Islam, Rahmat Bagi Alam Semesta

Sunday, March 6, 2011

002. Merahmati diri sendiri




Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Merahmati diri sendiri bagi MUHAMMAD adalah hal paling utama. Mereka yang walau kepayahan masih terus berpuasa dalam perjalanan (safar) digolongkan Rasulullah SAW sebagai para pembangkang. Karena mereka mengubah perbuatan ibadat menjadi penyiksaan - menzalimi diri sendiri. Karena mereka menanggalkan milik utama manusia, yaitu rahmat. Terutama rahmat pada diri sendiri, memelihara diri, melestarikan kesehatan dan kekuatannya (stamina).


Telah datang ke rumah Rasulullah SAW serombongan sahabat beliau, yang menanyakan tentang ibadat Rasulullah SAW. Setelah diceritakan akan halnya ibadat beliau, mereka pun merasa bahwa ibadat yang mereka amalkan selama ini sangat tidak berarti kalau dibandingkan dengan ibadat beliau.

Maka kata mereka: “Bagaimana kita ini dibandingkan dengan Rasulullah. Padahal Allah SWT telah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang.”

Lantas salah seorang diantara mereka berkata; “Saya bertekad akan senantiasa bershalat malam dan tidak tidur.” Yang lainnya pula berucap: “Saya akan berpuasa terus dan tidak akan berbuka.” Sedangkan yang lainnya lagi berkata: “Saya akan menjauhkan diri dari kaum wanita dan takkan kawin samasekali.”

Dimana mereka letakkan hak azasi jiwa manusia? Dan dimana pula bagi mereka letaknya hukum wajib kasih sayang itu?

MUHAMMAD mempunyai ajaran yang menentukan dan melindungi rahmat dari semua perbuatan yang akan mengganggunya. Meskipun perbuatan itu berupa tindakan berlebih-lebihan dalam melakukan ibadat dan dalam mancari keutamaan. Demikianlah, begitu mendengar tekad para sahabat itu, lantas MUHAMMAD pun langsung berkata:

“Kaliankah yang telah mengucapkan tekad itu? Demi Allah, diantara kalian semua, akulah orang yang paling takut pada Allah. Dari kalian semua, akulah yang paling taqwa pada Allah. Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka puasa. Aku bershalat dan aku tidur. Barangsiapayang enggan mengikuti jejak dan ajaranku, maka mereka itu bukan dari golonganku.”

Pada suatu hari diberitakan pada beliau bahwa ‘Abdullah ibn ‘Amer ibnul-Aash berpuasa terus menerus dan berjaga sepanjang malam. Beliau menegurnya:

“Telah sampai padaku berita bahwa engkau berpuasa terus menerus setiap hari dan berjaga setiap malam. Jangan engkau teruskan lagi perbuatanmu itu. Sesungguhnya tubuhmu itu punya hak atasmu. Matamu punya hak atasmu.Dan istrimu juga punya hak atasmu. Berpuasalah tiga hari setiap bulan, itulah saumuddahar.

Abdullah ibn Amer menjawab: "Saya mampu melakukan lebih dari itu, ya Rasulullah.” Rasulullah bersabda: Berpuasalah sehari dan berbuka sehari, demikianlah puasa nabi Daud a.s. Itulah puasa yang paling seimbang. Tidak ada yang lebih utama dari itu.”

Rasulullah SAW pernah bercerita tentang dirinya: “Suatu hari ketika saya bershalat, saya bermaksud akan memanjangkan shalat saya itu. Tiba-tiba saya dengar ada suara bayi sedang menangis. Maka saya persingkat shalat saya agar ibu bayi itu tidak gelisah.”
Alangkah besarnya nilai rahmat itu menurut pandangan MUHAMMAD SAW. Andaikan rahmat diletakkan pada piring timbangan bersebelahan dengan piring timbangan yang berisi ibadat, ternyata piring timbangan rahmat itu lebih berat. Ya, sungguh berat, seperti yang dipaparkan dalam kisah ini:

Seorang lelaki muda dengan wajah cerah gembira bergegas menuju majelis Rasulullah
SAW. Ia datang untuk menyatakan bai’at (sumpah setia) kepada Rasulullah, untuk berhijrah dan berjihad bersama beliau guna menegakkan agama Allah. “Apakah salah seorang dari orangtuamu ada yang masih hidup?” Tanya Rasulullah. Pemuda itu menjawab: “Ya, keduanya masih hidup.” Lantas Rasulullah bersabda: ”Kembalilah pada kedua orang-tuamu. Peliharalah hubungan baikmu dengan mereka.”
Sebuah kisah lagi: Seorang lelaki lain datang menghadap beliau sambil berkata: “Ya, Rasulullah! Saya datang untuk melakukan bai’at kepada Anda, berhijrah, sambil meninggalkan kedua orang tua saya yang menangis sedih.” Rasulullah menjawab: Kembalilah pada kedua orang-tuamu. Gembirakanlah mereka sebagaimana engkau telah membuat mereka menangis.”
Suatu ketika, ada yang bertanya: “Ya, Rasulullah! Saya ingin sekali berjihad, tetapi saya tidak mampu.” Rasulullah menjawab: “Apa masih ada salah seorang dari orangtuamu?” “Ya”, sahut orang itu. Maka bersabdalah Rasulullah: “Jumpailah Allah SWT dengan berbakti pada orangtuamu. Apabila engkau telah melakukannya dengan sebaik-baiknya maka samalah engkau telah berhaji, ber’umrah dan berjihad.”

Senyum manis di bibir ayah yang kasih dan tawa menghias wajah ibunda yang resah - gundah gulana. Bagi MUHAMMAD, ini tidak ada nilai tukarnya. Meskipun dengan jihad yang akan memperkuat da’wah dan menyebarkan panjinya keseluruh muka bumi sekalipun. Demikianlah beliau mengembalikan kedua pemuda pemberani itu kepada orang tuanya masing-masing, yang sedang menangis karena ditinggalkan putra mereka yang hendak pergi ke medan laga.

Dan terlontarkan ucapan indah yang menggetarkan sukma kedua anak muda itu: “Kembalilah pada kedua orangtuamu, buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau telah membuat mereka menangis.”

Bagi MUHAMMAD, rahmat atau kasih sayang pada jiwa akan sempurna dengan melakukan rahmat dan bakti pada kedua orang tua. Karena keduanya itulah sumber dan wadah jiwa. Beliau juga mengetahui banyak diantara ummatnya yang mendambakan untuk mati syahid dalam membela agamanya, dan untuk menenangkan hati mereka yang cinta kepada agamanya beliau mengiringi niat kita dengan sabdanya:

“Siapa yang memohon kepada Allah dengan sungguh-sungguh hendak mati syahid, maka Allah menaikkannya ke tingkatan para syuhada, sekali pun kenyataannya dia mati biasa di tempat tidur.”

Apabila aktifitas ibadat berubah coraknya jadi penyiksaan terhadap rahmat pada jiwa pribadi, maka perbuatan ibadat itu samalah dengan kedurhakaan. Terutama bila akibatnya memperkecil rahmat pada kedua orang tua.

Di dalam kitab Subulus Salaam (III/78), ash-Shan’ani mengatakan:
“Lahiriahnya sama, apakah itu jihad fardhu ‘ain maupun fardhu kifayah, dan baik merasa keberatan pada kedua orang tuanya atau tidak. Jumhur ulama berpendapat bahwasanya diharamkan berjihad bagi seorang anak jika dilarang oleh kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya dengan syarat keduanya harus muslim, karena berbakti kepada keduanya adalah fardhu ‘ain sementara jihad tersebut adalah fardhu kifayah.
Semoga shalawat dan salam selalu di limpahkan-Nya bagi junjungan kita Rasulullah SAW beserta ahlul baitnya, para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ut tabi’in serta seluruh umat Islam yang taat pada risalahnya hingga di akhir zaman.”
Amiin.

[Dari buku NABI MUHAMMAD JUGA MANUSIA, Karya Khalid Muhammad Khalid]
CATATAN
Tulisan ini merupakan mukadimah dari 21 tulisan lain yang kami turunkan berdasarkan pokok bahasannya masing-masing. Untuk memudahkan anda, halaman selanjutnya dapat diikuti melalui nomor urut di bawah ini, atau melalui lampiran Kata Pengantarnya di sini.

Halaman 2 dari 21
1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12    13    14    15    16    17    18    19    20    21   


Baca juga

Related Posts:

  • 005. Selalu berbuat amal kebaikan Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Rahmat bagi MUHAMMAD bukanlah suatu kebajikan sunnah, sesuatu yang dapat dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Tidak! Rahmat itu suatu tuntunan wajib dan merupakan tuntutan kewajiban. Karena itulah rahmat dalam prakteknya banyak berperan dalam berbagai man… Read More
  • 007. Besarnya Rahmat Allah bagi hamba-Nya Para pembaca yang budiman, Dalam hadits lain, digambarkan pula rahmat Allah yang maha luas: “ALLAH SWT menciptakan rahmat dalam seratus bagian. Sembilan puluh sembilan bagian IA pegang.Dan yang satu bagian lagi IA turunkan ke muka bumi. Dari yang satu bagian itulah para makhluk berkasih-kas… Read More
  • 004. Jangan mendzalimi kedua orang tua Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah, Rasulullah Saw ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab; "Mereka adalah sarana (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu." [HR. Ibnu Majah] (Penjelasan: Jika berbakti kepada keduanya maka akan masuk surga sedangkan bila bersikap du… Read More
  • 003. Berbakti kepada kedua orang tua Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Seorang mukmin yang berakal, sungguh sangat tidak pantas berbuat durhaka dan memutuskan hubungan dengan kedua orang tua, padahal ia mengetahui keutamaan berbakti kepadanya, dan balasannya yang mulia di dunia maupun di akhirat. Allah memerintahkan si ana… Read More
  • 010. Membina hubungan baik dengan sesama Para pembaca yang budiman, Dengan rahmatnya, MUHAMMAD berusaha mengarahkan ketakutan manusia pada Allah. Suatu ketakutan yang kadang kala menutup hati dan penglihatan mereka. Menggiring ummatnya ke sisi Tuhan Yang Maha Kasih dan Sayang, yang senantiasa menerima kekhilafan dan taubat hamba-Nya… Read More
  • 006. Membebaskan diri dari rasa takut Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah, Kadang-kadang Rasulullah memaparkan rahmat itu dalam gaya filosofis yang mengatasi segala tingkah-laku kebajikan manusia. Dan menjadikan semua perbuatan yang bersifat rahim sebagai pengabdian, ibadat yang paling luhur. Dalam ajaran MUHAMMAD ‘ala… Read More
  • 011. Berbuat baik pada tetangga Saudaraku rahimakumullah, Perselisihan antar sesama jarang terjadi di antara orang-orang yang saling berjauhan. Perselisihan bisa, dan biasa, terjadi akibat pergaulan sesama anggota masyarakat yang saling berdekatan. Anda tidak akan berselisih paham dengan orang yang tidak anda k… Read More
  • 012. Menyambung SilaturahimMa'asyiral Muslimin rahimakumullah,Allah Swt.berfirman:بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَا… Read More
  • 009. Jangan berputus asa dari Rahmat Allah Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,Sesuai dengan hadits (Qudsi) yang di tampilkan sebelumnya [8]; Sebenarnya kedudukan manusia di sisi Allah bagaikan kedudukan kelana yang hilir mudik antara Sang Kekasih dengan Tabibnya. Demikian gambaran MUHAMMAD tentang Allah Subhanahu wa ta’ala ketika menc… Read More
  • 008. Kelapangan Rahmat Para pembaca yang budiman, Bagi MUHAMMAD, kepatuhan mempunyai arti luhur yang tak pernah bisa kita bayangkan. Namun kepatuhan bukanlah tujuan semata-mata. Tidak! Kepatuhan bukan sarana satu-satunya untuk meningkatkan keluhuran jiwa seseorang. Tidak! Namun sebelum dan sesudahnya, ia merup… Read More

0 Comments:

Post a Comment

Folder Arsip

Rekam Arsip

Rekomendasi Arsip

  • Melaksanakan Shalat
  • Hati yang Istiqamah
  • Beberapa perkara seputar Shalat Sunnah
  • Klasifikasi Hadits Dhaif
  • Riwayat Para Nabi Dan Rasul Allah
  • Akibat Kufur Nikmat
  • 002.3. Kitab Thaharah
  • Metoda Penyusunan Ayat-Ayat Al-Quran
  • Hukum Bid’ah
  • Bahaya Hadits Dhaif dan Maudhu
  • Imam Al Ghazali, 5 Langkah menjadi Awam yang baik sekaligus Sufi yang baik
  • Menikah karena buah apel
  • Dahsyatnya Sakaratul Maut
  • Kuhalafur Rasyidin
  • Para Imam Al-Kutubus Sittah (6 Kitab Hadits Utama)

Followers