Islam, Rahmat Bagi Alam Semesta

Monday, March 7, 2011

Nabi Muhammad juga Manusia




Halaman ini merupakan bagian khusus dari cuplikan buku NABI MUHAMMAD JUGA MANUSIA karya Khalid Muhammad Khalid yang melampirkan daftar 21 judul tulisan terpisah yang kami muat di blog ini.

Jika pada masing-masing tulisan tsb kami hanya melampirkan tautan ke tulisan-tulisan lain dari sumber dimaksud berdasarkan nomor urut saja, maka pada  halaman ini dapat dilihat judul dari masing-masing nomor urut tsb.

Demikian, semoga bermanfaat!


Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasalam adalah .........

Sunday, March 6, 2011

Rahmat bagi alam semesta



MUHAMMAD RASULULLAH 
Manusia Biasa yang Luar Biasa!


Seandainya MUHAMMAD bukan Rasul, niscaya beliau merupakan sosok manusia luhur yang setingkat dengan Rasul. Andaikata kepadanya Tuhan tidak berfirman:

Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diwahyukan kepadamu.

maka pastilah dia dapatkan perintah dari dirinya sendiri. Kiranya perintah itu begini bunyinya: 

“Hai Manusia! Sampaikan apa yang bergetar dalam batinmu!”

Perintah itu timbul karena kedewasaan dan keagungan insan manusia bernama ‘MUHAMMAD’ itu telah melampaui batas zat. Tak mungkin bisa dibendung. Bahkan tidak terikat waktu dan tempat kedewasaan dan keagungan MUHAMMAD itu.

Keagungan pribadi MUHAMMAD itu pulalah yang menyebabkan kaum mu’minin ta’at dan setia padanya dan lawan-lawannya kagum terhadap keagungan pribadi beliau yang tiada tara.

Telah empat belas abad waktu berlalu. Namun keagungan figur MUHAMMAD senantiasa bersinar gemilang, semarak harum mewangi. Selalu merangsang semangat dan akal budi manusia sepanjang zaman. Keagungan itu, pertama-tama terutama berasal dari pribadi MUHAMMAD sendiri sebagai manusia. Hasil proses pembinaan dirinya, semangat-nya, dan akal budinya , dibawah naungan dan bimbingan Allah SWT yang menjadi Guru Yang Maha Agung baginya, Guru Agung yang telah membentuk keperibadiannya.

Keagungan MUHAMMAD juga tercermin dari sikap hidup yang telah dipilihnya dalam menghadapi alam, manusia dan kehidupan. Keagungan yang melampaui batas pemujaan orang muncul, ketika MUHAMMAD sebagai pribadi manusia cemerlang bertemu dengan MUHAMMAD sebagai rasul.

Kenapa kita hadapkan sisi manusiawi dengan kerasulan MUHAMMAD?
Bukankah rasul itu manusia? 
Memang, rasul itu manusia juga.

Saya menampilkan sosok manusianya saja karena topik dalam pembicaraan ini hanya menekankan tentang watak manusia semata. Watak manusia dimana MUHAMMAD dan semua orang terlibat di dalamnya. Dan pribadi MUHAMMAD telah berhasil melampaui pencapaian (achievement) manusia lainnya.

Dengan segala aksi dan reaksinya, dengan segala kesederhanaan dan kewajarannya, dan watak manusiawi ini membikin saya senang dan kagum luar biasa. Karena ia jenis saya serta bagian dari saya. Dari sanalah saya bakal dapat keyakinan diri. Kemanusian telah dianugerahi kehormatan besar karena telah mampu melahirkan sosok tauladan (row model) budi luhur yang begitu agung.
Dengan mengungkapkan suri tauladannya yang telah dipraktekkannya dengan agung yakni berupa aspek-aspek kemanusiaan MUHAMMAD yang teramat gemilang itu,-SHALAWAT dan SALAM ALLAH--untuk beliau, telah memantulkan sinar terang sehingga tampaklah keindahan yang terpendam, kandungan hikmah yang selama ini masih rahasia. 
Karena itu, tekad saya pun muncul untuk menyelusuri jejak kehidupannya. Pembicaraan ini hanya menampilkan hadits-hadits dan tingkah-laku MUHAMMAD, sehubungan dengan masalah yang ingin ditekankan yakni segi kemanusiannya. Dengan demikian diharapkan dapat menggambarkan kewajaran perangai dan kecenderungan Akhlak MUHAMMAD,. sosok seorang manusia yang penuh dengan cinta kasih yang murni tanpa pamrih.
Sanubarinya yang peka tidak pernah luput memperhatikan dambaan dan dukacita orang lain. Keluh kesah selalu ditanggapinya, dan orang-orang yang memerlukan bantuan selalu ditolongnya, diberi santunan dan diperhatikan secara pribadi. Kami melihat seorang manusia yang telah menyurati semua kaisar dan raja-raja dunia, meminta agar mereka membuang keangkuhan….! Mendengar dengan seksama dan senang hati kata-kata seorang Badui kelana. Mengindahkan seorang pengembara yang datang dengan kaki telanjang dan berucap: “Berlaku adil-lah hai MUHAMMAD! Harta itu bukan milikmu dan bukan pula milik bapakmu!”
Kami menyaksikan seorang yang ibadatnya khusyuk. Yang dengan hati senang dan bukan karena mendambakan mahkota kerajaan ataupun kekayaan dunia, lama berdiri dalam shalatnya dalam shalatnya membaca surah-surah panjang. Namun beliau segera melepaskan kebahagiaannya yang besar itu, dengan mempercepat shalatnya hanya karena mendengar tangisan bayi yang menunggu sang ibu yang ikut shalat berjama’ah bersama beliau. Karena kasih beliau pada bayi yang menangis memanggil sang ibu!

Kami melihat seorang manusia yang telah disakiti, diusir, dan diperangi oleh musuh-musuhnya yang hina. Musuh-musuh buas yang telah menghina, merobek perut dan mengunyah-ngunyah jantung pamannya Hamzah yang syahid itu. Namun kepada musuh-musuhnya yang sudah takluk dan berbaris tertunduk malu dihadapannya, dia berkata: “Pergilah! Kalian bebas dari segala tuntutan!”

Seorang manusia yang kalbunya bergetar melihat hewan memikul beban lebih dari kemampuan! Seorang yang memerah sendiri susu kambingnya, menisik sendiri robekan bajunya dan menjahit sendiri terompahnya., padahal pada saat bersamaan, dunia timur dan barat sudah berada dalam genggaman tangannya!

Seorang yang dalam orasinya di depan umat pernah bersabda:
“Siapa yang merasa punggungnya pernah aku sakiti, inilah punggungku siap dituntut balas!”

Dengan nama yang begitu mulia, jutaan bibir setiap hari mengucapkan namanya, jutaan jantung setiap saat berdenyut, berulang kali. Bibir dan jantung yang bergerak dan berdenyut sejak seribu empat ratus tigapuluh tahun. Dengan nama yang begitu mulia, berjuta bibir akan terus bershalawat dan salam untuknya, berjuta jantung akan terus berdenyut, sampai akhir zaman.
Pada setiap hari di kala fajar menyingsing, lingkaran-lingkaran putih di ufuk sana mulai nampak hendak menghalau kegelapan malam, ketika itu seorang muazzin bangkit, berseru kepada setiap makhluk insani, bahwa bangun untuk Shalat berkhidmat pada Tuhan-nya sungguh lebih baik daripada terus tidur. Ia mengajak mereka bersujud kepada Allah, membaca shalawat serta salam buat Rasulullah.

Seruan ini disambut oleh ribuan, oleh jutaan umat manusia dari segenap penjuru bumi, menyemarakkannya dengan salat menyambut pahala dan rahmat Allah bersamaan dengan terbitnya hari baru. Dan bila hari siang, mataharipun berangkat pulang, kini muazzin bangkit menyerukan orang bersembahyang lohor, lalu salat asar, magrib, isya. Pada setiap kali dalam sembahyang ini mereka menyebut MUHAMMAD, hamba Allah, Nabi dan Rasul-Nya itu, dengan penuh permohonan, penuh kerendahan hati dan syahdu. Dan selama mereka dalam rangkaian sembahyang lima waktu itu, bergetar jantung mereka menyebut asma Allah dan menyebut nama Rasulullah.

Begitulah mereka, dan akan terus begitulah mereka, setelah Allah memperlihatkan agama yang sebenarnya ini dan melimpahkan nikmat-Nya kepada seluruh umat manusia.

MUHAMMAD Saw, sungguh pribadinya bagai permata kemilau yang teramat indah.

  • Dia akan selalu mempesona siapa pun yang melihat dan mengenalnya. 
  • Dia bagaikan samudera ilmu tiada bertepi, yang akan memuaskan siapa saja yang menyelaminya. 
  • Dia bagaikan sumber mata air bening nan sejuk, yang akan memuaskan dahaga lahir-batin siapa pun yang merindukan kebaikan dan kemuliaan. 
  • Rasulullah saw bagaikan cahaya yang terang benderang menyisir kegelapan, memperjelas setiap langkah menuju keselamatan. Beliau juga memperjelas jalan mana yang bisa membinasakan, agar kita bisa menghindar dari kehancuran. 
  • Dialah pemilik pribadi agung yang keutamaan dan kemuliannya tidak pernah lekang ditelan zaman dan takkan aus dimakan waktu. 
  • Beliau saw., sangat dicintai oleh para sahabatnya para salafus shalih yang selalu setia menemani perjuangan beliau semasa hidupnya, beliau dicintai oleh para Tabi’in, dicintai oleh para Tabi’ut Tabi’in, dan bahkan setelah 14 abad lebih sepeninggalnya, beliau masih tetap sangat dicintai oleh 1.4 milyar umatnya yang masih hidup dimasa ini, umat yang sama sekali belum pernah memandang wajahnya, belum pernah mendengar suaranya walau hanya sekali pun, namun ummat inilah ummat yang sangat dirindukan beliau saw, dengan sebutan sebagai kekasihnya, umat yang setia memegang teguh ajarannya dan yang kelak di yaumil akhir, umat yang dapat beliau kenali dari kemilau cahaya yang memancar dari bekas-bekas wudhu' para pengikutnya. 
Di bumi ini, tidak ada satu manusia pun, baik itu seorang Nabi, Kaisar, Raja, Amir, atau Guru Besar, yang setelah 1400 tahun lebih berlalu, semua nasihat dan ajarannya masih tetap di taati dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh para pengikutnya dan namanya pun selalu dibisikkan oleh 1,4 milyar manusia di dalam shalat dan shalawatnya…, Kecuali hanya kepada seorang insan kamil, seorang RASUL Utusan ALLAH yang terakhir di muka bumi, seorang hamba Allah yang ummi, yang rendah hati - dan meskipun dunia barat dan timur sudah berada dalam genggaman tangannya - seorang kepala keluarga yang selalu hidup dalam kekurangan, namun jiwanya penuh dengan pancaran rahmat.

Ya, benar! Dialah MUHAMMAD Saw, Seorang manusia biasa yang sangat Luar Biasa!

SUBHANALLAH!

Sungguh, kami telah melihat bentuk dan corak manusia yang lengkap. Lebih indah, lebih taqwa dan bahkan lebih agung dari apa yang bisa dicapai oleh seorang manusia.

Ma’syiral Muslimin rahimakumullah,
Sungguh, setiap insan sangat mendambakan hidup penuh kebahagiaan, kemuliaan, kehormatan serta sukses di dunia dan akhirat. Namun kenyataannya seringkali tidak sesuai dengan harapan. Padahal, hidup di dunia ini hanya sekali dan belum tentu lama.

Untuk itu kita harus segera menemukan kunci yang dapat membuka kunci karunia rahmat idaman kita. Kunci itu adalah pribadi Rasulullah MUHAMMAD Saw; ‘qudwah hasanah’ contoh terbaik dalam kehidupan.Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21, yang artinya:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut-nyebut nama Allah”.

Oleh karena itu, jika kita bersungguh-sungguh mengamalkan segala sikap dan perilaku yang ada pada diri Rasulullah Saw, insya Allah, kita akan mendapat keuntungan yang dapat segera dirasakan manfaatnya.

Keuntungan mengamalkan akhlak Rasul diantaranya adalah sebagai berikut:

Hidup Menjadi Lebih Mudah dan Indah

  • Meniru dalam konteks meneladani, akan jauh lebih mudah daripada mengarang atau menciptakan sendiri. Meniru kebaikan bukanlah suatu hal yang tercela. Bahkan, meniru sikap, adab dan akhlaq Rasulullah adalah merupakan ibadah dan akan menuai pahala, membuat hidup menjadi lebih mudah dan indah karena segala sesuatunya sudah di contohkan oleh Rasulullah sendiri. Bilamana kita memperoleh pemandu yang selalu bisa kita andalkan, maka sesulit apapun perjalanan melewati hutan belantara, semuanya akan terasa mudah dan insya Allah kita akan sampai di tempat tujuan dengan lebih cepat dan selamat. 
Hidup Menjadi Lebih Mulia dan Terhormat 
  • Dengan meneladani akhlak perilaku Nabi MUHAMMAD saw yang begitu tinggi dan mulia, secara tidak langsung - baik sadar maupun tidak- jelas ini semua akan mengangkat martabat, kehormatan, serta kemulian bagi siapa pun yang menirunya. Sebagaimana pujian Allah Swt kepada MUHAMMAD Saw., dalam firman-Nya;
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ 
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS al-Qalam[68]: 4) 

Hidup Lebih Disukai dan Disayangi Orang lain

  • Pribadi Rasulullah adalah prbadi yang sangat menyenangkan dan penuh manfaat bagi orang banyak. Dengan begitu, jika kita mencontohnya, secara tidak langsung, pribadi kita pun akan menjadi pribadi yang menyenangkan dan bermanfaat. Tentu saja hal itu akan menimbulkan rasa simpati, hormat, dan kasihsayang dari orang lain, yang pada gilirannya akan membuahkan kualitas hidup menjadi lebih indah dan mengesankan. 
Hidup akan Lebih Berprestasi

  • Seperti kita ketahui bersama bahwa Rasulullah sangat menjaga mutu dari segala jenis prilaku ke tingkat akhlaqul karimah, dengan konsep yang sederhana namun jelas, perencanaan yang matang, sikap yang professional, dan etos kerja yang prima. Hasilnya pun terbukti dan teruji kekokohannya hingga saat ini. Dan bila kita mampu mengaplikasi seluruh akhlak MUHAMMAD saw., maka insya Allah kemampuan berkarya dan berprestasi kita akan semakin melejit, potensi diri akan berkembang maksimal, aneka masalah akan terkemas menjadi sesuatu yang bernilai tambah bagi kemajuan. 
Akan Dicintai Allah dan Insya Allah Masuk Surga

  • Termasuk janji Allah yan Mahaagung, untuk mencintai siapa pun yang mencintai kekasih-Nya. Dan, orang yang paling beruntung adalah orang yang dicintai oleh Allah; Penguasa alam semesta ini. Sesungguhnya, seseorang itu akan bersama orang yang dicintainya. 
Dalam hadits (mutaffaq ‘alayh) dikatakan, seseorang bertanya kepada Rasulullah saw, “Kapan tibanya hari kiamat, Wahai Rasulullah?” Alih-alih menjawab, Rasulullah balik bertanya: 

“Apakah yang telah kamu persiapkan untuknya?"

Orang itu balas menjawab: “Aku tidak banyak mempersiapkan shalat, zakat,puasa, dan sedekah untuk itu, tetapi aku sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya”. Rasulullah kemudian menjawab, 

”Kamu bersama siapa yang kamu cintai”.

Wahai para pembaca budiman!
Marilah kita serukan puja puji, serta membaca dengan seksama dan penuh arti. Anda kini kami ajak mengembara bersama seorang manusia teladan, seorang rasul Allah yang dimuliakan di bumi dan di langit. Mudah-mudahan, berkat syafa’at beliau, Allah Azza wa Jalla meningkatkan nilai hidup kita semua.Dan Semoga shalawat dan salam selalu di limpahkan-Nya bagi junjungan kita Rasulullah SAW beserta ahlul baitnya, para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ut tabi’in, serta seluruh umat Islam yang taat pada risalahnya hingga di akhir zaman.

Amin Yaa Arhamarrahimiin. 

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya". (QS al-Ahzab [33]:56)

[Dari buku NABI MUHAMMAD JUGA MANUSIA, Karya Khalid Muhammad Khalid]
CATATAN
Tulisan ini merupakan mukadimah dari 21 tulisan lain yang kami turunkan berdasarkan pokok bahasannya masing-masing. Untuk memudahkan anda, halaman selanjutnya dapat diikuti melalui nomor urut di bawah ini, atau melalui lampiran Kata Pengantarnya di sini.

1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12    13    14    15    16    17    18    19    20    21   


Baca juga
Hakikat Mencintai Rasulullah

001. Muhammad yang penuh rahmat



INNA MAA ANNA RAHMATUN MUHDATUN
(Sebenarnya aku adalah rahmat yang dipersembahkan)


ANAK YATIM
Dan baginya, Allah menjadikan ke-yatim-an sebagai buaian.
Manakala teman-teman sepermainan, bagaikan burung di taman, berbangga hati, bersuka-cita serta bergembira ria di hadapan ayah mereka masing-masing, MUHAMMAD hanya menengadah pandang ke langit. Tidak pernah satu kali pun dia berseru: “Wahai ayah!”. Karena dia memang tak punya ayah. Akan tetapi selalu dan banyak sekali dia berucap lirih: “Wahai Tuhan pemeliharaku!”

Rahasia apa yang terpendam dalam keyatiman itu sehingga Allah memilih dua orang manusia yatim, Al-Masih dan MUHAMMAD, sebagai penyandang kalimat-Nya, pembawa risalah-Nya?

Ya, ISA Al-Masih juga terlahir yatim! Ketika lahir, dia tak melihat ayah! Bahkan, dikatakan dia sama sekali tak berayah. Di kala rekan-rekan sepermainannya berpongah menyebut ayah mereka, beliau membanggakan suatu yang lebih baik dari ayah. Sambil mengacungkan isyarat dengan telapak tangannya yang bercahaya ke atas, beliau berucap: “Bapakku ada di langit!”

Apakah gerangan rahasia itu? Apakah Allah memang telah menetapkan keyatiman bagi kedua mereka, untuk memecahkan rahmat dari jiwa mereka dengan kokoh dan kuat? Mungkin! Tapi marilah kita kembali pada pokok pembicaraan. Marilah kita mengikuti MUHAMMAD menghayati rahmatnya. Kiranya rahmat beliau itu suatu rahmat yang mengagumkan para pemikir. Rahmat MUHAMMAD bukanlah ‘reaksi’ dari keyatimannya. Akan tetapi merupakan ‘aksi’ yang sesuai dengan eksistensinya sejak lahir, yang telah di sambut dengan keyatiman. Rahmatnya orang-orang kuat yang penuh inisiatif, bukan rahmat orang-orang lemah yang putus asa.
Di seluruh jagat ini, siapakah yang lebih kuat dari seorang yatim yang sendirian menghadapi tantangan alam, dan sendirian pula bangkit memikul beban tanggungjawabnya? Sementara pengasuhnya, satu demi satu meninggalkannya, untuk memberikannya peluang tampil sebagai “seorang lelaki”, guna mengisi semua kekosongan yang ada agar tumbuh dengan sendirinya seperti pohon yang tinggi, agar beliau ditopang dan didukung oleh kebapakan dari diri pribadinya sendiri?
Memang tepat, keyatiman bisa merupakan sumber utama dari keagungan, kalau yang menerima keyatiman itu seorang anak yang berkesiapan besar. Dan hal itu sudah terjadi pada diri MUHAMMAD! Memahami betapa pedihnya hidup sebagai anak yatim, Allah Swt. mencela orang-orang yang tidak perduli dan mengabaikan anak-anak yatim sebagai orang-orang yang termasuk sebagai para “pendusta agama”.


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِفَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَوَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin”. (QS al-Ma’un [107]:1-3).

karena sesungguhnya anak-anak yatim perlu mendapatkan kasih sayang dan keperdulian.

Menurut ayat ini, ada dua hal yang menyebabkan seseorang tergolong pendusta agama yaitu: “orang-orang yang menghardik anak yatim”, serta orang-orang yang “tidak mau menganjurkan memberi makan orang yang miskin.”

Mengapa dikatakan sebagai pendusta agama? Karena anak yatim memiliki status yang sangat mendasar dalam Islam, yang berhubungan sangat erat dengan keperibadian Rasulullah saw sendiri.

MUHAMMAD dilahirkan dalam keadaan yatim, dan ketika ibundanya meninggal, beliau juga masih dalam keadaan yatim sehingga lengkaplah statusnya sebagai seorang anak yang yatim- piatu. Saat beliau dalam keadaan yatim tidak seorang pun yang perduli terhadap beliau kecuali keluarganya sendiri. Perlakuan semena-mena terhadap anak yatim dan tida adanya kepedulian kepada fakir miskin merupakan sebab utama manusia tergolong sebagai pendusta agama.
MUHAMMAD Saw. Diutus menjadi rasul, yang salah satu syariatnya mewajibkan kepedulian terhadap anak yatim. Menjalin rumah tangga yang harmonis tidak lepas dari keperdulian terhadap anak yatim dan fakir miskin, dalam arti adanya kemauan untuk mengurus mereka dan berlaku baik terhadap mereka. Karena beliau percaya bahwa dari sikap kepedulian ini akan memunculkan nilai-nilai positip bagi keluarga yang perduli terhadap mereka berupa keharmonisan, ketenangan, dan keberkahan dalam keluarga.
Tentang hal ini, beliau bersabda:
“Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk”. [HR. Ibnu Majah]

Rasulullah Saw menjelaskan bahwa di surga kelak, rumah yang di gunakan mengasuh anak yatim dengan baik disebut “Rumah Kesenangan” karena mereka memberikan kesenangan kepada anak yatim sewaktu di dunia. Sabdanya:

“Sesungguhnya di dalam Surga terdapat rumah yang disebut ‘Rumah Kesenangan’. Tidak ada yang bisa memasukinya kecuali orang yang menyenangkan anak-anak yatim-mukmin”.

Beliau menjelaskan bahwa Allah Swt memberikan ganjaran yang paling berharga berupa ‘Rumah Kesenangan’ di surga. Ini merupakan puncak keberkahan bagi mereka yang peduli terhadap nasib anak yatim yang mendambakan kasih sayang orang tua sebagaimana teman-temannya yang memiliki orang tua yang menyayangi mereka.

Begitu besarnya kepedulian MUHAMMAD terhadap anak yatim sehingga agar umatnya tidak termasuk sebagai “pendusta agama", beliau telah menitipkan masa depan para yatim itu di pundak kita semua. Bahkan beliau dengan syafaatnya, mengundang kepada siapa saja diantara umatnya yang ingin berdekatan (bertetangga) dengan dirinya di surga adn kelak, salah satu syaratnya adalah dengan menyantuni anak-anak yatim dengan sebaik-baiknya.

Beliau mengisyaratkan kedekatan beliau dengan para pengasuh anak yatim di surga kelak, adalah bagaikan kedekatan antara jari telunjuk dengan jari tengah atau antara jari telunjuk dengan ibu jari.

Sabdanya: “Aku dan pengasuh anak yatim (kelak) di surga seperti dua jari ini" - Rasulullah Saw. menunjuk jari telunjuk dan jari tengah dan merapatkan keduanya. [HR. Bukhari]

Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa ada seorang Wanita yang telah ditinggal wafat suaminya dan tidak mau kawin lagi. Dia seorang yang berkedudukan terhormat dan cantik namun dia mengurung dirinya untuk menekuni asuhan anak-anaknya yang yatim sampai mereka kawin (berkeluarga dan berumah tangga) atau mereka wafat. Dan tentang ketinggian derajat wanita ini, maka Rasulullah saw bersabda:

”Aku dan seorang wanita yang pipinya kempot dan wajahnya pucat bersama-sama pada hari kiamat seperti ini", (Nabi Saw menunjuk jari telunjuk dan jari tengah). [HR. Abu Dawud dan Ahmad].

Dalam hadist yang dituturkan dari Abu Hurairah r.a., Beliau bersabda:
“Demi Dzat yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menyiksa orang yang mengasihi dan menyayangi anak yatim, berbicara kepadanya dengan lembut dan mengasihi keyatiman serta kelemahannya, dan tidak bersikap angkuh dengan apa yang Allah anugerahkan kepadanya terhadap tetangganya.”

Sabdanya pula:

“Barangsiapa memelihara anak yatim di tengah kaum Muslim dengan memberi makan dan minum, maka Allah akan memasukkannya ke surga, kecuali ia melakukan dosa yang tidak diampuni Allah (dosa musyrik)". [HR Ath-Tirmidzi]

MUHAMMAD juga mengisyaratkan bahwa sebaik-baik sedekah adalah yang dibelanjakan kepada keluarga terdekat karena bernilai dua pahala, yaitu pahala sedekah dan juga pahala infak. Beliau mencela orang yang (demi gengsi) bersedekah untuk amal (charity) padahal kerabat dan kelurganya sendiri terabaikan. Sabdanya:

“Demi yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menerima sedekah seorang yang mempunyai kerabat keluarga yang membutuhkan santunannya sedang sedekah itu diberikan kepada orang lain. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, ketahuilah, Allah tidak akan memandangnya (memperhatikannya) kelak pada hari kiamat."  [HR. Ath-Thabrani]
Perhatikanlah betapa rahmat kasih sayang begitu memenuhi relung bathinnya yang terdalam terhadap para hamba Allah yang seringkali terabaikan bahkan termarjinalkan di dalam kehidupan sosial umat manusia. Oleh karenanya, maka MUHAMMAD dengan penuh keyakinan terhadap rahmat, MUHAMMAD yang kuat itu menampilkan rahmat. Semerbak wanginya dan kiranya pula beliau diciptakan dengan adonan rahmat yang berlimpah. Dan beliau Saw - untuk beliau shalawat Allah dan salam-Nya - terpekik riang gembira karena rahmat, memperlakukan rahmat itu dengan penuh bijaksana dan secara cerdas.
Bila kita meneliti hadits-hadits beliau tentang rahmat, kita dapat menemukan sesuatu yang menyerupai hitungan matematis. Beliau tidak mempraktekkan rahmat itu sebagai sekedar basa-basi yang membangkitkan emosi atau pelepas duka. Beliau bicara tentang rahmat dalam kapasitas seorang ahli yang mengerti nilainya, menyelusuri hajat orang yang haus pada rahmat itu. Seolah-olah beliaulah pemilik rahmat dan beliau pula yang menetapkan tata-cara serta perundang-undangannya.

“Ar-Rahimun”, Yarhamuhumur Rahman, Irhamu man fil ardhi, yarhamukum man fis samaa"
(Orang-orang yang berhati rahim - kasih sayang - akan dikasihani Allah yang bersifat Ar-Rahmaan. Kasihanilah semua yang ada di muka bumi, agar kalian dikasihani oleh yang ada di langit)

Begitulah sabda MUHAMMAD. Namun, siapa yang dimaksud dengan Ar-Rahimun?

Sesungguhnya orang yang tidak punya apa-apa tidak akan dapat memberikan apa-apa. Dan orang yang tidak mampu mengasihi diri sendiri, tidak akan mampu pula mengasihani orang lain.
Dari sinilah pembicaraan tentang rahmat dimulai, dan dari sini pula anjuran membudayakan rahmat digalakkan. Dengan kebijakan seorang jujur yang memancarkan cahaya terang dari diri pribadi, MUHAMMAD telah menata rahmat jiwa dan diri pribadi secara jelas. Beliau telah memilih dan menempatkan rahmat pada sudut-sudut yang tepat. Sebelumnya tak ada yang menduga, beliaulah yang telah menata dan merangkaikan rahmat itu. Sebagai seorang rasul, seorang pengabdi, MUHAMMAD datang menegakkan panji peribadatan dan mengarahkan orang agar melakukan ibadat. Lantas apakah beliau hanya menekankan ibadat semata, dan dengan demikian menimbulkan kesejangan atau mengambil jarak dengan rahmat? Manusia agung itu telah menyadari persoalan ini. Maka, karena itu malah beliau menyatakan bahwa rahmat lebih utama dari pada ibadat yang berlebihan. Bahkan lebih membersihkan.
Suatu hari di bulan Ramadhan pada tahun Al-Fatah, Rasulullah pergi menuju kota Mekkah. Sampailah beliau beserta rombongannya di suatu desa Kurra’il Ghamim. Kemudian beliau berpuasa dan berpuasa jugalah semua sahabatnya. Melihat sebagian sahabatnya sangat kepayahan karena berpuasa dalam perjalanan yang melelahkan itu, beliau meminta segelas air. Diangkatnya gelas itu tinggi-tinggi agar kelihatan oleh para sahabatnya. Lantas, beliau pun minumlah. Ketika disampaikan pada beliau, masih ada yang bertahan berpuasa, maka beliau berucap: “Mereka tergolong para pembangkang!

Jabir mengisahkan juga kepada kami: Sekali waktu Nabi saw sedang dalam perjalanan. Tiba-tiba beliau melihat para sahabatnya sedang mengerumuni seseorang. Lalu bertanyalah Nabi: “Apa yang terjadi?” Para sahabatnya menjawab: “Ada seorang sedang berpuasa.” Maka beliau pun bersabda:

“Bukan suatu kebajikan kalau orang berpuasa dalam perjalanan. Gunakanlah kemurahan Allah yang telah memberikan kemudahan (Ruksyah) bagi kalian, maka terimalah!”.

Semoga shalawat dan salam selalu di limpahkan-Nya bagi junjungan kita Rasulullah SAW beserta ahlul baitnya, para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ut tabi’in serta seluruh umat Islam yang taat pada risalahnya hingga di akhir zaman.”
Amiin.

[Dari buku NABI MUHAMMAD JUGA MANUSIA, Karya Khalid Muhammad Khalid]
CATATAN
Tulisan ini merupakan mukadimah dari 21 tulisan lain yang kami turunkan berdasarkan pokok bahasannya masing-masing. Untuk memudahkan anda, halaman selanjutnya dapat diikuti melalui nomor urut di bawah ini, atau melalui lampiran Kata Pengantarnya di sini.

Halaman 1 dari 21
1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12    13    14    15    16    17    18    19    20    21   


Baca juga
Hakikat Mencintai Rasulullah

002. Merahmati diri sendiri




Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Merahmati diri sendiri bagi MUHAMMAD adalah hal paling utama. Mereka yang walau kepayahan masih terus berpuasa dalam perjalanan (safar) digolongkan Rasulullah SAW sebagai para pembangkang. Karena mereka mengubah perbuatan ibadat menjadi penyiksaan - menzalimi diri sendiri. Karena mereka menanggalkan milik utama manusia, yaitu rahmat. Terutama rahmat pada diri sendiri, memelihara diri, melestarikan kesehatan dan kekuatannya (stamina).


Telah datang ke rumah Rasulullah SAW serombongan sahabat beliau, yang menanyakan tentang ibadat Rasulullah SAW. Setelah diceritakan akan halnya ibadat beliau, mereka pun merasa bahwa ibadat yang mereka amalkan selama ini sangat tidak berarti kalau dibandingkan dengan ibadat beliau.

Maka kata mereka: “Bagaimana kita ini dibandingkan dengan Rasulullah. Padahal Allah SWT telah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang.”

Lantas salah seorang diantara mereka berkata; “Saya bertekad akan senantiasa bershalat malam dan tidak tidur.” Yang lainnya pula berucap: “Saya akan berpuasa terus dan tidak akan berbuka.” Sedangkan yang lainnya lagi berkata: “Saya akan menjauhkan diri dari kaum wanita dan takkan kawin samasekali.”

Dimana mereka letakkan hak azasi jiwa manusia? Dan dimana pula bagi mereka letaknya hukum wajib kasih sayang itu?

MUHAMMAD mempunyai ajaran yang menentukan dan melindungi rahmat dari semua perbuatan yang akan mengganggunya. Meskipun perbuatan itu berupa tindakan berlebih-lebihan dalam melakukan ibadat dan dalam mancari keutamaan. Demikianlah, begitu mendengar tekad para sahabat itu, lantas MUHAMMAD pun langsung berkata:

“Kaliankah yang telah mengucapkan tekad itu? Demi Allah, diantara kalian semua, akulah orang yang paling takut pada Allah. Dari kalian semua, akulah yang paling taqwa pada Allah. Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka puasa. Aku bershalat dan aku tidur. Barangsiapayang enggan mengikuti jejak dan ajaranku, maka mereka itu bukan dari golonganku.”

Pada suatu hari diberitakan pada beliau bahwa ‘Abdullah ibn ‘Amer ibnul-Aash berpuasa terus menerus dan berjaga sepanjang malam. Beliau menegurnya:

“Telah sampai padaku berita bahwa engkau berpuasa terus menerus setiap hari dan berjaga setiap malam. Jangan engkau teruskan lagi perbuatanmu itu. Sesungguhnya tubuhmu itu punya hak atasmu. Matamu punya hak atasmu.Dan istrimu juga punya hak atasmu. Berpuasalah tiga hari setiap bulan, itulah saumuddahar.

Abdullah ibn Amer menjawab: "Saya mampu melakukan lebih dari itu, ya Rasulullah.” Rasulullah bersabda: Berpuasalah sehari dan berbuka sehari, demikianlah puasa nabi Daud a.s. Itulah puasa yang paling seimbang. Tidak ada yang lebih utama dari itu.”

Rasulullah SAW pernah bercerita tentang dirinya: “Suatu hari ketika saya bershalat, saya bermaksud akan memanjangkan shalat saya itu. Tiba-tiba saya dengar ada suara bayi sedang menangis. Maka saya persingkat shalat saya agar ibu bayi itu tidak gelisah.”
Alangkah besarnya nilai rahmat itu menurut pandangan MUHAMMAD SAW. Andaikan rahmat diletakkan pada piring timbangan bersebelahan dengan piring timbangan yang berisi ibadat, ternyata piring timbangan rahmat itu lebih berat. Ya, sungguh berat, seperti yang dipaparkan dalam kisah ini:

Seorang lelaki muda dengan wajah cerah gembira bergegas menuju majelis Rasulullah
SAW. Ia datang untuk menyatakan bai’at (sumpah setia) kepada Rasulullah, untuk berhijrah dan berjihad bersama beliau guna menegakkan agama Allah. “Apakah salah seorang dari orangtuamu ada yang masih hidup?” Tanya Rasulullah. Pemuda itu menjawab: “Ya, keduanya masih hidup.” Lantas Rasulullah bersabda: ”Kembalilah pada kedua orang-tuamu. Peliharalah hubungan baikmu dengan mereka.”
Sebuah kisah lagi: Seorang lelaki lain datang menghadap beliau sambil berkata: “Ya, Rasulullah! Saya datang untuk melakukan bai’at kepada Anda, berhijrah, sambil meninggalkan kedua orang tua saya yang menangis sedih.” Rasulullah menjawab: Kembalilah pada kedua orang-tuamu. Gembirakanlah mereka sebagaimana engkau telah membuat mereka menangis.”
Suatu ketika, ada yang bertanya: “Ya, Rasulullah! Saya ingin sekali berjihad, tetapi saya tidak mampu.” Rasulullah menjawab: “Apa masih ada salah seorang dari orangtuamu?” “Ya”, sahut orang itu. Maka bersabdalah Rasulullah: “Jumpailah Allah SWT dengan berbakti pada orangtuamu. Apabila engkau telah melakukannya dengan sebaik-baiknya maka samalah engkau telah berhaji, ber’umrah dan berjihad.”

Senyum manis di bibir ayah yang kasih dan tawa menghias wajah ibunda yang resah - gundah gulana. Bagi MUHAMMAD, ini tidak ada nilai tukarnya. Meskipun dengan jihad yang akan memperkuat da’wah dan menyebarkan panjinya keseluruh muka bumi sekalipun. Demikianlah beliau mengembalikan kedua pemuda pemberani itu kepada orang tuanya masing-masing, yang sedang menangis karena ditinggalkan putra mereka yang hendak pergi ke medan laga.

Dan terlontarkan ucapan indah yang menggetarkan sukma kedua anak muda itu: “Kembalilah pada kedua orangtuamu, buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau telah membuat mereka menangis.”

Bagi MUHAMMAD, rahmat atau kasih sayang pada jiwa akan sempurna dengan melakukan rahmat dan bakti pada kedua orang tua. Karena keduanya itulah sumber dan wadah jiwa. Beliau juga mengetahui banyak diantara ummatnya yang mendambakan untuk mati syahid dalam membela agamanya, dan untuk menenangkan hati mereka yang cinta kepada agamanya beliau mengiringi niat kita dengan sabdanya:

“Siapa yang memohon kepada Allah dengan sungguh-sungguh hendak mati syahid, maka Allah menaikkannya ke tingkatan para syuhada, sekali pun kenyataannya dia mati biasa di tempat tidur.”

Apabila aktifitas ibadat berubah coraknya jadi penyiksaan terhadap rahmat pada jiwa pribadi, maka perbuatan ibadat itu samalah dengan kedurhakaan. Terutama bila akibatnya memperkecil rahmat pada kedua orang tua.

Di dalam kitab Subulus Salaam (III/78), ash-Shan’ani mengatakan:
“Lahiriahnya sama, apakah itu jihad fardhu ‘ain maupun fardhu kifayah, dan baik merasa keberatan pada kedua orang tuanya atau tidak. Jumhur ulama berpendapat bahwasanya diharamkan berjihad bagi seorang anak jika dilarang oleh kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya dengan syarat keduanya harus muslim, karena berbakti kepada keduanya adalah fardhu ‘ain sementara jihad tersebut adalah fardhu kifayah.
Semoga shalawat dan salam selalu di limpahkan-Nya bagi junjungan kita Rasulullah SAW beserta ahlul baitnya, para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ut tabi’in serta seluruh umat Islam yang taat pada risalahnya hingga di akhir zaman.”
Amiin.

[Dari buku NABI MUHAMMAD JUGA MANUSIA, Karya Khalid Muhammad Khalid]
CATATAN
Tulisan ini merupakan mukadimah dari 21 tulisan lain yang kami turunkan berdasarkan pokok bahasannya masing-masing. Untuk memudahkan anda, halaman selanjutnya dapat diikuti melalui nomor urut di bawah ini, atau melalui lampiran Kata Pengantarnya di sini.

Halaman 2 dari 21
1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12    13    14    15    16    17    18    19    20    21   


Baca juga

003. Berbakti kepada kedua orang tua



Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Seorang mukmin yang berakal, sungguh sangat tidak pantas berbuat durhaka dan memutuskan hubungan dengan kedua orang tua, padahal ia mengetahui keutamaan berbakti kepadanya, dan balasannya yang mulia di dunia maupun di akhirat. Allah memerintahkan si anak supaya berbakti kepada kedua orangtua, bertutur kata yang baik, merendahkan diri dalam perkataan maupun perbuatan di hadapan keduanya. Sebagaimana sikap seorang pembantu di hadapan majikannya.
Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam Menjelaskan bahwa seseorang yang berjalan mengunjungi orangtuanya, maka Allah akan mencatat baginya setiap langkah 100 kebaikan, menghapus darinya 100 kejelekan, dan mengangkat baginya 100 derajat kemuliaan. Apabila dia duduk di hadapan keduanya serta berbicara dengan kata-kata sopan, maka di hari kiamat kelak Allah memberi kepadanya sinar yang memancar di hadapannya. Apabila ia keluar dari keduanya (pulang), maka ia akan mendapatkan ampunan.
Bayangkanlah, baru mengunjungi saja sudah memperoleh 100 kebaikan, terhapus 100 kejelekan, dan di angkat baginya 100 derajat, apalagi jika berbuat lebih dari itu. Subhanallah!
Allah dan Rasul-Nya memberikan perhatian khusus kepada orang yang berbuat baik kepada kedua orang tua. Ini memberikan ‘mafhuum mukhalafaah (pemahaman sebaliknya) bahwa berbuat baik kepada orangtua, walaupun sedikit akan memberikan ganjaran nilai kebaikan yang banyak. Artinya, ia akan memperoleh nilai berkah yang melimpah. Sebaliknya, jika ia melakukan perbuatan buruk kepada orangtua, walaupun sedikit akan memberikan ganjaran nilai keburukan yang lebih besar. Dan ia akan semakin jauh dari berkah.
Tentang hal ini, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa berhaji untuk kedua orang tuanya atau melunasi hutang-hutangnya maka dia akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat dari golongan orang-orang yang mengamalkan kebajikan." [HR. Ath-Thabrani dan Ad-Daar Quthni].

Karena itu, Rasulullah SAW berpesan agar kita pandai-pandai bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orangtua dan senantiasa mendoakan beliau berdua, sebab mereka telah banyak berjasa kepada kita, sebagaimana doa yang diajarkan-Nya kepada kita yaitu:

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي
ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS al-Ahqaf [46]:15)

Demikian pula, Allah memerintahkan si anak supaya mendoakan keduanya -dan DIA sendiri telah mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berdoa; “semoga Allah mengasihi keduanya sebagaimana keduanya telah mengasihi dan merawat si anak tatkala masih kecil.”

رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)." (QS Ibrahim [14]:41)
Renungkanlah!
Betapa mengharukannya. Di saat engkau masih kecil, ibundamu rela berjaga saat malam hari demi menidurkan anda. Iapun rela menahan rasa letih supaya anda bisa beristirahat dengan cukup. Adapun ayahmu, ia berusaha sekuat tenaga mencari nafkah. Letih pikirannya, letih pula badannya. Semua itu, tidak lain ialah untuk memberi makan dan mencukupi kebutuhan anda beserta saudara-saudaramu. Sehingga sudah sepantasnya bagi kita semua sebagai si anak untuk berbakti kepada keduanya sebagai balasan atas kebaikannya yang tak terhitung dan yang tak mungkin tergantikan, sampai kapan pun! 
Dalam satu hadits, Rasulullah SAW. Menjelaskan bahwa seorang hamba Allah yang mengerjakan shalat fardhu dan berdoa untuk kedua orangtuanya dengan memohonkan ampunan, maka Allah akan mengabulkan doanya. Allah SWT juga akan mengampuninya karena berkah doanya kepada orangtuanya, walaupun orangtuanya tersebut fasik. Artinya, orangtua yang tidak saleh bisa terangkat berkat doa anaknya yang saleh di dalam kuburnya. Disini, Beliau mengisyaratkan bahwa mendoakan orangtua akan mendapatkan berkah berupa dikabulkan doa dan mendapat ampunan Allah. Terkabulnya doa dan ampunan merupakan Rahmat kasihsayang Allah, dan adanya kasih sayang Allah karena seorang anak mendoakan orangtuanya. Jika ia tidak mendoakan orangtuanya, doanya tidak akan dikabulkan Allah dan ampunan Allah tidak akan diberikan kepadanya. Orang yang doanya tidak makbul berarti hidupnya akan amburadul (tidak berkah). Inilah makna dari “doa anak yang shaleh” yang selalu diharapkan oleh kedua orang tua di dalam kuburnya.

“Apabila anak Adam mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendoakan orangtuanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Beliau mengingatkan kita agar tidak memandang remeh perbuatan dosa walaupun tampaknya kecil tapi ingatlah kepada SIAPA perbuatan dosa itu dilakukan!

“Janganlah memandang kecil kesalahan (dosa) tetapi pandanglah kepada Siapa yang kamu durhakai." (HR. Aththusi)

“Barangsiapa meninggalkan maksiat terhadap Allah karena takut kepada Allah maka ia akan memperoleh keridhoan Allah." (HR. Abu Ya'la) “

Pernah disebutkan dosa-dosa besar di dekat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: “Syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.’ Lalu beliau duduk bersandar seraya berkata, ‘Dan kesaksian palsu atau ucapan dusta."
Anehnya, sekarang ini kita menyaksikan sebagian pemuda yang begitu tunduk kepada isteri mereka, sementara mereka durhaka kepada ibu mereka. Padahal akibat perbuatannya itu menyebabkan Allah murka kepadanya!
Alkisah, salah seorang sahabat Nabi bernama Alqamah sedang menghadapi sakaratul maut, tapi bibirnya terkunci untuk mengucapkan dua kalimah syahadat. Ternyata keadaan itu disebabkan ibunda Alqamah merasa tidak ridha atas sikapnya yang lebih mementingkan istrinya ketimbang ibunya sendiri. Kemudian beliau menyuruh Bilal untuk memanggil ibu Alqamah.

“Wahai Bilal!, pergilah kepada ibu Alqamah dan sampaikan salamku. Lalu katakan kepadanya; ’jika engkau dapat berjalan, pergilah kepada Rasulullah. Tetapi jika tidak dapat, maka Rasulullah akan datang ke sini.”

Bilal pun mnyampaikan pesan Rasulullah SAW, tetapi ibu Alqamah menjawab: “Sayalah yang lebih layak pergi menghadap Rasulullah Saw.” Lalu dia mengambil tongkat dan berjalan hingga masuk ke rumah Nabi SAW. Sesudah memberi salam, ia pun duduk di hadapan Rasulullah SAW., maka Nabi SAW berkata: ’Beritahukan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi! Jika engkau dusta kepadaku, niscaya akan turun wahyu memberi tahu kepadamu. “Bagaimana keadaan Alqamah?” Ibunya menjawab: “Ia rajin ibadah shalat, berpuasa, dan sedekah sebanyak-banyaknya hingga tidak diketahui berapa banyaknya.” Nabi SAW bertanya lagi: ”Bagaimana hubunganmu dengan dia?” Ibu Alqamah menjawab: “Saya murka kepadanya.” “Mengapa?” Tanya Rasulullah SAW. Ibu Alqamah menjawab: ”Karena ia lebih mengutamakan istrinya daripada aku, menurut kepada istrinya dan menentangku.” Maka Rasulullah SAW bersabda: ”Murka ibunya itulah yang mengunci lidah Alqamah untuk mengucapkan kalimat syahadat “Laa ilaaha illaallaah.”

Kemudian Nabi SAW menyuruh Bilal untuk mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya (seolah-olah) untuk persiapan pembakaran Alqamah. Tetapi ibu Alqamah berkata, “Wahai Rasulullah, putraku buah hatiku akan kau bakar dengan api di depanku, bagaimana hatiku bisa menerimanya?” Rasulullah SAW bersabda: “Wahai ibu Alqamah, siksa Allah lebih berat dan kekal. Karena itu, jika kau ingin Allah mengampuni dosa anakmu, maka relakanlah, kau harus ridha kepadanya. Demi Allah yang jiwaku ada dalam genggaman tangan-Nya, tidaklah berguna shalat, puasa dan sedekahnya, selama engkau murka kepadanya.” Lalu ibu Alqamah mengangkat kedua tangannya dan berkata,”Wahai Rasulullah! Saya mempersaksikan kepada Allah dan kepada engkau, ya Rasulullah, bahwa saya telah ridha kepada Alqamah.” Rasulullah pun langsung menyuruh Bilal untuk melihat keadaan Alqamah karena khawatir jika ibunya mengucapkannya karena malu, bukan keluar dari hatinya. Maka ketika Bilal sampai di pintu rumah Alqamah, terdengar suara Alqamah membaca syahadat Laa ilaaha illaallaah.” Alqamah pun meninggal dunia pada hari itu. Sesaat sesudah selesai penguburannya, Nabi SAW berdiri di tepi kubur Alqamah seraya bersabda:
“Wahai sahabat Muhajirin dan Anshar! Barang siapa mengutamakan istrinya daripada ibunya, maka ia terkena laknat Allah, Malaikat, dan semua manusia. Bahkan, Allah tidak akan menerima darinya ibadah fardhu dan sunnahnya kecuali jika ia benar-benar bertobat kepada Allah, berbuat baik terhadap ibunya, dan meminta kerelaannya.”
Hikayat ini menjelaskan betapa ridha seorang ibu sangat menentukan selamat atau celakanya seorang anak.

[Dari buku NABI MUHAMMAD JUGA MANUSIA, Karya Khalid Muhammad Khalid]
CATATAN
Tulisan ini merupakan mukadimah dari 21 tulisan lain yang kami turunkan berdasarkan pokok bahasannya masing-masing. Untuk memudahkan anda, halaman selanjutnya dapat diikuti melalui nomor urut di bawah ini, atau melalui lampiran Kata Pengantarnya di sini.

Halaman 3 dari 21
1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12    13    14    15    16    17    18    19    20    21   


Baca juga
Hakikat Mencintai Rasulullah

004. Jangan mendzalimi kedua orang tua


Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Rasulullah Saw ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab;
"Mereka adalah sarana (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu." [HR. Ibnu Majah]

(Penjelasan: Jika berbakti kepada keduanya maka akan masuk surga sedangkan bila bersikap durhaka kepada mereka maka akan masuk neraka)

Sabda Rasulullah saw:

"Ketahuilah bahwa Ridha Allah tergantung pada ridha kedua orangtuamu, dan Murka Allah terletak pada murka kedua orangtuamu.” [HR al-Hakim]
Betapa banyak orang yang tidak menyadari bahwasanya akan datang suatu hari dimana mereka akan membutuhkan bakti anak-anak mereka, sebagaimana orang tua mereka sekarang membutuhkan bakti mereka kepadanya. Dan balasan itu akan didapat seperti apa yang dikerjakan.
Mengingat besarnya keutamaan yang akan diperolehi seorang anak dengan rahmat yang dimiliki kedua orangtuanya, maka MUHAMMAD saw telah berwasiat kepada kita dengan sabdanya:

“Berbaktilah kepada kedua orang tua kalian, niscaya akan berbakti pula anak-anak kalian”
 [HR. Thabrani].

Beliau berpesan agar seorang anak tidak berbuat zalim kepada kedua orangtuanya, sebab bagi setiap anak ada terdapat terdapat hak-hak orangtuanya yang harus ditunaikannya.

Sabdanya: “Ibu dan Bapak berhak makan dari harta milik anak mereka dengan cara yang makruf. Seorang anak tidak boleh makan dari harta ibu bapaknya kecuali dengan ijin mereka.” [HR. Ad-Dailami].

Rasulullah Saw pernah berkata kepada seseorang;
"Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu." [Asy-Syafi'i dan Abu Dawud]

Terdapat satu riwayat yang cukup panjang berkaitan dengan hal ini.
Dari Jabir Ra meriwayatkan, ada laki-laki yang datang menemui Nabi Saw dan melapor. Dia berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku ingin mengambil hartaku."
"Pergilah Kau membawa ayahmu kesini," perintah beliau. Bersamaan dengan itu Malaikat Jibril turun menyampaikan salam dan pesan Allah kepada beliau.

Jibril berkata: "Ya, MUHAMMAD, Allah 'Azza wa Jalla mengucapkan salam kepadamu, dan berpesan kepadamu, kalau orangtua itu datang, engkau harus menanyakan apa-apa yang dikatakan dalam hatinya dan tidak didengarkan oleh telinganya."

Ketika orang tua itu tiba, maka nabi pun bertanya kepadanya: "Mengapa anakmu mengadukanmu? Apakah benar engkau ingin mengambil uangnya?" Lelaki tua itu menjawab: "Tanyakan saja kepadanya, ya Rasulullah, bukankah saya menafkahkan uang itu untuk beberapa orang ammati (saudara ayahnya) atau khalati (saudara ibu) nya, atau untuk keperluan saya sendiri?"

Rasulullah bersabda lagi:
"Lupakanlah hal itu. Sekarang ceritakanlah kepadaku apa yang engkau katakan di dalam hatimu dan tak pernah didengar oleh telingamu?"

Maka wajah keriput lelaki itu tiba-tiba menjadi cerah dan tampak bahagia, dia berkata: "Demi Allah, ya Rasulullah, dengan ini Allah Swt berkenan menambah kuat keimananku dengan ke-Rasul-anmu. Memang saya pernah menangisi nasib malangku dan kedua telingaku tak pernah mendengarnya." Nabi mendesak: "Katakanlah, aku ingin mendengarnya." Orang tua itu berkata dengan sedih dan airmata yang berlinang:
"Saya mengatakan kepadanya kata-kata ini: 'Aku mengasuhmu sejak bayi dan memeliharamu waktu muda. Semua hasil jerih-payahku kau minum dan kau reguk puas. Bila kau sakit di malam hari, hatiku gundah dan gelisah, lantaran sakit dan deritamu, aku tak bisa tidur dan resah, bagaikan akulah yang sakit, bukan kau yang menderita. Lalu airmataku berlinang-linang dan meluncur deras. Hatiku takut engkau disambar maut, padahal aku tahu ajal pasti akan datang. Setelah engkau dewasa, dan mencapai apa yang kau cita-citakan, kau balas aku dengan kekerasan, kekasaran dan kekejaman, seolah kaulah pemberi kenikmatan dan keutamaan. Sayang, kau tak mampu penuhi hak ayahmu, kau perlakukan daku seperti tetangga jauhmu. Engkau selalu menyalahkan dan membentakku, seolah-olah kebenaran selalu menempel di dirimu, seakan-akan kesejukan bagi orang-orang yang benar sudah dipasrahkan.'
Selanjutnya Jabir berkata: "Pada saat itu Nabi langsung memegangi ujung baju pada leher anak itu seraya berkata: "Engkau dan hartamu milik ayahmu!" [HR. At-Thabarani dalam "As-Saghir" dan Al-Ausath].

Dalam hadis lain, beliau bersabda:
“Jangan mengabaikan (membenci dan menjauhi) orang tuamu. Barangsiapa mengabaikan orang tuanya maka dia kafir.” [HR. Muslim]

Penjelasan: Yang dimaksud ‘kafir’ dalam konteks diatas adalah kufur nikmat dan bukan kufur akidah.

Gagasan rahmat pada diri pribadi yang diserukan MUHAMMAD itu, berkembang pula – semerbak harum baunya – menyentuh serta menyegarkan seluruh alam semesta meliputi segala kehidupan baik manusia maupun hewan. Rasulullah sangat bersungguh-sungguh menganjurkannya, terutama dalam hal dimana kebutuhan akan rahmat itu sangat besar.

Beliau, umpamanya, menganjurkan agar memperlakukan anak-anak dengan kasih sayang. Terutama sekali beliau tekankan pada anak yatim dan anak pungut (anak angkat) yang tidak jelas ibu bapanya, kepada fakir miskin dan juga para janda.

Semoga shalawat dan salam selalu di limpahkan-Nya bagi junjungan kita Rasulullah SAW beserta ahlul baitnya, para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ut tabi’in serta seluruh umat Islam yang taat pada risalahnya hingga di akhir zaman. Amiin.

[Dari buku NABI MUHAMMAD JUGA MANUSIA, Karya Khalid Muhammad Khalid]
CATATAN
Tulisan ini merupakan mukadimah dari 21 tulisan lain yang kami turunkan berdasarkan pokok bahasannya masing-masing. Untuk memudahkan anda, halaman selanjutnya dapat diikuti melalui nomor urut di bawah ini, atau melalui lampiran Kata Pengantarnya di sini.

Halaman 4 dari 21
1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12    13    14    15    16    17    18    19    20    21   


Baca juga
Hakikat Mencintai Rasulullah

005. Selalu berbuat amal kebaikan



Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Rahmat bagi MUHAMMAD bukanlah suatu kebajikan sunnah, sesuatu yang dapat dikerjakan dan boleh ditinggalkan.

Tidak! Rahmat itu suatu tuntunan wajib dan merupakan tuntutan kewajiban. Karena itulah rahmat dalam prakteknya banyak berperan dalam berbagai manifestasi kebajikan dan kebaktian yang sangat bermanfaat.

Abu Dzaar ra. pernah bercerita:
Saya pernah bertanya pada Rasulullah saw: “Ya, Rasulullah! Perbuatan apa yang bisa menyelamatkan orang dari api neraka?” Beliau menjawab: “Iman kepada Allah.” Saya bertanya lagi: “Wahai Nabi Allah, dengan iman itu tentu ada amal perbuatan?”. Jawab beliau: “Hendaklah engkau sedekahkan apa-apa yang diberikan Allah.” Saya bertanya lagi: “Wahai Nabi Allah, kalau orang itu fakir miskin, tidak memiliki sesuatu?”.Beliau menjawab: “Lakukanlah amar ma’ruf dan nahi munkar.” Saya bertanya pula: “Kalau orang itu tidak bisa melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar?” Beliau bersabda pula: “Suruhlah dia mengajar orang yang bodoh.” Saya bertanya lagi: “Jika orang itu tidak bisa melakukannya?” “Suruhlah dia membela orang yang dizalimi orang,” sabda Nabi pula. Saya bertanya lagi: “Kalau orang itu tergolong lemah, tidak sanggup membela orang yang teraniaya?”. Beliau menjawab seraya bertanya: “Perbuatan apa yang engkau inginkan dari rekanmu itu untuk bekal kebajikan? Suruhlah dia jangan menyakiti hati orang lain.” Saya bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, apakah perbuatan itu akan memasukkannya kedalam Surga?” Lalu jawabnya lagi menegaskan: “Seorang mukmin yang telah mengerjakan salah satu dari perbuatan itu, akan dituntun masuk ke dalam Surga.”
Kami bisa membayangkan api Neraka yang bernyala-nyala sebagai puncak siksaan lahir atau bathin yang ditimpakan pada para penjahat. Dan Surga sebagai suatu puncak penilaian kebajikan yang merupakan ganjaran lahir atau batin, ataupun keduanya. Dalam hadits ini kami melihat Rasulullah SAW banyak sekali menampilkan rahmat dan amal kebajikan, dan penilaian pahala tidaklah serta merta mensyaratkan orang harus mengerjakan semuanya. Melakukan satu saja diantara berbagai perbuatan amal itu , sudah cukup baik. Ya, hanya satu saja sudah bisa membawa sipelakunya kepuncak sana (Surga). Itulah makna kata-kata agung yang diucapkan beliau pada penutup haditsnya itu.
Senafas dengan kisah diatas, diceritakan pula kisah seorang kelana badui yang datang menanyakan pada beliau, perbuatan apa kiranya yang bisa mendekatkannya ke Surga dan menjauhkannya dari api Neraka. Maka jawab beliau:

“Bicaralah yang lurus (benar) dan sedekahkan yang baik-baik.” Orang itu menjawab: “Demi Allah, saya tidak bisa bicara lurus setiap waktu dan juga tidak mampu memberikan yang baik”. Beliau berkata pula: “Berilah orang lain makan dan budayakan salam.” Orang itu menjawab: “Itu juga berat bagi saya”. “Apa engkau punya unta betina?” Tanya Rasulullah. “Ya.” jawab orang itu. Lantas Rasulullah pun bersabda: “Tuntunlah anak untamu dan bawalah air dalam tempayan. Carilah orang-orang yang susah mendapatkan air minum. Beri mereka minum. Mudah-mudahan untamu tidak mati dan tempayan (tempat air minum) itu tidak rusak sampai engkau mencapai Surga.”

Sebenarnya, melaksanakan memberi rahmat dalam bentuk beban yang paling ringan dan paling mudah dilakukan, akan membersihkan jalan dari berbagai rintangan yang tersembunyi, dan akan membersihkan dari dosa manusia serta akan membebaskan manusia itu dari berbagai tanggung jawab yang berat.

Demikian harapan MUHAMMAD kepada kita para umatnya, dikala beliau menganjurkan dan menyerukan kita agar melakukan rahmat dan hidup dengan rahmat. Dengan jujur dan bagaikan seorang seniman jenius (maestro), beliau melukiskan pengertian rahmat itu dalam kisah yang indah dan menawan hati.
Beliau bercerita sebagai berikut:
“Seorang rahib dari Bani Israel telah beribadat pada Allah di dalam sebuah biara selama enam puluh tahun. Pada suatu hari hujan pun turun dengan lebatnya dan pemandangan sekitar menjadi hijau menyegarkan mata. Sang rahib melepaskan pandangannya keluar biara seraya berkata di dalam hatinya: ‘Kalau aku turun ke luar sambil berzikir menyebut-nyebut nama Allah, tentulah akan menambah kebaikanku.’ Lalu, dia pun turun menuruni tangga sambil membawa bekal berupa dua potong roti. Sesampainya di bawah dia disambut seorang wanita. Maka berbincang-bincanglah mereka. Karena terhanyut suasana dan tak kuat melawan bujuk rayu si wanita, akhirnya sang rahib pun timbul birahinya, lupa diri dan akhirnya ia melakukan perbuatan yang sangat tercela (zina). Kemudian sang rahib pergi ke sebuah kolam untuk mandi. Lantas, datanglah seorang peminta-minta menghampirinya. Karena iba, sang rahib pun menunjuk pada dua potong rotinya agar diambil oleh si peminta-minta yang tampak sangat kelaparan itu. Dan, setelah itu, secara tiba-tiba sang rahib pun meninggal dunia. Lalu, ditimbanglah ibadah/pengabdiannya selama enam puluh tahun itu dan dibandingkan dengan perbuatan keji yang dilakukannya sesaat sebelum kematiannya. Ternyata perbuatan zina yang dilakukannya bersama wanita pelacur itu, mengalahkan semua kebaikannya. Kemudian pahala sedekah dua potong roti kepada si peminta-minta tadi ditambahkan ke dalam timbangan pengabdiannya itu. Dan ternyata timbangan kebaikannya menjadi lebih berat ketimbang keburukannya. Maka dengan rahmat-Nya, dia pun diampuni!”

Alangkah hebatnya MUHAMMAD!

Diletakkannya kedudukan rahmat pada puncak yang begitu agung! Kisah sejuk itu hampir sama dengan kisah lain yang diceritakan MUHAMMAD. Tentang seorang pelacur yang berhasil meraih taubat, mendapat terima kasih, pujian dan Surga dari Allah Azza wa Jalla, hanya karena wanita itu dengan penuh kasih sayang memberi minum kepada seekor anjing yang sedang kehausan.

Apa masih adakah gambaran indah tentang rahmat dan iman melebihi keindahan dan keyakinan ini?

Allah SWT menimbang rahmat orang bukan dari besarnya, akan tetapi berdasarkan penampilan spiritual dari rahmat itu.

Tiap karya seseorang sekalipun nampaknya kecil, bisa menyelamatkan seseorang dari bencana besar, seperti yang disabdakan Rasulullah: “Perbuatan baik mencegah menangnya keburukan.”

Kini, marilah kita ikuti pula sepenggal kisah lain yang mempesonakan tentang rahmat, yang diceritakan Rasulullah:

“Telah dihadapkan seorang hamba yang telah diberi kekayaan. Maka Allah SWT bertanya kepadanya: “Apa yang telah engkau perbuat dengan harta itu selama di dunia?” Ia menjawab: “Engkau telah memberi harta kekayaan pada hamba, dan hamba telah memperdagangkannya dengan penuh kelembutan. Bagi mereka yang mampu, hamba berikan kemudahan, dan bagi mereka yang ada dalam kesusahan, hamba berikan peluang waktu (tenggang). Maka Allah SWT berfirman: “AKU lebih berhak melakukannya dari pada engkau, dan karena perbuatanmu itu maka AKU mengampunimu!”

Pada akhir haditsnya itu, Rasulullah bersabda:
“Dan Allah memasukkan orang itu ke dalam Surga!”

Rasulullah mengulang-ulang cerita itu dalam berbagai bentuk dan gaya. Antara lain dikisahkannya begini:

Ada seseorang yang samasekali tidak pernah melakukan kebaikan, kecuali memberikan pinjaman hutang kepada orang-orang. Dia berpesan kepada pembantu yang ditugaskannya untuk menagih hutang (debt collector) itu: “Tagihlah yang bisa ditagih, tinggalkan yang tidak bisa, dan bebaskanlah. Kiranya Allah akan membebaskan dosa-dosa kami.” Sesudah dia meninggal dunia, Allah bertanya kepadanya: “Hai fulan, Apakah engkau ada melakukan kebaikan?” Dia menjawab: “Tidak, tidak!. “Tapi hamba dulu punya pembantu, dan kerja saya adalah memberikan pinjaman hutang kepada orang-orang. Apabila pembantu saya pergi menagih hutang, salalu hamba pesankan padanya: “Tagihlah yang bisa ditagih, biarkan yang tidak mudah ditagih, dan bebaskanlah. Mudah-mudahan kelak Allah membebaskan kami dari dosa-dosa kami.” Maka Allah berfirman kepadanya: “AKU telah bebaskan engkau!”
Bukankah telah kami katakan pada anda, bahwa rindu MUHAMMAD akan rahmat tidak ada tolak bandingannya? Camkanlah – salam Allah teruntuk beliau -, sesuai kisah diatas, beliau menampilkan wajah seorang manusia yang dalam hidupnya samasekali tidak pernah melakukan kebaikan. Kecuali merahmati orang-orang yang berhutang padanya. Mereka di perlakukan dengan sabar dan tidak didesak-desak agar cepat membayar hutang. Lihatlah bagaimana beliau menggambarkan pahala orang itu. Suatu pengampunan umum. Karena orang itu selalu mengharapkan rahmat Allah yang maha luas. 
Sudah sejak mula pertama kami katakan, MUHAMMAD sangat menekankan pada rahmat, apalagi disaat orang sangat membutuhan. Mereka yang keadaannya miskin, ‘alaihis karena kebutuhan hidup terjerat ke dalam hutang. Lantas karena rendahnya penghasilan, mereka tidak mampu membayar hutang. Lantaran hutang itu, mereka merasa sedih di malam hari dan merasa malu serta hina di sang hari. Demi mereka-mereka itulah, MUHAMMAD yang baik hati tampil menutup luka mereka. Memang ia tak bisa berkata langsung pada si pemberi hutang: “Lepaskan hakmu, karena MUHAMMAD shallallahu ‘alaihis salam jagoan dan pendekar hak azasi manusia.” Namun ia punya wewenang untuk memberikan syafa’at kepada si pemberi hutang. Ia bisa memberikan hati dan cintanya, kalau si pemberi hutang bermurah hati mau memberikan keringanan atau kesempatan (tenggang rasa/tenggang waktu) pada orang yang berhutang. Dan sabar menunggu sampai datangnya kemampuan pada orang yang berhutang itu.

Sehubungan dengan itu, seperti telah kami utarakan sebelumnya, beliau banyak bersabda mengenai hikmah dibalik memberikan kemudahan bagi sesama, antara lain sabdanya: 

  • “Barangsiapa memberikan kemudahan bagi orang-orang yang berada dalam kesulitan di dunia, maka Allah akan memberikan keringanan baginya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa membela hamba-Nya, selama hambanya itu membela saudaranya.” 
  • “Barangsiapa yang meringankan orang yang dalam kesusahan, atau membebaskannya atau menghapuskan sebagian dari hutangnya, maka Allah akan menanungi orang itu di Hari Kiamat di bawah naungan ‘Arasy-Nya, di saat tidak ada keteduhan selain di bawah naungan-Nya.” 
  • “Barangsiapa ingin doanya di-ijabah (mustajab) dan kesusahannya dilenyapkan, maka bebaskan orang dari kesempitan!” 
  • “Siapa di antara kalian yang ingin dilindungi Allah SWT dari percikan api neraka?!” Kami berkata: “Ya, Rasulullah! Tentu kami semuanya ingin.” Lalu sabdanya lagi: “Siapa yang meringankan orang susah atau membebaskannya dari kesusahan itu, kelak akan dilindungi Allah SWT dari percikan api neraka.” 
  • “Seorang hamba muslim yang membayar hutang saudaranya maka Allah akan melepaskan ikatan penggadaiannya pada hari kiamat." [HR. Mashabih Assunnah]
Beliau dengan kearifannya yang sangat tinggi, menganjurkan kepada kita agar sebisa mungkin menghindarkan diri dari kebiasaan berhutang, karena hutang itu dapat menghilangkan ketenteraman dalam batin orang yang berhutang. Sabda beliau:

  • “Jangan menimbulkan ketakutan pada dirimu sendiri sesudah terasa olehmu keamanan (ketentraman). Para sahabat bertanya,"Apa yang menimbulkan ketakutan itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Hutang!" [HR. Ahmad] 
  • “Berhati-hatilah dalam berhutang. Sesungguhnya berhutang itu suatu kesedihan pada malam hari dan kerendahan diri (kehinaan) di siang hari.” [HR. Ibnu Babawih dan Al-Baihaqi] 
  • “Roh seorang mukmin masih terkatung-katung (sesudah wafatnya) sampai hutangnya di dunia dilunasi." [HR. Ahmad] 
  • “Sebaik-baik kamu ialah yang paling baik dalam membayar hutangnya.” [HR. Bukhari] 

Allah menghinakan seorang hamba dengan lilitan hutang.
“Hutang adalah bendera Allah di muka bumi. Apabila Allah hendak menghinakan seorang hamba maka diikatkan ke lehernya." [HR. Ahmad dan Al Hakim]

Semoga shalawat dan salam selalu di limpahkan-Nya bagi junjungan kita Rasulullah SAW beserta ahlul baitnya, para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ut tabi’in serta seluruh umat Islam yang taat pada risalahnya hingga di akhir zaman.
Amiin.

[Dari buku NABI MUHAMMAD JUGA MANUSIA, Karya Khalid Muhammad Khalid]
CATATAN
Tulisan ini merupakan mukadimah dari 21 tulisan lain yang kami turunkan berdasarkan pokok bahasannya masing-masing. Untuk memudahkan anda, halaman selanjutnya dapat diikuti melalui nomor urut di bawah ini, atau melalui lampiran Kata Pengantarnya di sini.

Halaman 5 dari 21
1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12    13    14    15    16    17    18    19    20    21   


Baca juga
Hakikat Mencintai Rasulullah

Folder Arsip

Loading...

Rekam Arsip

Rekomendasi Arsip

Followers