Islam, Rahmat Bagi Alam Semesta

Gunakan tanda panah di sudut kanan bawah halaman untuk melanjutkan penelusuran artikel dalam kategori ini
Showing posts with label Anak Yatim. Show all posts
Showing posts with label Anak Yatim. Show all posts

Sunday, March 6, 2011

012. Menyambung Silaturahim






Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Allah Swt.berfirman:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيب
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain ,dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An-Nisaa' [4]:1) 

Rasulullah telah memberikan wasiat pada kita agar selalu memelihara hubungan kekeluargaan (tali silaturahmi) khususnya dengan kedua orang tua (birul walidain) dengan sabdanya: 

“Barangsiapa yang beriman pada Allah dan Hari Akhirat hendaknya memelihara hubungan baik dengan keluarganya.”

Dalam suatu riwayat, dikisahkan oleh Abu Hurairah,  "Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,' Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Kemudian ayahmu.'" [HR Al Bukhari dan Muslim].

Seorang pemuda datang kepada beliau dengan maksud untuk ikut berjihad dalam peperangan. Kemudian beliau bertanya kepadanya: “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Jawab orang itu: “Masih!” Lalu beliau bersabda: “Berbakti kepada keduanya sama dengan jihad.” 

Penting dan agungnya hubungan baik itu, beliau lukiskan dengan indah dengan sabdanya:

“Hubungkanlah (kasih sayang) kepada orang-orang yang memutuskan hubungan dengan engkau dan berbuat baiklah kepada orang yang berbuat jahat kepadamu. Dan katakanlah kebenaran, sekalipun atas dirimu sendiri.” 
Dalam hadits Qudsi ALLAH SWT berfirman:
“AKU adalah Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan ia adalah Rahim. AKU memberinya nama dari salah satu Asma-KU. Barangsiapa yang menyambung-nya (bersilaturahim), AKU pun menyambungnya (memberinya rahmat kepadanya); dan barangsiapa yang memutusnya, AKU pun memutus (rahmat atas) orang itu.” 

Rahim bergantung pada ‘Arasy dan berdoa siang dan malam: “Ya Rabbi, sambunglah hubungan orang yang menghubungkanku, dan putuskan hubungan orang yang memutuskan hubungan denganku.”

Rasulullah Saw bersabda: 
“Rahim (kasih sayang) itu tergantung di ‘Arasy. Katanya (rahim): “Siapa yang menghubungkanku, menghubungkan pula Allah akan dia, dan siapa yang memutusku, memutus pula hubunganya dengan Allah.” 

Sabdanya lagi: “Ada tiga golongan orang yang masuk surga tanpa dihisab:

  • Suka memberi kepada orang yang tidak suka member (tidak mengharapkan balasan),
  • Menyambungkan kembali persaudaraan yang telah diputus dan,
  • Memaafkan orang yang pernah berbuat zalim kepada kita.”
Karena begitu pentingnya masalah hubungan kekeluargaan ini, beliau wanti-wanti kepada kita agar selalu memelihara hubungan tali silaturahim sekaligus memberi ancaman bagi yang memutuskannya.

Sabdanya pula: 

  • “Tidak masuk Surga orang yang memutuskan silaturahim.” 
  • “Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara.
  • Hendaklah dia bersilaturrahim (berhubungan baik dengan keluarga dekat) niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezekinya, ditambah umurnya dan Allah memasukkannya ke dalam surga yang dijanjikan-Nya. [HR. Ar-Rabii']. 
  • “Sungguh celaka dia, celaka dia, celaka dia! Lalu beliau ditanya: “Siapakah yang celaka itu, ya Rasulullah?” neliau menjawab: “ Siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut) atau salah satu dari keduanya, tetapi dia tidak berusaha masuk surga (dengan merawat orangtuanya sebaik-baiknya).” 
MUHAMMAD mengetahui bahwa orang-orang yang karena kesibukannya, kadangkala lupa untuk saling berkunjung dengan sanak keluarga dan untuk memotivasinya, beliau mengisyaratkan bahwa di dalam hubungan silaturahmi ada banyak hikmah serta rahmat yang bisa dipetik oleh orang-orang yg suka menyambungkan tali silaturahmi.., dengan sabdanya: “Sesungguhnya, bersedekah dan menyambungkan tali silaturahim yang terputus, akan ditambah umurnya oleh Allah, memperlambat kematian, serta menjauhkan perkara yang tidak disukai dan yang dikhawatirkan terjadi.” (HR Sunan Abu Ya’la)

Ketika menerangkan hadits ini, Al-Dhahak berkata: “Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan-Nya.”

Rasulullah Saw bersabda: 
“Siapa yang ingin rizkinya di lapangkan Allah, dan ingin usianya di panjangkan, maka hendaklah dia menyambung silaturahim.” 

Dikisahkan bahwa seorang lelaki yang usianya tinggal 3 hari, lalu ia menyambung silaturahim dengan saudara yang sempat terputus. Karenanya, Allah menambah usianya menjadi 30 tahun lagi. Dan sesungguhnya seorang lelaki yang usianya masih panjang sekitar 30 tahun lagi, lalu memutus hubungan dengan kerabat, maka usianya dipendekkan hingga menjadi 3 hari.”

Diriwayatkan bahwa Malaikat yang bertugas mengambil ruh pernah datang kepada Nabi Daud, dan memberitahukan kepadanya bahwa ada seorang lelaki dari umatnya yang usianya hanya tinggal 6 hari lagi. Tetapi setelah beberapa tahun, Nabi Daud bertemu dengan orang itu, ia masih dalam keadaan hidup dan tampak sehat wal afiat. Nabi Daud menyanyakan hal itu kepada Malaikat yang bertugas mencabut ruh. Lalu dijawab bahwa orang itu selalu keluar dari rumahnya untuk menyambung silaturahim yang sempat terputus, sehingga Allah pun memanjangkan usianya hingga 30 tahun lagi. 

Anak-anak yatim, para janda dan fakir miskin, merupakan orang yang paling takut pada hari depan. Mereka inilah yang paling mengharapkan kasih sayang, keamanan dan cinta! MUHAMMAD tampil merentangkan kedua tangan merangkul mereka.

Sabdanya: 

  • “Aku bersama pengasuh anak yatim di surga kelak seperti kedua jari ini”. Seraya mendedahkan jari telunjuk dan jari tengah. 
  • “Sesungguhnya rumah yang paling disayang Allah, ialah rumah di mana anak yatim diperlakukan dengan hormat. Demi Yang telah mengutusku dengan Haq (sebenarnya), Allah tidak akan menyiksa orang yang berlaku kasih sayang terhadap anak yatim, berkata lembut pada mereka dan mengasihi keyatiman dan kelemahan mereka.” 
  • “Orang yang menolong para janda dan fakir miskin sama seperti orang yang berjihad di jalan Allah, sama dengan orang yang bangun (bershalat) malam dan berpuasa di siang hari.” 
Semoga shalawat dan salam selalu di limpahkan-Nya bagi junjungan kita Rasulullah SAW beserta ahlul baitnya, para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ut tabi’in serta seluruh umat Islam yang taat pada risalahnya hingga di akhir zaman.

Amin
.
[Dari buku NABI MUHAMMAD JUGA MANUSIA, Karya Khalid Muhammad Khalid]
CATATAN
Tulisan ini merupakan mukadimah dari 21 tulisan lain yang kami turunkan berdasarkan pokok bahasannya masing-masing. Untuk memudahkan anda, halaman selanjutnya dapat diikuti melalui nomor urut di bawah ini, atau melalui lampiran Kata Pengantarnya di sini.

Halaman 12 dari 21
1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12    13    14    15    16    17    18    19    20    21   


Baca juga
Hakikat Mencintai Rasulullah

Friday, September 3, 2010

Janganlah mendzalimi Anak Yatim



Allah SWT berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْماً إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَاراً وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيراً
"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak-anak yatim dengan cara yang tidak lurus, mereka akan memakan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk kedalam api yang menyala-nyala." (QS an-Nisā [4]: 10)

Imam Qatādah berkata, “Ayat itu turun berkenaan dengan seorang dari Bani Ghathfān yan menguasai harta saudaranya yang masih kecil dan yatim pula. Lalu ia memakannya.” Dalam ayat lain, Allah berfirman:

وَابْتَلُواْ الْيَتَامَى حَتَّىَ إِذَا بَلَغُواْ النِّكَاحَ فَإِنْ آنَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْداً فَادْفَعُواْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلاَ تَأْكُلُوهَا إِسْرَافاً وَبِدَاراً أَن يَكْبَرُواْ وَمَن كَانَ غَنِيّاً فَلْيَسْتَعْفِفْ وَمَن كَانَ فَقِيراً فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهِدُواْ عَلَيْهِمْ وَكَفَى بِاللّهِ حَسِيباً
"Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu)."  (QS an-Nisā [4]: 6)
“Barangsiapa (dari pemelihara anak yatim itu) yang cukup mampu, hendaklah ia menjaga dirinya (dari memakan harta anak yatim yang dipeliharanya) dan siapa yang hidup miskin, boleh memakannya menurut cara yang patut.”
Maksudnya, pemelihara anak yatim yang tidak mampu, bisa mengambil harta anak yatim sekedar keperluannya saja; mengambilnya sebagai pinjaman; sekadar upah pekerjaannya; atau karena terpaksa. Jika ia mampu, hendaknya harta itu dikembalikan. Jika tidak, harta itu halal baginya. 

Allah SWT mengingatkan dengan tegas akan hak orang-orang yatim melalui firman-Nya:

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُواْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً
“Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan. Oleh karena itu, hendaklah mereka patuh kepada Allah dan hendaklah mereka mengatakan perkataan yang benar.” (QS an-Nisā’ [4]: 9) 

Maksudnya, siapa yang memelihara anak yatim, hendaklah ia memperlakukannya dengan baik, bahkan memanggilnya, “Anakku…,” sebagaimana ia memanggil anak-anaknya. Hendaklah ia bersikap baik, santun, serta memelihara harta dan keluarga si anak yatim sebagaimana ia memelihara harta dan keluarganya sendiri.

Diriwayatkan, Allah SWT berfirman kepada Dâwud a.s.: ”Wahai Dâwud, terhadap anak yatim, bersikaplah seperti bapak yang pengasih; terhadap para janda, bersikaplah seperti suami yang penyayang. Ketahuilah, engkau akan menuai apa yang telah engkau tanam. Sebab, engkau pasti mati, serta meninggalkan anak dan istrimu.” 

Berkaitan dengan memelihara harta anak yatim dan kezaliman, banyak hadist diriwayatkan sejalan dengan ayat di atas yang berisi ancaman keras dan peringatan bagi manusia yang menzalimi mereka. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan al-Bukhârî dan Muslim, bahwa:
Nabi SAW bersabda: “Hindarilah tujuh hal yang akan membinasakan!”
Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang tujuh hal itu?” Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh orang yang diharamkan Allah untuk dibunuh kecuali yang dibenarkan, memakan barang hasil riba, memakan harta anak yatim!”

Al-Hākim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Allah berhak untuk tidak memasukkan mereka ke dalam surga dan tidak merasakan kenikmatannya. Mereka itu adalah peminum khamar, pemakan riba, pemakan harta anak yatim tanpa hak, dan pendurhaka kepada kedua orang tuanya.”
Dalam Shahĩh-nya, Ibn Hibbān menyebutkan bahwa dari sejumlah surat Nabi SAW yang dikirimkan melalui ‘Umar ibn Hazm kepada penduduk Yaman berbunyi: “Dosa-dosa besar yang paling besar pada Hari Kiamat adalah menyekutukan Allah, membunuh orang Mukmin tanpa kebenaran, lari dari medan perang di jalan Allah pada hari melelahkan, durhaka kepada kedua orangtua, tuduhan berzina kepada perempuan suci, mempelajari sihir, memakan hasil riba, dan memakan harta anak yatim.”

Abũ Ya’lā meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: 
“Pada Hari Kiamat, ada suatu kaum dibangkitkan dari kubur mereka dengan nyala api di mulut mereka.” "Siapa mereka itu, ya Rasulullah?” Tanya para sahabat. 

"Tidakkah kalian perhatikan bahwa Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak-anak yatim dengan cara yang tidak lurus, mereka akan memakan api sepenuh perutnya."
(QS an-Nisā’ [4]: 10) 

Dalam hadist Mikraj yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Tiba-tiba aku melihat orang-orang yang dilaknati. Sementara yang lain membawa batu dari api, menelannya, lalu api itu keluar dari dubur mereka. Aku lantas bertanya kepada Jibrĩl, ‘Ya Jibril, siapakah mereka?’ Jibrĩl menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan harta anak-anak yatim secara zalim. Sesungguhnya mereka benar-benar memakan api ke dalam perut mereka.”

Sementara dalam Tafsir al-Qurthubĩ dinukil hadist dari Abũ Sa’ĩd al-Khudrĩ bahwa Nabi SAW bersabda: “Pada malam Isra’ aku melihat satu kaum yang memiliki bibir seperti bibir unta. Lalu bibir mereka ditarik dan di masuki batu dari api ke dalam mulut mereka. Lalu api itu keluar dari dubur mereka. Aku lalu bertanya, ‘Ya Jibrĩl, siapakah mereka?’ Jibril menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan harta anak-anak yatim secara zalim.” 

[Dari Buku karya Imam Al-Ghazali berjudul Mukāsyafah al-Qulũb]



Baca juga:

Friday, May 14, 2010

Rumah yang menyantuni anak Yatim


ANAK-ANAK YATIM perlu mendapatkan kasih sayang dan kepedulian. Mengabaikan kepedulian terhadap mereka termasuk golongan orang-orang yang mendustakan agama. Allah SWT berfirman:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِوَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ
”Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (QS Al-Mâ’ûn [107]: 1-3).

Menurut ayat ini ada dua hal yang menyebabkan seseorang tergolong “pendusta agama”, yaitu menghardik anak yatim dan tidak mau menganjurkan memberi makan orang miskin. Mengapa dikatakan pendusta agama? Karena anak yatim memiliki status yang sangat mendasar dalam Islam menyangkut keperibadian Rasulullah itu sendiri. Rasulullah dilahirkan dalam keadaan yatim, dan ketika ibundanya meninggal juga beliau masih dalam keadaan anak yatim. Saat beliau dalam keadaan yatim tidak ada seorang pun peduli terhadap beliau, kecuali keluarganya sendiri. Perlakuan semena-mena terhadap anak yatim dan tidak adanya kepedulian kepada fakir miskin merupakan sebab utama manusia tergolong sebagai pendusta agama. Muhammad SAW diutus menjadi rasul, yang salah satu syari’at-nya mewajibkan kepedulian terhadap anak yatim.

Menjalin rumah tangga yang harmonis tidak lepas dari kepedulian terhadap anak yatim dan fakir miskin. Kepedulian dalam arti adanya kemauan untuk mengurus mereka, dan berlaku baik terhadap mereka. Dari sana akan muncul nilai-nilai positif bagi keluarga yang peduli terhadap mereka berupa keharmonisan, ketenangan, dan keberkahan dalam keluarga. Rasulullah SAW bersabda, ”Sebaik-baik rumah orang Muslim, yaitu rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diasuh dengn baik. Dan sejelek-jelek rumah orang Muslim, yaitu rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang tidak diasuh dengan baik.”

Rasulullah SAW. menilai bahwa rumah yang paling baik adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diasuh dengan baik. Sebaliknya, seburuk-buruk rumah adalah jika ada anak yatim di rumah tersebut, akan tetapi tidak diasuh dengan baik. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa di surga nanti, rumah yang digunakan mengasuh anak yatim dengan baik disebut “Rumah Kesenangan” karena mereka memberikan kesenangan kepada anak yatim sewaktu di dunia. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat rumah yang disebut “Rumah Kesenangan”. Tidak ada yang bisa memasukinya kecuali orang yang menyenangkan anak-anak yatim-mukmin.” Hadist ini menjelaskan bahwa Allah SWT memberikan ganjaran yang paling berharga berupa “Rumah Kesenangan” di surga. Ini merupakan puncak keberkahan bagi mereka yang peduli terhadap nasib anak yatim. 

Kebersamaan dengan anak yatim ketika di dunia yang diasuh dengan baik menunjukkan bahwa mereka akan ditempatkan bersama-sama dengan Rasulullah SAW di surga. Sebab, Allah Azza wa Jalla akan membangkitkan manusia di akhirat kelak bersama-sama dengan orang yang menyertainya. Sungguh perbuatan yang sangat mulia apabila mau berbagi kasih sayang dengan anak-anak yatim yang banyak ditelantarkan oleh keluarganya karena keterbatasan biaya. Beliau SAW mengisyaratkan kedekatannya dengan pengasuh anak yatim bagaikan kedekatan jari telunjuk dengan jari tengah atau jari telunjuk dengan ibu jari. Rasulullah SAW bersabda, “Aku bersama orang yang mengurus anak yatim di surga seperti ini--Nabi mengisyaratkan dua jarinya, telunjuk dan jari tengah, atau jari telunjuk dan ibu jari.” [HR Malik dalam Al-Muwaththa’ juz 6 h.8] 

Dituturkan dari Ibn Abbas r.a. bahwa Rasulullah SAW.bersabda, “Barang siapa memelihara anak yatim di tengah kaum muslim dengan memberimakan dan minum, maka Allah akan memasukkannya ke surga kecuali ia melakukan dosa yang tidak diampuni Allah (dosa musyrik).” [HR Al-Tirmidzi dalam Sunan Al-Tirimidzi juz 7h.152] 

Dituturkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW.bersabda, “Demi Allah yang mengutusku dengan haq, Allah tidak akan menyiksa pada hari kiamat pada orang yang mengasihi anak yatim, ramah, manis tutuk katanya dan benar-benar menyayangi anak yatim dan memaklumi kelemahannya. Juga tidak menyombongkan tetangganya dengan kekayaan yang diberikan Allah kepadanya.”  [HR Al-Baihaqi dalam Al-Mu’jam Al-Kabir lil Baihaqi juz 20 h.20]

Demikianlah wahai saudaraku, semoga risalah yang singkat ini bermanfaat bagi kita semua. Marilah kita tingkatkan rasa kepedulian kita kepada para anak yatim dan orang-orang miskin dengan cara menyantuninya dengan baik. Yaitu sesuai dengan perintah Allah SWT dan tuntunan baginda Rasulullah SAW., agar kita tidak termasuk kedalam golongan kaum yang “Mendustai Agama”, sebagaimana yang di isyaratkan oleh  QS Al-Mâ’ûn [107]: 1-3 di atas.

Marilah kita memberikan kesenangan kepada anak yatim agar kelak kita memperoleh ganjaran berupa “Rumah Kesenangan” yang letaknya dekat dengan Nabi SAW di akhirat kelak.

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza wa Jalla. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.beserta keluarga dan shahabatnya.

ماً إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِي
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
(QS Al-Ahzab [33]:56)

Simak lagi peringatan Rasulullah saw dan ancaman dari Allah perihal anak yatim di sini 

Folder Arsip

Loading...

Rekam Arsip

Rekomendasi Arsip

Kategori Pilihan

Followers