iapun keluar lalu berpidato dihadapan orang-orang Yahudi itu mengajak mereka masuk Islam. Katanya: “Hai kaum Yahudi, takutlah kamu kepada Allah, Demi Allah, yang tidak ada Tuhan selain dari padaNya, dialah Rasul Allah yang kamu ketahui itu. Dia telah datang membawa kebenaran”.

Mendengar keterangan Abdullah bin Salam yang selama ini mereka hormati, mereka lalu berkata kepadanya: “Tuan telah berdusta!” Nabi SAW lalu menyuruh orang-orang Yahudi itu keluar. Demikianlah riwayat Abdullah bin Salam, seorang alim Yahudi yang telah memeluk Islam. Ia telah menjadi saksi bahwa orang-orang Yahudi mengetahui Nabi Muhammad SAW itu benar, tetapi mereka tidak mau mengakui.

7. Dalam kisah Salman Farisi yang datang dari Persi (Iran) mencari Nabi Muhammad SAW hingga dia memeluk Islam, telah dinyatakan bahwa seorang pemuka agama Kristen memesankan kepadanya agar pergi mencari Nabi itu. Kata pemuka Kristen itu: “Hai anakku, tidak ada lagi saya ketahui sekarang seorang manusia yang seperti kita ini diantara seluruh manusia untuk tempat saya menyuruh engkau mendatanginya. Akan tetapi, sekarang telah dekat masanya seorang Nabi akan dilahirkan dengan membawa agama Ibrahim yang keluar dari tanah Arab. Tempat berhijrahnya di suatu tempat antara dua lapangan tanah yang berbatu-batu dan diatnara keduanya itu pohon-pohon kurma. Dia mau memakan pemberian, tetapi tidak mau memakan zakat. Diantara dua bahunya terdapat cap kenabian. Jika engkau sanggup pergi ke negeri itu, lakukanlah”. Demikianlah keterangan pemuka agama Kristen itu kepada Salman Farisi. Akhirnya Salman sampai juga ke tempat itu bertemu dengan Nabi Mu hammad SAW dan memeluk Islam.

Dari bukti-bukti sejarah yang tersebut diatas ini dapat diketahui bahwa orang-orang Yahudi dan Kristen di sekitar zaman kelahiran Nabi Muhammad SAW memang benar terbukti sedang menunggu-nunggu kedatangan seorang Nabi.

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya para Rasul.” (QS.Ali Imran 3:144)

“Tidaklah ia itu berkata-kata menurut nafsunya sendiri melainkan apa yang diucapkannya itu adalah wahyu yang diberikan.” (QS. an-Najm 53:3-4)



Catatan: artikel di atas telah dimuat dalam Labbaik, edisi: 036/th.04/Dzulhijjah 1428H-Muharram 1429H/2008M

Thursday, June 12, 2014

Hadits Bathil Riwayat Misionaris Kristen


Berikut adalah sebagian dari sekian banyak hadits-hadits palsu "hasil rekayasa" kaum kuffar yang mereka lakukan dengan cara mengedit ayat-ayat hadits asli, bahkan mengarang sendiri apa yang kemudian mereka katakan sebagai hadits Rasulullah Saw. 

Selama bertahun-tahun ini menjadi bagian penting dari materi propaganda misionari mereka yang terus menerus disebarkan ke ruang-ruang forum dialog lintas iman di internet, dan bagaikan virus rabies, tampaknya cukup berhasil mengkontaminasi tidak sedikit otak laskar kristus odong-odong yang bagaikan penderita rabies parah, berlomba-lomba pula menyebarkannya ke hadapan kita tanpa sedikit pun bekal ilmu pengetahuan tentang hadits!

Kita langsung saja. 

1. Shahih Bukhari Volume 5, Book 59, Number 713
Dikisahkan oleh Aisha: Pada waktu sakitnya sebelum dia mati, sang Nabi sering mengatakan, “Wahai Aisha! Aku masih merasa kesakitan karena daging yang kumakan di Khaybar, dan sekarang aku merasa urat nadiku dipotong oleh racun itu.”

Hadits yang benar:

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Basyar Telah menceritakan kepada kami Gundar Telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Sa’ad dari Urwah dari Aisyah dia berkata; Aku pernah mendengar bahwa seorang nabi tidak akan meninggal hingga dia di suruh memilih antara dunia dan akhirat. Aisyah berkata; Kemudian ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sakit yang menyebabkan kematiannya, aku mendengar beliau menuturkan dengan terputus-putus, beliau bersabda: Bersama orang-orang yang telah Allah beri nikmat kepada mereka, baik dari para nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang shalih dan mereka itulah sebaik-baik teman. Aisyah berkata; Aku mengira pada waktu itulah beliau diberi pilihan.[HR. Bukhari Vol 44, Buku 427 No. 4081] 

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah bin Hausyab Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’ad dari Bapaknya dari ‘Urwah dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha ia berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Tidaklah seorang nabi sakit kecuali akan diberi pilihan antara dunia dan akhirat. Aisyah berkata; Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sakit yang menyebabkan kematiannya, aku mendengar beliau menuturkan dengan terputus-putus, beliau bersabda: Bersama orang-orang yang telah Allah beri nikmat kepada mereka, baik dari para nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang shalih dan mereka itulah sebaik-baik teman. Maka aku tahu bahwa waktu itu beliau sedang diberi pilihan.[HR. Bukhari Vol 45, Buku 107 No. 4220]

2. Sahih Bukhari Volume 8, Buku 73, Nomer 151
Dinyatakan ‘Aisha: Aku biasa bermain dengan boneka2 di depan sang Nabi, dan kawan2 perempuanku juga biasa bermain bersamaku. Kalau Rasul Allah biasanya masuk ke dalam (tempat tinggalku) mereka lalu bersembunyi, tapi sang Nabi lalu memanggil mereka untuk bergabung dan bermain bersamaku. (Bermain dengan boneka2 atau bentuk2 yang serupa itu dilarang, tapi dalam kasus ini diizinkan sebab Aisha saat itu masih anak kecil, belum mencapai usia pubertas) [Fateh-al-Bari halaman 143, Vol.13]

Hadits yang benar:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad telah mengabarkan kepada kami Abu Mu’awiyah telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Ayahnya dari Aisyah radliallahu ‘anha dia berkata; Aku pernah bermain bersama anak-anak perempuan di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan aku juga mempunyai teman-teman yang biasa bermain denganku, apabila Rasulullah shallaallahu’alaihi wa sallam masuk, mereka bersembunyi dari beliau. Sehingga beliau memanggil mereka supaya bermain bersamaku. [HR Bukhari Vol 58, Buku 153 No. 5665] 

3. Tidak ada bukti bahwa Muhammad saw sunat (dikhitan)

Tuduhan tsb sepenuhnya "asbun", sebab tentang khitan Rasulullah saw cukup jelas disebutkan dalam salahsatu hadits sbb: 

Rasulullah SAW bersabda: Diantara kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepadaku adalah, aku dilahirkan dalam keadaan sudah dikhitan, karena itu tidak ada orang yang melihat aurat/kemaluanku. [HR. Al- Thabrani, Abu Nuaym, al Khatib dan ibn Asakir (diriwayatkan dari Ibn Abbas, Ibn Umar, Anas, Abu Hurairah. menurut Diya al Maqdisi, hadits ini shahih. Al Hakim selain menilai shahih, juga mengatakan mutawatir) Lihat Al-Khasa is Al-kubra, Jlid.1, hal. 90-91]. ▶ Lihat juga tulisan terkait di sini.

4. Mutiara Hadits 2002 jilid III No.152
Muhammad Berkata; "Nafsihi bi yadihi Isabnu Maryama!" Artinya, "Nafasku ada di tangan Isa Putra Mariam"

Rasulullah tidak pernah mengucapkan kalimat demikian, tetapi yang benar adalah begini:
Dari Annas ra bahwasanya ada seorang yang datang kepada Rasulullah saw dan berkata: "Wahai Rasulullah, apakah aku tidak bisa masuk surga karena mukaku yang jelek dan hitam ini?“ tanya seseorang. Laa walladzi nafsi bi yadhi, maa aiganta bi rabbika wa aamanta bimaa jaa’a bihi rasuluhu. "Tidak! Demi ALLAH yang jiwaku dalam kekuasaan-Nya, selama kau yakin pada Tuhanmu dan percaya pada ajaran Rasul-Nya,” jawab Rasulullah saw.

5. Sahih Al-Bukhari Volume 5, Book 59, Number 713
Muhamad diracun oleh perempuan Yahudi sehingga menderita selama bertahun-tahun sebelum mati. 

Hadits yang benar tentang kisah wanita Yahudi yang coba meracuni Nabi adalah sbb:

Dikisahkan oleh Anas bin Malik: Seorang wanita Yahudi membawa daging domba (masak) beracun untuk sang Nabi yang lalu memakannya. Wanita itu lalu dihadapkan kepada Muhammad dan Muhammad ditanyai pengikutnya, “Haruskah kita bunuh dia?” Dia berkata,”Tidak” Aku terus mengamati akibat racun itu di mulut Rasul Allah. [hadits Sahih Bukhari 3.786]

Dikisahkan oleh Abu Hurairah: Ketika Khaibar dikalahkan, sup domba beracun disuguhkan pada sang Nabi (SAW) sebagai hadiah (dari orang2 Yahudi). Sang Nabi memerintah,”Kumpulkan semua orang Yahudi yang ada di sini, berdiri di hadapanku.” Orang2 Yahudi dikumpulkan dan sang Nabi berkata (pada mereka),”Aku akan bertanya pada kalian. Maukah kalian menjawab dengan jujur?” Mereka berkata,”Ya.” Sang Nabi bertanya,”Siapakah ayah kalian?” Mereka menjawab,”Ini dan itu” Dia berkata,”Kalian bohong, ayah kalian bukan ini dan itu.” Mereka berkata,”Kau benar.” Dia berkata,”Maukah kalian menjawab jujur jika aku tanya sesuatu?” Mereka menjawab,”Ya, wahai Abu Al-Qasim, dan jika kami harus berbohong, kau dapat menyadari kebohongan kami seperti tadi kau telah ketahui tentang ayah kami.” Lalu dia bertanya,”Siapakah yang akan masuk neraka?” Mereka berkata,”Kami akan berada di neraka untuk jangka waktu sebentar, dan setelah itu kau akan mengganti posisi kami.” Sang Nabi berkata,”Kalian dikutuk dan dihina di neraka! Demi Allah, kami tidak akan pernah mengganti posisi kalian di neraka.” Lalu dia bertanya,” Maukah kalian menjawab jujur jika aku tanya sesuatu?” Mereka menjawab, “Ya, wahai Abu Al-Qasim.” Dia bertanya,”Apakah kau telah meracuni sup domba ini?” Mereka menjawab,”Ya.” Dia bertanya,”Mengapa kau lakukan itu?” Mereka menjawab, “Kami ingin tahu jika kau ini pembohong dan kalau kau memang pembohong, kami akan menyingkirkanmu, dan jika tau memang adalah seorang nabi, maka racun itu tidak akan mempan pada dirimu.” [hadits Sahih Bukhari 4, Buku 53, Nomer 394]

Sebenarnya seorang wanita Yahudi menyajikan (daging) kambing beracun kepada Rasul Allah. Dia mengambil sedikit daging, memasukannya ke dalam mulutnya, mengunyahnya dan lalu memuntahkannya. Lalu dia berkata kepada para pengikutnya: “Berhenti! Sungguh, kaki domba ini berkata padaku bahwa dia telah diracuni.” Lalu dia meminta wanita Yahudi itu dipanggil dan dia bertanya padanya, “Apa yang menyebabkanmu melakukan hal itu?” Dia menjawab,”Aku ingin tahu apakah kau ini benar2 nabi; jika memang benar maka Allah tentunya akan memberitahu dirimu,
dan jika kau ternyata berbohong maka aku akan dapat membebaskan masyarakat dari dirimu.” [Dari Ibn Sa’d halaman 249]

Ketika Rasul Allah beristirahat dari pekerjaannya, Zaynab bt. al-Harith, istri dari Sallam bin Mishkam, menyajikan baginya sebuah daging domba bakar. Dia telah bertanya sebelumnya bagian domba manakah yang paling disukai Rasul Allah dan diberitahu bagian kaki depannya. Lalu dia membubuhi bagian itu dengan racun, dan dia juga meracuni bagian lainnya. Setelah itu dia menghidangkan daging itu. Ketika daging itu disajikan di hadapan Rasul Allah, dia mengambil bagian kaki depannya dan mengunyah sebagian kecil, tapi tidak ditelannya. Di sebelah dia terdapat Bishr b. al-Bara b. Marur yang seperti Rasul Allah juga mengambil bagian daging itu. Akan tetapi Bishr menelan daging itu ketika sang Rasul Allah memuntahkan daging dan berkata, “Tulang ini memberitahu diriku bahwa ia diracuni.” Dia bertanya, “Apa yang membuatmu melakukan ini?” Wanita itu menjawab, “Bagaimana kau telah memperlakukan masyarakatku sudah nyata di hadapanmu. Jadi aku berkata, “Jika dia memang benar2 nabi, maka dia akan diberitahu; tapi jika dia seorang raja, maka aku akan dapat menyingkirkannya.”". Sang Nabi mengampuninya. Bishr mati karena daging yang dimakannya. [Dari Tabari Volume 8, halaman 123, 124]

6. Sahih Bukhari. 62. No. 17
Diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah: Ketika saya menikah, Rasulullah berkata kepada saya, “Wanita tipe seperti apa yang kamu nikahi?” Saya menjawab. “Saya telah menikahi seorang ibu muda”. Dia (Rasulullah) berkata, “Kenapa? Apakah kamu tidak menyukai perawan-perawan cilik sehingga bisa meraba-raba mereka? Jabir juga berkata: Rasullulah berkata, “Kenapa kamu tidak menikahi seorang gadis belia sehingga kamu bisa bermain-main dengan dia dan dia bermain-main dengan kamu?”

Hadits hasil diediting di atas berasal dari hadits asli sebagai berikut:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Wahhab telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah dari Wahab bin Kaisan dari Jabir bin ‘Abdullah radliallahu ‘anhu berkata: Aku pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu peperangan lalu untaku berjalan lambat hingga aku kelelahan. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menemuiku. Jabir berkata: Aku katakan kepada Beliau (setelah bertanya kepadaku): Iya. Beliau bertanya: Apa sebabnya? Aku katakan: Untaku berjalan sangat lambat hingga aku kelelahan dan tertinggal. Kemudian Beliau berhenti turun dan memukul untaku dengan tongkat Beliau lalu berkata: Kendarailah. Maka aku mengendarainya. Sungguh aku melihat unta itu mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bertanya kepadaku: Apakah kamu sudah menikah? Aku jawab: Sudah. Beliau bertanya lagi: Dengan seorang gadis atau janda? Aku jawab: Janda. Beliau berkata: Mengapa tidak dengan seorang gadis sehingga kamu dapat bersenda gurau dengannya dan dia bisa bersenda gurau denganmu. Aku katakan: Sesungguhnya aku punya saudara-saudara perempuan. Aku ingin jika aku menikahi seorang wanita dia adalah orang yang akan tetap dapat menyatukan saudara-saudara perempuanku itu, menyisir dan membimbing mereka. Beliau berkata: Sungguh kamu sudah terlambat maka jika kamu bisa mendahului maka kamu akan menjadi orang yang hebat. Kemudian Beliau berkata: Apakah kamu akan menjual untamu? Aku jawab: Ya. Maka Beliau membeli untaku dengan satu ‘uqiyah, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tiba sebelum aku tiba, aku tiba setelah tengah hari. Lalu kami datang ke masjid dan aku dapati Beliau di pintu masjid, lalu Beliau berkata: Baru sekarang kamu tiba? Aku jawab: Ya. Maka beliau berkata: Biarkanlah untamu itu. Maka Beliau masuk ke dalam masjid lalu shalat dua raka’at, dan akupun masuk ke masjid lalu shalat. Kemudian Beliau memerintahkan Bilal untuk menimbang baginya satu ‘uqiyah. Lalu Bilal menimbang satu ‘uqiyah untukku dengan timbangan yang akurat. Kemudian aku pergi hingga berpaling meninggalkan Beliau. Kemudian Beliau berkata: Panggilah Jabir untuk menemuiku. Aku katakan: Sekarang Beliau mengembalikan unta itu kepadaku padahal tidak ada yang lebih aku benci kecuali unta itu. Beliau berkata: Ambillah untamu dan harga jualnya tetap buatmu. [HR. Bukhari Vol 18, Buku 50 No.1955].

7. Muhammad sering mengenakan pakaian wanita?  
Sahih Muslim, number 4415
4415 صحيح مسلم

صحيح البخاري .. كتاب الهبة و فضلها و التحريض عليها .. باب من أهدى إلى صاحبه و تحرى بعض نسائه دون بعض
فدار إليها فكلمته فقال لها لا تؤذيني في عائشة فإن الوحي لم يأتني وأنا في ثوب امرأة إلا عائشة
“So he turned to her so she talked to him so he said: do not hurt me in Aisha, because the revelation did not come to me when I am in the dress of any other woman except with I am in the dress of Aisha.” [Lihat: www.hadith.al-islam.com]

Hadits ini panjang, tapi kita petik substansi-nya saja:

“Lalu dia (Muhammad) berpaling pada Aisha agar aisha berbicara padanya, lalu dia berkata: Jangan sakiti aku Aisha, karena wahyu tidak datang padaku ketika aku memakai pakaian wanita lain kecuali memakai pakaianmu Aisha.”

Mungkinkah Muhammad mengidap kelaian transvestite?
Jawabannya, TIDAK! Nauzubillahi Minzaliq!
Sebab beginilah hadits yang sebenarnya:

Aisyah berkata: Kaum muslimin selalu menunggu datangnya hariku untuk memberikan hadiah mereka kepada Nabi. Maka para maduku berkumpul dikediaman Ummu Salamah (untuk merundingkannya), mereka berkata:”Wahai Ummu Salamah, kaum muslimin selalu menunggu datangnya Aisyah untuk memberikan hadiah mereka pada Rasulullah, tentu tidak hanya Aisyah saja yang menginginkannya, melainkan kita semua juga sama sepertinya. Oleh karena itu sampaikanlah kepada Nabi keinginan kami, agar beliau menyampaikan kepada kaum muslimin untuk memberikan hadiah mereka dimanapun beliau berada.” Maka Ummu Salamah pun berbicara kepada Nabi mengenai hal itu (pada hari gilirannya), namun Nabi mengacuhkannya. Kemudian pada hari (gilirannya) yang lain beliau datang kembali dan Ummu Salamah menyampaikan hal yang sama, ia berkata:”Wahai Rasulullah, para maduku mengadu bahwa kaum muslimin selalu menunggu hari Aisyah untuk memberikan hadiah mereka. Sampaikanlah kepada mereka untuk memberikan hadiah dimanapun engkau berada.” Namun Nabi masih saja mengacuhkannya. Dan pada saat Ummu Salamah menyampaikan hal yang sama untuk yang ke tiga kalinya, Nabi berkata:”Wahai Ummu Salamah, janganlah kamu menyakitiku dengan (memintaku untuk mengurangi hak) Aisyah, karena wahyu tidak diturunkan kepadaku saat aku berada diselimut istri-istriku kecuali (ketika aku bersama Aisyah).” [HR.Al-Bukhari]

8. Sahih Bukhari 43, No 648
Sang Nabi tidak mengunjungi istri-istrinya karena Hafsa membocorkan rahasia kepada Aisha, dan sang Nabi berkata bahwa dia tidak akan mengunjungi para istrinya selama sebulan karena dia marah pada mereka ketika Allah membatalkan sumpahnya untuk tidak menyentuh Maria lagi.

Ini adalah hadits palsu ala FFi. Yang berikut ini adalah hadits shahihnya:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdurrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun berkata, telah mengabarkan kepada kami Humaid Ath Thawil dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah terjatuh dari kudanya hingga mengakibatkan betisnya atau bahunya terluka. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjauhi isteri-isterinya selama sebulan. Beliau lalu duduk di ruangan yang agak tinggi yang tangganya terbuat dari kayu. Para sahabatnya lalu mengunjunginya, Beliau lalu shalat mengimami mereka dengan duduk sedangkan para sahabatnya shalat dengan berdiri. Setelah salam, beliau bersabda: Sesungguhnya dijadikannya imam itu untuk diikuti. Jika imam bertakbir maka takbirlah kalian, jika rukuk maka rukuklah kalian, jika sujud maka sujudlah kalian, dan jika ia shalat dengan berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri. Kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam turun kembali setelah dua puluh sembilan hari. Mereka pun berkata, Wahai Rasulullah, bukankan engkau mengasingkan diri selama satu bulan? Beliau menjawab: Satu bulan itu dua puluh sembilan hari. [HR Bukhari Vol 8, Buku 30, No. 365]

9. Hadits Bukhari tentang "pemindahan" Arsyi Allah
Diriwayatkan dari Ibnu Abi ‘Ashim, Nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya ‘Arsy sebelumnya berada di atas air. Setelah Allah menciptakan langit (ke-7), ‘Arsy itu ditempatkan di langit yang ke-7. Dia jadikan awan sebagai saringan untuk hujan. Apabila tidak dijadikan seperti itu, tentu bumi akan tenggelam terendam air.”

Hadits shahih aslinya adalah sbb:

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman Telah mengabarkan kepada kami Syu’aib Telah menceritakan kepada kami Abu Az Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Allah Azza wa Jalla berfirman: ‘Berinfaklah, maka aku akan berinfak kepadamu.’ Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya tangan Allah terisi penuh, pemberian-Nya siang maupun malam tidak pernah menguranginya. Juga beliau bersabda: Tidakkah kalian melihat bagaimana Allah telah memberikan nafkah (rezeki) semenjak Dia mencipta langit dan bumi. Sesungguhnya Allah tidak pernah berkurang apa yang ada pada tangan kanan-Nya. Beliau bersabda: Dan ‘Arsy-Nya ada di atas air, di tangan-Nya yang lain terdapat neraca, Dia merendahkan dan meninggikan [HR Bukhari Vol 45, Buku 203, No 4316]

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Ma’mar dari Hammam telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tangan kanan Allah selalu penuh dan sama sekali tidak pernah kurang karena berderma (infak), Dia sangat dermawan baik malam maupun siang, tidakkah kalian tahu apa yang telah diinfakan-Nya semenjak Ia mencipta langit dan bumi dan itu semua tidak mengurangi apa yang berada di tangan kanan-Nya? Dan arsy-Nya berada diatas air, dan ditangan-Nya yang lain urusan menjulurkan atau menahan, karenanya Dia meninggikan atau merendahkan.” [HR. Bukhari Vol. 77, Buku 47, No. 6869]

10. Sahih Bukhari 18:167
Diceritakan oleh Abu Musa: Saat terjadi gerhana Matahari, Rasulullah terperanjat ketakutan. Ia mengira kalau kalau saat itu Hari Kiamat.

Hadits diatas telah dipelintir oleh kaum kuffar menjadi hadits palsu. Ini hadits yang benar :

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al ‘Ala berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Buraid bin ‘Abdullah dari Abu Burdah dari Abu Musa berkata, “Ketika terjadi gerhana matahari, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dengan tergesa-gesa seolah akan terjadi hari kiamat. Beliau lantas mendatangi masjid dan shalat dengan berdiri, rukuk dan sujud yang paling panjang, yang pernah aku lihat dari yang beliau pernah lakukan. Kemudian beliau bersabda: “Inilah dua tanda-tanda yang Allah kirimkan, ia tidak terjadi karena hidup atau matinya seseorang, tetapi ‘(Dia, Allah mempertakuti hamba-hambaNya dengannya) ‘ (Qs. Az-ZUmar: 16). Maka jika kalian melihat sesuatu padanya (gerhana), maka segeralah untuk mengingat Allah, berdoa dan minta ampunan.” [HR. Bukhari Vol 11, Buku 173, No./999]

11. Sahih Bukhari V.5 B.59 N.512
Dinarasikan oleh ‘Abdul ‘Aziz: “Kata Anas, ketika nabi menyerbu Khaibar orang2 di kota berseru “Muhamad dan pasukannya datang”. Kami mengalahkan mereka semua, menjadikan mereka tawanan dan harta rampokan dikumpulkan. Nabi membunuh para pria yang melawan, membantai anak-anak keturunan mereka dan mengumpulkan para wanita menjadi tawanan”

Hadits yang benar:

Telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Ibrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Ima’il bin ‘Ulayyah berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin Shuhaib dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berperang di Khaibar. Maka kami melaksanakan shalat shubuh di sana di hari yang masih sangat gelap, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Thalhah mengendarai tunggangannya, sementara aku memboncenmg Abu Thalhah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu melewati jalan sempit di Khaibar dan saat itu sungguh lututku menyentuh paha Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu beliau menyingkap sarung dari pahanya hingga aku dapat melihat paha Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang putih. Ketika memasuki desa beliau bersabda: Allahu Akbar, binasalah Khaibar dan penduduknya! Sungguh, jika kami mendatangi halaman suatu Kaum, maka (amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu) ‘ (Qs. Asf Shaffaat: 177). Beliau mengucapkan kalimat ayat ini tiga kali. Anas bin Malik melanjutkan, (Saat itu) orang-orang keluar untuk bekerja, mereka lantas berkata, ‘Muhammad datang! ‘ ‘Abdul ‘Aziz berkata, Sebagian sahabat kami menyebutkan, Pasukan (datang)! ‘ Maka kami pun menaklukan mereka, para tawanan lantas dikumpukan. Kemudian datanglah Dihyah Al Kalbi seraya berkata, Wahai Nabi Allah, berikan aku seorang wanita dari tawanan itu! Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, Pergi dan bawalah seorang tawanan wanita. Dihyah lantas mengambil Shafiyah binti Huyai. Tiba-tiba datang seseorang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, Wahai Nabi Allah, Tuan telah memberikan Shafiyah binti Huyai kepada Dihyah! Padahal dia adalah wanita yang terhormat dari suku Quraizhoh dan suku Nadlit. Dia tidak layak kecuali untuk Tuan. Beliau lalu bersabda: Panggillah Dihyah dan wanita itu. Maka Dihyah datang dengan membawa Shafiah. Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat Shafiah, beliau berkata, Ambillah wanita tawanan yang lain selain dia. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerdekakan wanita tersebut dan menikahinya. Tsabit berkata kepada Anas bin Malik, Apa yang menjadi maharnya? Anas menjawab, Maharnya adalah kemerdekaan wanita itu, beliau memerdekakan dan menikahinya. Saat berada diperjalanan, Ummu Sulaim merias Shafiah lalu menyerahkannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saat malam tiba, sehingga jadilah beliau pengantin. Beliau lalu bersabda: Siapa saja dari kalian yang memeliki sesuatu hendaklah ia bawa kemari. Beliau lantas menggelar hamparan terbuat dari kulit, lalu berdatanganlah orang-orang dengan membawa apa yang mereka miliki. Ada yang membawa kurma dan ada yang membawa keju/lemak. Anas mengatakan, Aku kira ia juga menyebutkan sawiq (makanan yang dibuat dari biji gandung dan adonan tepung gandum). Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mencampur makanan-makanan tersebut. Maka itulah walimahan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. [HR. Bukhari Vol 8, Buku 23, No 358]

Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari ‘Abdul ‘Aziz bin Shuhaib dan Tsabit Al Banani dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat Shubuh dalam keadaan masih gelap, kemudian beliau mengendarai tunggangannya seraya bersabda: Allahu Akbar, hancurlah Khaibar! Sesungguhnya kami apabila mendatangi perkampungan suatu kaum, (maka amat buruklah pagi hari yang dialami orang-orang yang diperingatkan tersebut) (Qs. Ash Shaaffaat: 177). Orang-orang Khaibar keluar seraya berkata, Muhammad dan Al Khamis! Tabit berkata, Al Khamis artinya pasukan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun mengalahkan mereka, membunuh pasukan dan menawan tawanan. Maka Shafiah menjadi bagian Dihyah Al Kalbi, kemudian ia menjadi milik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau kemudian menikahinya, dan maharnya adalah pembebasannya. ‘Abdul ‘Azizi berkata kepada Tsabit, Wahai Abu Muhammad, apakah kamu bertanya kepada Anas bin Malik, apa yang Beliau jadikan mahar untuk wanita tersebut? Tsabit menjawab, ‘Maharnya adalah pembebasannya.’ Ia pun tersenyum. [HR. Bukhari Vol 11, Buku 69 No. 895]

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Tsabit dari Anas radliallahu ‘anhu berkata; Diantara tawanan (perang Khaibar) ada Shafiyah (binti Huyyay) kemudian dia menjadi hak milik Dihyah Al Kalbiy dan kemudian Shafiyah menjadi milik Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. [HR. Bukhari Vol 18, Buku 171, No. 2076] 

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Tsabit dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu berkata; bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melaksanakan shalat Shubuh dekat Khaibar ketika hari masih gelap, kemudian bersabda: Allahu Akbar, hancurlah Khoibar. Sesungguhnya kami apabila mendatangi perkampungan suatu kaum, (maka amat buruklah pagi hari yang dialami orang-orang yang diperingatkan tersebut). QS Ash Shaffat; 177. Ketika penduduk Khaibar keluar dan berjalan dalam kegelapan. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membunuh para pasukan mereka dan menawan anak-anak mereka. Dan diantara tawanan tersebut terdapat seorang wanita bernama Shafiyah, semula ia tawanan milik Dihyah Al Kalbi lalu diberikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau menikahinya dan menjadikan pembebasannya sebagai mahar pernikahannya. Abdul ‘Aziz berkata kepada Tsabit: Wahai Abu Muhammad, apakah kamu pernah bertanya kepada Anas, Apa yang beliau jadikan maharnya?. Maka Tsabit menganggukkan kepalanya tanda membenarkan. [HR. Bukhari Vol 44, Buku 225, No.3879]

12. Hadits Muslim No. 127
“Demi Allah yang jiwaku ditanganNya, sesungguhnya telah dekat masanya ISA ANAK MARYAM akan turun di tengah-tengah kamu. Dia akan menjadi hakim yang adil.” [Hadits Shahih Muslim 127]

Hadits di atas telah "dimutilasi" sedemikian rupa demi tujuan kepentingan para misionaris kristen dari isi selengkapnya begini:

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Ibnu Syihab dari Ibnu Al Musayyab bahwa dia mendengar Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata; Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Demi Dzat yang jiwaku dalam genggamanNya, sungguh tiada lama lagi akan segera turun Ibnu Maryam (Isa Alaihissalam) yang akan menjadi hakim yang adil, menghancurkan salib, membunuh babi, membebaskan jizyah dan harta benda melimpah ruah sehingga tidak ada seorangpun yang mau menerimanya. [HR. Muslim Vol 18.Buku 165 No. 2070] 

13. Tabaqat Vol 8, Page 200
Muhammad berkata: “Jibril membawakanku makanan satu periuk. Kumakan makanan itu dan kekuatan seks-ku bertambah menjadi sama dengan empatpuluh orang.” [Tabaqat Vol 8, Page 200]

Hadits yang benar:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al ‘Alaa’ telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Buraid dari Abu Burdah dari Abu Musa radliallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Pasti akan datang pada manusia suatu zaman yang ketika seseorang berkeliling membawa shadaqah emas, lalu ia tidak mendapati seseorang yang mau menerimanya lagi. Lalu akan terlihat satu orang laki-laki akan diikuti oleh empat puluh orang wanita, yang mereka mencari kepuasan dengannya karena sedikitnya jumlah laki-laki dan banyaknya wanita.” [HR. Bukhari Vol 13, Buku 18, No.1325]

14. Hadits Shahih Bukhari 1574
Doa Nabi Muhammad SAW sebelum beliau wafat: "Ya Allah! Ampunilah saya! Kasihanilah saya dan hubungkanlah saya dengan Teman Yang Maha Tinggi ... "

Hadits yang benar:

Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Muhammad Telah menceritakan kepada kami Abdullah, Yunus berkata; Az Zuhri berkata; Telah mengabarkan kepadaku Sa’id bin Al Musayyab -di antara orang-orang yang berilmu-, bahwa Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata; Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada dalam keadaan sehat wal afiat, beliau pernah bersabda: ‘Sesungguhnya seorang nabi tidaklah diwafatkan hingga diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga lalu ia dipersilahkan untuk memilih.’ Aisyah berkata; Ketika malaikat pencabut nyawa datang kepada Rasulullah, sementara kepala beliau berada di pangkuan saya, maka Rasulullah pingsan beberapa saat. Tak lama kemudian ia sadar kembali. Setelah itu, beliau menatap pandangannya ke atas sambil mengucapkan: Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku, Allah Yang Maha Tinggi! ‘ Aisyah berkata; Dengan demikian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memilih untuk hidup Iebih lama lagi bersama kami. Aisyah pernah berkata; Saya teringat ucapan yang pernah beliau sampaikan kepada kami ketika beliau masih sehat; Itulah kata-kata terakhir yang pernah beliau ucapkan, yaitu: ‘Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku Yang Maha Tinggi.’ [HR. Bukhari Vol 44, Buku 450 No. 4104]

Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin ‘Ufair dia berkata; telah menceritakan kepadaku Al Laits dia berkata; telah menceritakan kepadaku ‘Uqail dari Ibnu Syihab telah mengabarkan kepadaku Sa’id bin Musayyab dan ‘Urwah bin Zubair – ia termasuk kalangan ahli ilmu- bahwa Aisyah radliallahu ‘anha berkata; Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam masih dalam keadaan sehat wal afiat, beliau bersabda: ‘Sesungguhnya seorang nabi tidaklah diwafatkan hingga diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga lalu ia dipersilahkan untuk memilih.’ Ketika (malaikat pencabut nyawa) datang kepada beliau, sementara kepala beliau berada di pangkuan saya, maka Rasulullah pingsan beberapa saat. Tak lama kemudian ia sadar kembali. Setelah itu, beliau menatap pandangannya ke atas sambil mengucapkan: Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku, Allah Yang Maha Tinggi! ‘ Aku berkata; Dengan demikian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memilih untuk hidup lebih lama lagi bersama kami dan saya tahu bahwa itu adalah ucapan yang pernah beliau sampaikan kepada kami ketika beliau masih sehat. Aisyah mengatakan; Itulah kata-kata terakhir yang pernah beliau ucapkan, yaitu: ‘Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku Yang Maha Tinggi.’ [HR.Bukhari Vol 60, Buku 44 No. 5872]

Telah menceritakan kepada kami Muhammad Telah menceritakan kepada kami Affan dari Shakhr bin Juwairiyah dari Abdurrahman bin Al Qasim dari Bapaknya dari Aisyah bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersandar di dadaku, Abdurrahman bin Abu Bakr masuk ke rumah sambil membawa kayu siwak yang biasa dia pakai. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun melihat kepadanya. Aku berkata kepadanya; ‘Berikan siwak itu kepadaku wahai Abdurrahman! ‘ Lalu dia memberikannya kepadaku. Kemudian aku bersihkan, dan aku kunyah setelah itu aku berikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau pun bersiwak dengannya. Aku tidak pernah melihat sebelumnya beliau bersiwak sebaik itu. Setelah selesai, beliau mengangkat tangannya, atau jarinya seraya berkata; ‘Arrafiiqul A’laa, Arrafiiqul A’laa (Ya Allah, sekarang aku memilih kekasihku yang tertinggi sekarang aku memilih kekasihku yang tertinggi) sebanyak tiga kali. Lalu beliau wafat. Aisyah berkata; ‘Beliau wafat di antara dagu dan tenggorokanku.’ [HR. Bukhari Vol 44, Buku 430, No. 4084] 

15. Sahih Bukhari 7.72.786
Diriwayatkan Abu Huraira: Sang Nabi berkata, “Yahudi dan Kristen tidak mengecat rambut mereka jadi kau harus melakukan kebalikan dari yang mereka lakukan.”

Hadits yang benar:

Telah menceritakan kepada kami Mu’alla bin Asad telah menceritakan kepada kami Wuhaib dari Ayyub dari Muhammad bin Sirin dia berkata; saya bertanya kepada Anas Apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyemir rambutnya? dia menjawab; "Beliau tidak menyemir rambut karena ubannya kecuali hanya sedikit." [HR. Bukhari Vol 57, Buku108, No. 5444] 

16. Sahih Muslim No. 3388:
Jabir melaporkan: Kami dulu mempraktekkan azl semasa hidup Rasulullah. Berita ini (praktek azl) terdengar oleh Rasulullah , dan ia tidak melarang kami.

Hadits yang benar:

Telah menceritakan kepada kami Hibban bin Musa telah memberitakan kepada kami Abdullah, telah memberitakan kepada kami Yunus dari Az Zuhri menuturkan; telah memberitakan kepadaku Abdullah bin Muhairiz Al Jumahi bahsawanya Abu Said Al Khudzri memberitakan kepada dia, bahwa ketika ia duduk-duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ada seorang laki-laki anshar dan berujar; ‘Wahai Rasulullah, kami memperoleh tawanan wanita namun kami juga menyukai harta, bagaimana tanggapan anda mengenai ‘azl?" Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: "Apa kalian mengerjakan itu dengan anggapan tidak akan mendatangkan anak? Hendaklah tidak usah kalian lakukan, sebab tidaklah sebuah jiwa yang telah Allah tetapkan untuk muncul selain musti akan terjadi." [HR. Bukhari Vol 62, Buku 9, No. 6113] 

17. Sahih Bukhari 59, No 637
Dikisahkan oleh Buraida: Nabi mengirim Ali ke Khalid untuk membawa Khumus (barang rampasan) dan aku membenci Ali, dan Ali yang yang telah mandi (setelah melakukan hubungan seksual dengan seorang tawanan wanita). Aku berkata kepada Khalid, ” Apakah kau tidak melihatnya (yang dilakukan Ali)?” Ketika kami bertemu Nabi aku menyebutkan peristiwa itu kepadanya. Ia berkata, ” O Buraida! Apakah kamu membenci Ali?” Aku berkata, ” Ya.” Ia berkata, ” Apakah kamu benci dia, karena ia mendapat lebih banyak dari khumus (rampasan) tersebut.”

Hadits yang benar:

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Basysyar Telah menceritakan kepada kami Rauh bin ‘Ubadah Telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Suaid bin Manjuf dari ‘Abdullah bin Buraidah dari Bapaknya dia berkata; "Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam mengutus ‘Ali untuk menemui Khalid bin Al Walid agar mengambil seperlima harta rampasan perang. Aku adalah orang yang membenci Ali yang pada waktu itu dia sudah mandi. Lalu aku berkata kepada Khalid; "Apa kau tidak melihat apa yang dilakukannya?" Tatkala aku menemui Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam aku sampaikan kepada beliau perihal Ali maka beliau bersabda: "Wahai Buraidah! Apakah kau membenci ‘Ali?" Aku (Buraidah) menjawab: "Ya." Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: "Jangan membencinya karena ia berhak mendapatkan yang lebih dari itu dari harta rampasan perang." [HR. Bukhari Vol 44, Buku 349 No. 4003]

18. Sahih Muslim no. 3373
Abu Sa’id al-Khudri melaporkan: Kami menangkap tawanan-tawanan wanita dan kami ingin melakukan ‘azl (coitus interruptus) dengan mereka.

Hadits yang benar:

Telah menceritakan kepada kami Ishaq telah menceritakan kepada kami Affan telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah menceritakan kepada kami Musa -yaitu Ibn Uqbah- telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Yahya bin Hibban dari Ibn Muhairiz dari Abu Sa’id Al Khudri saat perang bani Musthaliq, bahwa para sahabat mendapatkan para tawanan wanita, dan mereka ingin menikmatinya (jimak) namun tidak menginginkan para tawanan wanita itu hamil. Maka mereka bertanya kepada nabi tentang ‘azl (mengeluarkan sperma di luar kenaluan wanita), maka Nabi bertanya: ‘Bukan sebaiknyakah kalian tidak melakukannya, sebab Allah telah menetapkan siapa saja yang hidup hingga hari kiamat tiba? ‘ Sedang Mujahid berkata dari Qaza’ah aku mendengar Abu Sa’id berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Tidaklah manusia yang dicipta melainkan Allah lah yang menciptanya.” [HR. Bukhari Vol 77, Buku 38, No. 6860] 

Dan masih banyak lagi!


Sunday, June 8, 2014

Doa Nabi Adam AS Dan Nama Nabi Muhammad SAW


Bismillahirrohmanirrahim.

Bila anak-cucu Adam AS berdosa dan takut memohon kepada Allah SWT maka hendaklah dia ingat sabda Nabi Muhammaad SAW berikut ini
"Bahwa suatu saat nabi Adam AS berdoa kepada Allah: "Oh, Allah demi namaMu yang maha berkat, tatkala engkau mencipta aku maka aku mengangkat kepalaku ke arasy tiba-tiba terlihat olehku tulisan "Lailaha illallahu muhammad darasulullah" maka aku meyakini bahwa tidak ada yang besar kemuliaannya disisiMu daripada dia yang Engkau letakkan namanya di sisi namaMu." Allah pun berfirman kepada nabi Adam as: "Wahai Adam sesungguhnya dia adalah nabi yang terakhir daripada zuriat engkau dan kalaulah tidak kerananya tidak Kujadikan engkau." 

[Riwayat Imam Tabrani, Hakim, dan lain-lain].

SEMOGA BERGUNA!

Saturday, May 31, 2014

Sejarah Pemeliharaan Al-Quran


A. DEFINISI PEMELIHARAAN AL-QUR'AN
Ada sebuah janji Allah SWT di dalam Al-Qur’an bahwa DIA akan memelihara Islam saat menghadapi bahaya dan percobaan seperti diungkapkan dalam ayat berikut:

إِناَّ نَحْنُ نَزَّلْناَ الذِّكْرَ وَإِناَّ لَهُ لَحفِظُوْنَ.
“Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan peringatan ini dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya”. (QS.Al-Hijr (15):10).

Maksud pemeliharaan Al Qur'an di sini di antaranya adalah bahwa Allah SWT memelihara dari pemalsuan dan perubahan teks-teksnya seperti yang terjadi terhadap Kitab-kitab suci lainnya.

Untuk dapat memahami ini, perlu diketahui bahwa pada masa-masa awal Islam, bangsa Arab boleh dikatakan sebagai bangsa yang buta huruf. Amat sedikit di antara mereka yang mewngerti tulis baca. Bangsa Arab bahkan masih belum mengenal kertas seperti dewasa ini. Jadi, mereka yang dapat menulis dan membaca, biasanya menuliskan segala seuatu yang ingin disimpannya untuk orang lain pada benda apa saja yang bisa di tulisi.

Walaupun pada waktu itu kebanyakan bangsa Arab masih buta huruf, tapi mereka rata-rata memiliki ingatan yang luar biasa kuat. Ketergantungan mereka dalam memelihara dan meriwayatkan syair-syair dari para pujangga, peristiwa-peristiwa bersejarah dan lain sebagainya adalah dengan mengandalkan hafalan (ingatan) semata!

Karena hal inilah Nabi Muhammad saw mengambil suatu langkah praktis yang selaras dengan kondisi masyarakatnya saat itu dalam menyebarkan dan memelihara Al-Qur'anul Karim.

Setiap ayat yang diturunkan pada beliau, Nabi menyuruh para pengikutnya untuk menghafalkannya, dan bila memungkinkan, menuliskannya di atas batu, kulit binatang, pelapah kurma, dan apa saja yang bisa dituliskan. Nabi menerangkan "tertib urut" masing-masing ayat-ayat, dan beliau membuat peraturan, yaitu bahwa hanya ayat-ayat Al-Qur'an saja yang boleh dituliskan.

Selain dari ayat-ayat Al-Qur'an, Hadits atau pelajaran-pelajaran yang mereka dengar dari mulut Nabi, dilarang untuk dituliskan. Larangan ini dimaksudkan agar Al-Qur'an itu benar-benar terpelihara, tidak bercampur aduk dengan kalimat-kalimat yang lain yang juga mereka dengar dari Nabi.

B. PEMELIHARAAN AL-QUR'AN PADA MASA RASULULLAH SAW
Pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW, terbagi atas dua kategori:

  1. Pengumpulan dalam dada. Dengan cara menghafal, menghayati dan mengamalkan.
  2. Pengumpulan dalam dokumen. Dengan cara menulis pada kitab atau diwujudkan dalam bentuk ukiran.
1. Pengumpulan Al-Qur'an dalam dada
Rasulullah SAW adalah penghafal Al-Qur'an pertama dan contoh paling baik bagi sahabat dalam menghafal Al-Qur'an, sebagai realisasi kecintaan mereka terhadap pokok agama dan sumber risalah. Para sahabat selalu berkompetisi dalam menghafal Al-Qur'an, bahkan memerintahkan anak istrinya untuk menghafalnya.

Sahabat yang terkenal dalam bidang Al-Qur'an sebagaimana yang disebutkan dalam Shahih Bukhari adalah tujuh orang hafidz:

  1. Abdullah Bin Mas'ud.
  2. Salim bin Mu'aqqil, bekas budak Abu Hudzaifah.
  3. Muadz bin Jabal
  4. Ubay bin Ka'ab
  5. Zaid bin Tsabit
  6. Abu Zaid bin Sukun
  7. Abu Darda.
2. Pengumpulan dalam bentuk tulisan
Setiap turun wahyu Al-Qur'an, nabi Muhammad memanggil para sahabat untuk mendengarkan ayat-ayat yang turun tersebut. Nabi membacakan dihadapan mereka dan menyuruh mereka yang pandai tulis menulis dan pandai membaca untuk menuliskannya. Diantara 4 sahabat yang terkenal yakni Mu'awwiyah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka'ab dan Khalid bin Walid. Menurut sebagian pendapat jumlah penulis Al-Qur'an pada masa nabi mencapai 40 orang sahabat.

Bila turun ayat, Rasulullah SAW memerintahkan mereka untuk menuliskannya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam satu surat. Hal itu sesuai dengan anjuran Jibril AS. Para sahabat menuliskan Al-Qur'an pada sarana yang sangat terbatas dan sederhana, saemisal pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana atau potongan tulang binatang. Ini menunjukan betapa besar kesulitan yang dipikul oleh para sahabat dalam menulis Al-Qur'an karena tidak adanya alat tulis yang lengkap. Sehingga pada masa itu Al-Qr'an belum rapi dan belum berbentuk Mushaf.

C. PEMELIHARAAN AL-QUR'AN PADA MASA ABU BAKAR SIDDIQ
Setelah Nabi wafat dan Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, terjadilah pembangkangan  terhadap khalifah yaitu kelompok pengekang zakat, kaum murtad dan kelompok pengaku menjadi Nabi (Al-Mutanabbi'un) diantaranya Musailamah Al-Kadzdzab. Tiga kelompok pembangkang ini kemudian ditumpas Khalifah dengan mengirimkan pasukan tentara di bawah pimpinan Khalid bin Walid pada tahun 12 H di Yamamah yang menimbulkan pengorbanan besar-besaran di kalangan para sahabat penghafal Al-Qur'an (Huffazh) yang mencapai kurang lebih 70 orang.

Berdasarkan hal tersebut, Umar bin Khattab merasa sangat khawatir. Kemudian beliau menghadap Khalifah dan mengajukan usul. Umar meminta agar Khalifah mengumpulkan dan membukukan Al-Qur'an karena khawatir Al-Qur'an akan musnah. Ini seasuai dengan riwayat Zaid bin Tsabit di dalam Shahih Bukhari: 

"Seusai perang Yamamah Abu Bakar Menemuiku, Umar yang hadir bersama Abu Bakar berkata: bahwa peperangan telah menewakan banyak sahabat penghafal Al-Qur'an dan aku khawatir apabila hal serupa terjadi di tempat lain, sehingga sebelum engkau sempat menghimpunnya sudah ada bagian-bagian Al-Qur'an yang dikhawatirkan akan hilang. Dan menurut pendapatku, Anda harus menghimpun dan membukukan Al-Qur'an. Kemudian Abu Bakar menambahkan lagi; Sesungguhnya aku telah berkata kepada Umar "Bagaimana mungkin Aku melakukan sesuatu yang Rasul Sendiri tidak pernah melakukannya? Dan kemudian menjawab: "Demi Allah sesungguhnya ini adalah hal yang baik".  

Abu Bakar khawatir apabila orang-orang Islam akan mempermudah dalam usaha menghayati dan menghafal Al-Qur'an. Ia juga merasa khawatir bila mereka hanya berpegang kepada apa yang ada pada mushaf sehingga jiwa mereka menjadi lemah untuk menghafal Al-Qur'an.

Seusai Abu Bakar berkata demikian, tampak Umar berupaya meyakinkan gagasannya memang cukup baik dan layak dilaksanakan, kemudian Allah membuka hati Abu Bakar dan menerima usul Umar tersebut dan memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit agar segera menghimpunnya ke dalam sebuah Mushaf.

Zaid memiliki kemapuan yang yang tidak dimiliki oleh sahabt lainnya dalam hal mengumpulkan Al-Qur'an. Ia adalah orang yang hafal Al-Qur'an dan merupakan sekretaris wahyu bagi Rasulullah. Di samping itu, ia dikenal sebagai orang yang wara' (berhati-hati), sanagat besar tanggung jawabnya terhadap amanat, baik akhlaknya dan taat pada agamanya. Zaid sangat berhati-hati dalam menjalankan tugasnya, maka penulisannya didasarkan pada tiga hal yaitu:

  • Ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis di hadapan Nabi dan yang disimpan di rumah beliau.
  • Ayat-ayat yang ditulis adalah yang dihafal oleh para sahabat yang hafal (Hafizh) Al-Qur'an.
  • Penulisan dipersaksikan kepada dua orang sahabat bahwa ayat-ayat tersaebut benar-benar ditulis di hadapan Nabi pada saat masa hidupnya.
Tugas penulisan Al-Qur'an dapat dilaksanakan Zaid bin Stabit dalam waktu satu tahun yaitu sejak selesai perang Yamamah dan sampai saebelum Abu Bakar Wafat. Mushaf ini disimpan Abu Bakar sampai wafat dan kemudian disimpan Umar bin Khattab. Setelah Umar wafat Mushaf disimpan Hafsah binti Umar sebagai pesan Umar dengan pertimbangan bahwa Hafshah adalah seorang istri Nabi yang Hafizhah dan pandai baca tulis.

Beberapa keistimewaan Mushaf Abu Bakar Siddiq

  1. Diperoleh dari hasil penelitian yang sangat mendetail dan kemantapan yang sempurna.
  2. Yang tercatat dalam mushaf hanyalah bacaan yang pasti, tidak ada nasakh bacaannya.
  3. Ijma' umat terhadap mushaf tersebut seacara mutawattir bahwa yang tercatat adalah ayat-ayat Al-Qur'an.
  4. Mushaf mencakup qira'at sab'ah  yang dinukil berdasarkan riwayat yang benar-benar shohih.
D. PEMELIHARAAN AL-QUR'AN PADA MASA 'UTSMAN BIN 'AFFAN
Penulisan Al-Qur'an pada masa 'Utsman (25H) adalah dalam rangka menyatukan berbagai macam perbedaan bacaan yang beredar di masyarakat saat itu. Seorang sahabat yang bernama Hudzaifah mengusulkan untuk menulis kembali Al-Qur'an agar menyeragamkan bacaan Al-Qur'an. Utsman menerima usulan itu kemudian membentuk tim penulis Al-Qur'an yang terdiri dari 4 orang, yaitu Zaid bin Tsabit saebagai ketua tim, Sa'id bin Al-'Ash, Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Harits.

Tim penulis ini berhasil menyalin shuhuf  dari Hafshah dalam beberapa jumlah (25H) untuk dikirim ke beberapa daerah Islam untuk dijadikan standar bagi sealuruh umat Islam. Menurut sebagian pendapat ada lima mushaf standar selain di tangan Khalifah yang dikirim ke beberapa kota, yakni ke kota Mekkah, Damaskus, Kuffah, Bashrah dan Madinah. Kemudian diinstrusikan bahwa semua shuhuf dan mushaf Al-Qur'an selain Mushaf Utsman yang berbeda segera dibakar atau dimusnahkan. Saemua umat Islam menyambut baik dan mematuhi instruksi ini. Setelah tim selesai menyalin Al-Qur'an, shuhuf Hafsah dikembalikan kepada Hafsah.

Perbedaan penghimpunan dan pengkodifikasian Al-Qur'an antara pada masa Khalifah Abu Bakar dan masa Khalifah Utsman bin Affan adalah:

  • Dari segi latar belakang penghimpunan dan pengkodifikasian. Pada masa Khalifah Abu Bakar disebabkan perginya para penghafal Al-Qur'an akibat korban perang melawan tiga kelompok pembangkang. Sedangkan pada masa Khalifah Utsman bi Affan dilatar belakangi banyaknya bacaan Al_Qur'an yang berbeda saehingga saling menyalahkan satu dengan yang lain.
  • Dari seagi tehnik penghimpunan dan pembukuan. Pada masa Khalifah Abu Bakar dihimpun dari dokumentasi yang teracecer yang teardiri dari pelepah kurma, kulit dan tulang binatang dan batu-batuan kemudian dihimpun ke dalam sebuah mushaf. Al-Qur'an pada masa ini ditertibkan urutan ayat dan surah sesuai dengan yang didengar dari Rasulullah dan penulisan yang menganndung 7 huruf (dialek). Sedangkan pada masa Khalifah Utsman bin Affan, penulisan disatukan ke dalam satu bentuk huruf (yakni bahasa Quraisy) dari ke 7 huruf terseabut dan didasarkan dari mushaf Abu Bakar.

E. PEMELIHARAAN AL-QUR'AN PASCA 'UTSMAN BIN 'AFFAN

1. Periode memperindah tulisan
Tulisan yang digunakan pada abad ke tujuh Masehi yaitu pada masa Rasul adalah hanya terdiri dari simbol dasar yang hanya melukiskan struktur konsonan dari saebuah katadan bahkan searing mengandung kekaburan. Pada masa pearmulaan Islam seluruh huruf biasanya dituliskan daengan cara yang amat sederhana yaitu dalam bentuk garis lurus tanpa titik dan tanpa baris.

Manuskrip Al-Qur'an dari generasi pertama dan pada naskah Arab pada umumnya tidak memiliki tanda bunyi (tasykil, harakat) dan tanda diaktris (a'jam = tanda huruf dalam bentuk titik). Hal ini baru diperkenalkan atau dimasukkan ke dalam penulisan Al-Qur'an pada masa pemerintahan Bani Umayyah yang ke lima yaitu Abdul Malik bin Maraawan (66-86 H/685-705M) dan juga pada masa pemerintahan Gubernur Al-Hallaj di Irak, yaitu ketika semakin banyak orang yang ingin mempelajari Al-Qur'an terutama dari yang tidak berlatar belakang budaya Arab.. diriwayatkan bahwa orang yang pertama kali memperkenalkan tanda titik (a'jam) ke dalam naskah Al-Qur'an adalah seorang tabi'in yaitu Abul Aswad Al-Du'ali. Kemudian perbaikan diikuti oleh Al-Hasan Al-Bashri, Yhya bin Ya'mar dan Nashar bin 'Ashim Al-Laytsi.

b. Periode Pencetakan Al-Qur'an
Sejak abad XVI M ketika mesin caetak dari tipe yang  dapat digerakkan mulai dipergunakan pertama kali di Eropa dan kemudian diperkenalkan ke saeluruh dunia, pola pencetakkan Al-Qur'an mulai dibakukan. Memang pernah ada pada masa sebelumnya, Al-Qur'an dicetak dengan yang biasa disebutblockprint dan juga beberapa bagian awal abad X baik dalam bentuk ukiran kayu maupun dalam bentuk lembaran.Al-Qur'an yang pertama kali dicaetak dengan mesin yang dapat digerakkan  atau dipindah-pindahkan tersebut dibuat di Hamburg Jerman pada 1694 atau pada abad ke XII H. Naskahnya dilengkapi dengan tanda baca. Adapun naskah Al-Qur'an yang dicetak umat Islam pertama kali adalah yang disebut deangan "edisi Mulay Utsman" yang diceatak pada tahun 1787, diterbitkan di St. Petersburg, rusia. Kemudian diikuti yang lain seperti berasal dari Kazan 1828, Persia 1833 dan Istanbul 1877.

Naskah Al-Qur'an yang tercetak sebagai standar masa kini dan dipergunakan oleh umat Islam du dunia Islam adalah edisi Mesir atau yang dikenal juga edisi Raja Fu'ad, karena beliaulah yang memperkenalkannya di Mesir. Edisi ini dituliskan berdasar cara bacaan Imam Hafash seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ashim dan dicaetak pertama kali pada tahun 1925 M/1344 H. Naskah cetakan inilah yang kemudian tersebar ke seluruh penjuru dunia Islam karena Mesir pada waktu itu pearnah menjadi pusat informasi dunia Islam hingga sekarang.

Para ulama dalam menyikapi Al-Qur'an yang ditulis tim Utsman atau yang disebut khath Utsmani ada 3 pendapat:

  • Tidak boleh menyalin Al-Qur'an yang menyalahi khath Utsmani baik dalam menulis waw, alif dan ya.
  • Dibolehkan menyalahi tau tidak sesuai khoth Utsmani, karena tulisan Al-Qur'an tidak tauqifi (tidak ditetapkan Rasul).
  • Dibolehkan menulis Al-Qur'an untuk umum menurut istilah-istilah yang dikenal dan tidak diharuskan menulis model lama karena dikhawatirkan meragukan mereka. Tetapi harus ada yang memelihara tulisan lama sebagai bukti dokumentasi.

Dari tiga pendapat di atas yang paling berhati-hati adalah pendapat yang pertama, yakni harus konsisten mengikuti khoth  Utsmani demi keseragaman dan pemeliharaan Al-Qur'an dari kesalahan, kekurangan dan kelebihan.

[Oleh Muhammad Sodik, SS | Islam Menjawab Fitnah]

DAFTAR PUSTAKA
1. Ulumul Qur’an, Program Tahsin Tahfizh, Ahmad Muzzammil MF, AlHafizh.
2. Studi Ilmu Al-Qur’an, Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shabuuniy.
3. Praktikum Qiraat, Dr. H. Abdul majid Khon, M.Ag
4. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Manna Khalil Al-Qattan.
5. Al-Itqan Fi ‘Ulumil Qur’an, Imam Jalaluddin As-Suyuthi.


Folder Arsip

Loading...

Rekam Arsip

Rekomendasi Arsip

Followers