Islam, Rahmat Bagi Alam Semesta

Gunakan tanda panah di sudut kanan bawah halaman untuk melanjutkan penelusuran artikel dalam kategori ini
Showing posts with label Eskatologi. Show all posts
Showing posts with label Eskatologi. Show all posts

Monday, August 31, 2020

Eskatologi Islam

Eskatologi Islam

Eskatologi Islam adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan setelah mati dialam akhirat dan al-Qiyāmah "Pengadilan Terakhir". Eskatologi sangat berhubungan dengan salah satu aqidah Islam, yaitu meyakini adanya hari akhir, kematian, kebangkitan (Yawm al-Qiyāmah), mahsyar, pengadilan akhir, surga, neraka, dan keputusan seluruh nasib umat manusia dan lainnya.

Umat muslim meyakini bahwa kehancuran dunia terjadi di mana orang-orang beriman sudah tidak ada lagi dimuka bumi, yang tersisa hanya orang-orang jahat yang kembali dalam kondisi zaman jahiliyah. Kemudian terjadinya hari kiamat tersebut dikatakan akan terjadi pada hari Jum'at. Kiamat dikatakan tidak akan terjadi hingga tidak ada lagi manusia yang menyebut nama Allah.

Seperti agama Abrahamik lainnya, Islam mengajarkan tentang kebangkitan para makhluk yang telah mati, sebagai salah satu rencana penyelesaian dari semua penciptaan Tuhan dan kekekalan dari roh-roh para makhluk. Bagi orang yang beriman akan dihadiahkan oleh Allah sebuah surga sementara bagi orang yang tidak beriman maka akan dihukum di masukan kedalam neraka.

Fase kehidupan manusia dan jin

Dalam fase kehidupan, manusia dan jin telah dan akan melewati beberapa alam kehidupan, kemudian di dalam alam terakhir-lah yang dianggap sebagai kehidupan alam yang abadi (kekal). Menurut syariat Islam, alam tersebut di antaranya adalah:
  • Alam ruh, alam di mana sebelum jasad manusia dan jin diciptakan.
  • Alam rahim, alam kandungan ibu tempat menyempurnakan jasad manusia dan penentuan kadar nasib kita didunia seperti hidup, rezeki, kapan dan di mana kita meninggal.
  • Alam dunia, alam tempat ujian bagi manusia, siapakah di antara mereka yang paling baik amalannya.
  • Alam kubur, alam tempat menyimpan amal manusia, di alam ini Allah menyediakan dua keadaan, nikmat atau azab kubur.
  • Alam akhirat, alam tempat pembalasan amal-amal seluruh makhluk-Nya, di alam ini Allah menentukan keputusan dua tempat untuk manusia, apakah ia akan menghuni surga atau menghuni neraka.

Rahasia Allah

Tentang datangnya hari Kiamat, menurut syariat Islam maka tidak ada seorang pun yang mengetahui, baik malaikat, nabi, maupun rasul, masalah ini adalah perkara yang ghaib dan hanya Allah sajalah yang mengetahuinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits Muhammad yang shahih. Allah berfirman:

Juga dalam firman-Nya:

Muhammad pernah ditanya oleh Malaikat Jibril yang datang dalam wujud seorang Arab Badui, kemudian Jibril bertanya tentang kapan akan terjadinya hari kiamat, Jibril bertanya: "Kabarkanlah kepadaku, kapan terjadi Kiamat?" Kemudian Muhammad menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya."

Meskipun waktu terjadinya hari Kiamat tidak ada yang mengetahuinya, akan tetapi Allah memberitahukan kepada Rasul-Nya tentang tanda-tanda Kiamat tersebut. Kemudian Muhammad menyampaikan kepada ummatnya tentang tanda-tanda Kiamat. Para ulama membaginya menjadi dua:
  • Tanda-tanda kecil
  • Tanda-tanda besar.
Muhammad telah bersabda,” Hari kiamat itu mempunyai tanda, bermulanya dengan tidak laris jualan di pasar, sedikit saja hujan dan begitu juga dengan tumbuh-tumbuhan. Ghibah menjadi-jadi di merata-rata, memakan riba, banyaknya anak-anak hasil perzinahan, orang kaya diagung-agungkan, orang-orang fasik akan bersuara lantang di masjid, para ahli mungkar lebih banyak menonjol dari ahli haq”.

Beberapa hadist lain juga menjelaskan tentang datangnya hari kiamat ini, hari kiamat tidak akan terjadi sebelum bangsa Arab dipimpin oleh seseorang dari keluarga Muhammad dan memiliki nama yang sama.

Dikatakan pula dalam banyak hadits-hadits, menunjukkan bahwa peradaban besar yang telah menciptakan kekuatan dan senjata dahsyat akan hilang. Dugaan kuat adalah habisnya sumber daya alam dan mereka akan saling bertempur dan hancur. Kemudian manusia akan kembali seperti semula, berperang diatas kuda dengan menggunakan pedang, tombak, tameng, zirah dan sejenisnya.

Tanda-tanda Hari Penghakiman

Pertanda kecil

Tanda kiamat kecil adalah tanda yang datang sebelum kiamat dengan waktu yang relatif lama dan kejadiannya biasa, seperti dicabutnya ilmu, dominannya kebodohan, minum khamr, berlomba-lomba dalam membangun, dan lain-lain. Terkadang sebagiannya muncul menyertai tanda kiamat besar atau bahkan sesudahnya.

Pertanda hari kiamat telah di sampaikan oleh Nabi Muhammad sekitar 1400 tahun yang lalu, dibawah adalah pertanda hari penghakiman yang dikutip dari Harun Yahya dan lainnya, berdasarkan hadits shahih.
  • Diutus dan wafatnya Nabi Muhammad.
  • Terbelahnya bulan pada masa penyebaran Islam.
  • Api dari tanah Hijaz yang menerangi punuk-punuk unta.
  • Terhapusnya jizyah dan pajak.
  • Munculnya Khawarij.
  • Penggembala menjadi kaya.
  • Dicabutnya nikmat waktu, maka waktu berputar serasa lebih cepat.
  • Banyaknya kaum wanita dan sedikitnya kaum pria.
  • Baitul Maqdis dikuasai umat Islam.
  • Perang antara Yahudi dan Islam.
  • Jazirah Arab kembali penuh dengan kebun-kebun & sungai-sungai.
  • Sungai Efrat mengeluarkan bukit emas.
  • Banyak terjadi al Harj yaitu pembunuhan massal.
  • Penghancuran kota-kota besar oleh tangan manusia (akibat perang) dan peristiwa alamiah.
  • Kehancuran nilai moral
  • Perzinahan dilakukan secara terbuka dan bebas,
  • Pengingkaran terhadap agama
  • Agama sebagai simbol atau tameng untuk kepentingan pribadi,
  • Umat Islam berlomba membangun memperindah masjid dan membangga-banggakannya, padahal nabi tidak pernah memerintahkan untuk bermegah-megah dalam membangun masjid,
  • Umat Islam banyak membaca Al Qur'an tetapi tidak mengamalkannya dengan benar dan menentang hadist dan sunnah,
  • Kemusyrikan merajalela dikalangan umat Islam dan mempercayai ramalan rasi bintang,
  • Mengingkari qadar (takdir atau ketetapan Allah).
  • Kehancuran tatanan masyarakat/ dominannya fitnah.
    • Disia-siakannya amanat/ segala urusan ditangani oleh yang bukan ahlinya,
    • Menyebarnya riba dan harta haram,
    • Kecurangan/ banyak penguasa dan polisi kezhaliman,
    • Ketergantungan pada obat bius dan minuman keras.
    • Penyanyi wanita dan alat-alat musik menjadi populer dan musik dianggap hal biasa oleh umat Islam
    • Orang berlomba-lomba membangun gedung-gedung pencakar langit,

Pertanda besar

Tanda kiamat besar adalah perkara yang sangat besar yang muncul di mana kiamat sudah sangat dekat sekali, kemunculannya tidak biasa terjadi dan mayoritas tanda-tandanya belum muncul, seperti muncul Dajjal, Nabi Isa, Ya’juj dan Ma’juj, terbit matahari dari Barat, dan lain-lain.

Hudzaifah bin Arsyad al-Ghifari berkata, sewaktu kami sedang berbincang, tiba-tiba datang Nabi Muhammad kepada kami lalu bertanya, “Apakah yang kamu semua sedang bincangkan?” Lalu kami menjawab, “Kami sedang membincangkan tentang hari Kiamat.” Muhammad bersabda: “Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda.

Kesepuluh tanda besar yang telah diucapkan oleh Muhammad adalah sebagai berikut:
Kemudian tanda-tanda yang lainnya adalah sebagai berikut:

Perbedaan antara pertanda kiamat kecil dan besar

Perbedaan antara tanda-tanda kiamat kecil dan kiamat besar adalah sebagai berikut:
  • Tanda-tanda kiamat kecil secara umum datang lebih dahulu dari tanda-tanda kiamat besar.
  • Tanda-tanda kiamat kecil sebagiannya sudah terjadi, sebagiannya sedang terjadi dan sebagiannya akan terjadi. Sedangkan tanda-tanda kiamat besar belum terjadi.
  • Tanda kiamat kecil bersifat biasa dan tanda kiamat besar bersifat luar biasa.
  • Tanda kiamat kecil berupa peringatan agar manusia sadar dan bertaubat. Sedangkan kiamat besar jika sudah datang, maka tertutup pintu taubat.
  • Tanda-tanda kiamat besar jika muncul satu tanda, maka akan diikuti tanda-tanda yang lainnya, dan yang pertama muncul adalah terbitnya matahari dari Barat.

Peniupan sangkakala

Ketika saatnya tiba yaitu pada hari kiamat, atas perintah Allah maka sangkakala akan ditiup oleh Israfil dalam tiga kala, yaitu tiupan:
Nafkhatul Faza' (Mengagetkan, menakutkan, menghancurkan),
Tiupan dahsyat yang pertama akan menggemparkan seluruh makhluk hidup. Allah memerintahkan Israfil memperpanjang tiupan itu tanpa berhenti. Maka gunung-gunung akan bergerak seperti
awan, lalu luluh-lantak. Bumi berguncang hebat, penghuninya bagaikan anai-anai yang beterbangan, planet akan saling bertabrakan. Semua ciptaan-Nya di alam semesta hancur lebur.
Nafkhatus Sha'iq (Mematikan),
Jibril, Mikail, Israfil dan Hamalatul 'Arsy dimatikan oleh Allah. Malaikat terakhir yang dimatikan oleh Allah ialah 'Izrail sang Malaikat Maut. Sejak itu tak ada lagi yang hidup, kecuali Allah yang Maha Ahad, Maha Mengalahkan, Maha Sendiri, Tempat bergantung semua makhluk, Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dialah yang Maha Awal dan Maha Akhir.
Nafkhatul Ba'ats/Qiyam (Menghidupkan kembali atau membangkitkan)
Miliaran manusia sejak Adam hingga manusia yang hidup terakhir kali saat alam semesta dihancurkan, mereka menunggu giliran diadili satu per satu di mahsyar, tak ada naungan dan perlindungan selain dari diri-Nya pada hari itu. Menurut ajaran Islam lama waktu menunggu itu 50.000 tahun akhirat.
Jarak antara tiupan pertama dan selanjutnya dikatakan sejarak empat puluh (tidak dijelaskan lebih rinci berupa sejumlah hari, bulan atau tahun).

Alam Baqa

Setelah kesemua alam semesta hancur dan makhluk mati, kemudian Allah menghidupkan kembali para umatnya untuk dikumpulkan dan diadili. Kesemua proses penciptaan sampai dengan penghancuran telah selesai, yang telah di tulis kesemuanya dalam Lauh Mahfuzh.

Yawm al-Qiyāmah
Yawm al-Mahsyar

Titian Jahannam

Kembali ke Eskatologi Islam


Thursday, July 1, 2010

Beberapa tanda-tanda Kiamat


Segala puja dan puji hanya milik Allah Azza wa Jalla Semata. Shalawat dan salam semoga snantiasa tercurah kepada junjungan kita, baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam beserta ahlul baitnya, para shahabat serta pengikut Beliau hingga akhir zaman.


Para Sahabat rahimakumullah,
Topik kita kali ini adalah berkenaan dengan tanda-tanda datangnya Hari Kiamat berdasarkan nubuat baginda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam yang terkandung di dalam beberapa hadits beliau.
Semoga bermanfaat!

Dari Abu Hurairah ra. berkata: "Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berbicara di depan suatu kaum, seorang Badui datang kepadanya dan berkata: 'Kapankah datangnya hari kiamat?' Rasulullah meneruskan pembicaraannya. Maka sebagian orang berkata: 'Rasulullah telah mendengar apa yang dikatakan orang Badui itu tetapi beliau tidak menyukai pertanyannya.' Sebagian lain berkata: 'Rasulullah tidak mendengarnya'. Ketika selesai bicara, beliau berkata: 'Mana orang yang tadi bertanya tentang hari kiamat?' Orang itu berkata: 'Inilah aku, wahai Rasulullah'. Rasulullah SAW bersabda: 'Apabila amanat telah disia-siakan maka tunggulah datangnya hari kiamat'. Dia berkata: 'Bagaimanakah menyia-nyiakannya?' Rasulullah bersabda: 'Apabila suatu urusan dipercayakan kepada orang yang tidak berhak, maka tunggulah datangnya kiamat'. (Bukhari, 59, 6496). 

Kata "wussida" di sini berarti: "disandarkan" atau "dipercayakan". Dalam riwayat hadits nomor 6496 dikatakan: "iza wuusidal amru" (apabila urusan itu disandarkan). Yang dimaksud dengan "urusan" di sini adalah jenis urusan: yaitu menyandarkan urusan kepada orang yang tidak berkompeten, seperti para imam (kepala negara) menyerahkan urusan agama berupa urusan pemerintahan, pengadilan, fatwa dan sejenisnya kepada orang yang bukan ahli agama..Karena para imam adalah orang-orang yang diberi amanat oleh Allah atas hamba-hamba-Nya dan diberi kewajiban untuk memberi nasihat kepada mereka, maka mereka hendaknya memberi kekuasaan kepada ahli agama. Apabila mereka embankan kepada orang yang bukan ahli agama, berarti mereka telah menyia-nyiakan amanat yang telah dipikulkan Allah kepada mereka. 

Sabda Rasulullah SAW. "Urahu" berarti Aku mengira. 

Hal ini tidak akan terjadi kecuali jika kebodohan telah tersebar luas dan ilmu telah musnah dari muka bumi. Adapun jika ilmu masih berdiri tegak, maka masalah ini masih ada kelonggaran. Apabila ini terjadi, maka ini adalah merupakan tanda-tanda datangnya hari kiamat, sebagaimana yang disebutkan dalam teks hadits. 

Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah menyebutkan beberapa pelajaran yang sangat berharga yang terdapat dalam hadits ini. Lihat Fathul Bari, jilid 1, halaman 142-143 dan jilid 11, halaman 334. 

Pentingnya Orang Kepercayaan (Bithanah) Yang Saleh 
Dari Abu Sa'id bin Al-Khudri ra. dari Nabi saw. berkata: "Allah tidak akan mengutus seorang nabi dan tidak akan memilih seorang khalifah melainkan di sekitarnya dua tipe orang kepercayaan, orang kepercayaan yang senantiasa menganjurkan dan mendorongnya untuk berbuat baik, dan pembantu yang menyuruh dan mendorongnya untuk berbuat buruk. Maka orang yang selamat adalah orang diselamatkan oleh Allah". (Bukhari, 7198). 

Al-Bithanah adalah Ad-Dukhala' bentuk jamak dari kata dakhil, yang berarti orang yang dapat masuk ke dalam kamar pribadi pemimpin, dan pemimpin memberitahukan rahasianya kepadanya, mempercayai semua laporannya tentang keadaan rakyat, serta bertindak berdasarkan laporan tersebut. 

Hadits ini mengandung hal-hal berikut: Segala sesuatu hanya Allah yang menetapkan. Dialah yang menyelamatkan hamba-hamba yang dikehendaki-Nya dengan karunia dan kecurahan-Nya. 

Hubungan antara para pemimpin dengan orang-orang kepercayaannya ada tiga tipe:

  • Pemimpin yang selalu menerima dari orang kepercayaannya saran-saran yang baik dan tidak pernah menerima saran-saran yang buruk. Hal ini hanya pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena beliau adalah orang yang ma'shum. 
  • Pemimpin yang selalu menerima dari orang kepercayaannya saran-saran yang buruk dan tidak pernah menerima saran-saran yang baik. Hal ini terkadang dijumpai terutama bila pemimpin itu adalah orang kafir. 
  • Pemimpin yang terkadang menerima dari orang kepercaannya saran-saran yang baik, dan terkadang menerima saran yang buruk. 
Di dalam hadits terdapat peringatan bagi para pemimpin yang menangani urusan kaum muslimin untuk memilih menteri yang saleh, sebagaimana diriwayatkan oleh Ummul Mu'minin Aisyah radhiallahu 'anha dalam sebuah hadits marfu': "Barang siapa di antara kalian yang menjadi pemimpin dan Allah menghendaki kebaikan dalam tugasnya itu, maka Dia akan menjadikan baginya seorang menteri yang saleh, yang mengingatkannya apabila ia lupa dan membantunya ketika ia ingat. (Lihat Fathul Bari, jilid 13, halaman 189, 191.) 

Di Antara Etika Islam Yang Agung
Dari Abu Said Al-Khudri ra. berkata: "Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam. bersabda: 'Orang yang derajatnya paling buruk pada hari kiamat adalah seorang suami yang menggauli istrinya, kemudian ia umbar (ceritakan) perihal hubungannya itu (secara detail) kepada orang lain.'" (Muslim, 1437) 

Dalam Penjelasannya atas Sahih Muslim, jilid 10, halaman 8, Imam Nawawi rahimahullah mengatakan: "Hadits ini mengandung larangan bagi seorang laki-laki membeberkan segala sesuatu mengenai hubungan intim dengan istrinya secara detail, dan larangan menceritakan semua perbuatan dan perkataan istrinya." Adapun sekedar menyebutkan jima' secara umum tanpa ada keperluan atau faedah maka hukumnya makruh karena hal itu bertentangan dengan muruah. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: "Barang siapa beriman kepada Allah, hendaknya berkata yang baik atau diam." 

Tetapi, jika diperlukan atau mendatangkan manfaat seperti menolak dakwaan bahwa dirinya tidak mau menggauli istri atau dakwaan bahwa dirinya lemah syahwat dan lain-lain maka tidak makruh. 

Beberapa Sifat Yang Harus Dihindari 
Dari Abdullah bin Amru ra., Nabi saw. bersabda: "Empat perangai apabila berada pada seseorang akan menjadikannya munafik tulen, dan apabila salah satunya berada pada seseorang, akan menjadikannya mempunyai salah satu sifat orang munafik, sampai meninggalkannya. Yaitu: Apabila diberi amanat ia khianat, apabila berkata ia dusta, apabila berjanji ia ingkar dan apabila bertikai ia berlaku curang." (Bukhari (34), Muslim (58) 

Munafik adalah orang yang keadaan lahirnya (baik perkataan maupun perbuatan) tidak sesuai dengan apa yang ada dalam batinnya. Termasuk di dalamnya menggunakan Taqiyyah terhadap kaum Muslimin. 

Apabila perbedaan itu dalam i'tikad iman, maka dia disebut munafik kafir, dan apabila dalam hal lain, dinamakan munafik amalan, baik yang berupa kegiatan mengerjakan atau meninggalkan. Munafik jenis ini mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. 

Imam Nawawi dalam kitabnya Syarah Sahih Muslim, jilid 2, halaman 47 mengatakan: "Makna (pengertian) yang benar dan yang tepat mengenai hadits ini adalah siafat-siafat tersebut merupakan sifat-sifat orang munafik, pelakunya mirip dengan orang munafik, dan berperangai seperti perangainya mereka, karena munafik adalah menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang disembunyikan. Pengertian ini ada pada orang yang memiliki sifat-sifat tersebut. Dalam hal ini kemunafikannya hanya kepada orang yang berbicara dengannya, yang diberi janji, yang mempercayainya, dan yang bertikai dengannya, buka munafik yang berarti menampakkan keislaman secara lahir, dan dalam batinnya menyembunyikan kekafiran. 

Sebagian ulama mengatakan: "Ini berlaku pada orang yang biasa (sering) melakukan sifat-sifat tersebut, adapun mereka yang melakukannya sesekali saja tidak termasuk dalam kategori ini." 

Doa Nabi SAW:

قوله -صلى الله عليه وسلم-:
( اللهم لك الحمد أنت نور السماوات والأرض، ولك الحمد أنت قيَّام السماوات والأرض، ولك الحمد أنت رب السماوات والأرض ومن فيهن، أنت الحق، ووعدك الحق، وقولك الحق، ولقاؤك حق، والجنة حق، والنار حق، والساعة حق، اللهم لك أسلمت، وبك آمنت، وعليك توكلت، وإليك أنبت، وبك خاصمت، وإليك حاكمت، فاغفر لي ما قدمت وأخرت، وأسررت وأعلنت، أنت إلهي لا إله إلا أنت ) البخاري (الفتح) (13-371) ح (7385)، ومسلم (1-532) ح (769)، واللفظ لمسلم
[Allaahumma lakal hamdu Anta nuurus samaawaati wal ardli wa lakal hamdu Anta Qayyamus samaawaati wal ardli wa lakal hamdu Anta Rabbus samaawaati wal ardli wa man fiihinna Antal Haqqu wa wa'dukal haqqu wa qaulukal haqqu wa liqaauka haqqun wal jannatu haqqun wan naaru haqqun was saa'atu haqqun, Allaahumma laka aslamtu wa bika aamantu wa 'alaika tawakkaltu wa ilaika anabtu wa bika khaashamtu wa ilaika haakamtu faghfir lii maa qaddamtu wa akhkhartu wa asrartu wa a'lantu Anta Ilahi laa ilaaha illa Anta]

"Ya Allah, segala puji bagi-Mu. Engkau adalah cahaya langit dan bumi. Segala puji bagi-Mu. Engkau adalah pemelihara langit dan bumi. Segala puji bagi-Mu. Engkau adalah Tuhan langit dan bumi serta semua yang ada padanya. Engkau adalah yang hak, janji-Mu adalah hak, firman-Mu adalah hak, perjumpaan dengan-Mu adalah hak, surga adalah hak, neraka adalah hak, hari kiamat adalah hak. Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri. Kepada-Mu aku beriman. Kepada-Mu aku bertawakal. Ke pada-Mu aku kembali. Kepada-Mu aku mengadu. Kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah aku, ampunilah dosa-dosaku, baik yang telah lewat maupun yang akan datang, yang aku lakukan secara diam-diam maupun yang terang-terangan. Engkau adalah Tuhanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau".

[Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitabnya, Fathul Bari, jilid 1, halaman 371, dengan hadits nomor 7385, dan oleh Muslim, jilid 1, halaman 532, hadits nomor 769. Lafadz hadits sesuai dengan riwayat Muslim] 

Pengertian kata "Qayyam" dalam hadits tersebut seperti juga tertera dalam firman Allah "Al-Hayyul Qayyum" mencakup semua perbuatan, karena Allah adalah Dzat Yang berdiri sendiri, tidak membutuhkan bantuan makhluk-Nya. Dialah Yang menciptakan semua yang ada di alam ini dan menjaga keberlangsungannya serta menyediakan segala fasilitas yang menunjang kelestariannya. 

Keutamaan Amanat 
Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy'ari radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi shallalu 'alaihi wasallam bersabda: "Termasuk salah seorang pemberi sedekah: Seorang bendahara Muslim yang jujur yang menyampaikan (menyalurkan) amanat kepada orang yang telah diamanatkan kepadanya secara sempurna dan dengan kerelaan hati (ikhlas)." (Diriwayatkan oleh Bukhari hadits no. 1438 dan Muslim hadits no. 1023.) 

Makna hadits ini adalah bahwasanya orang yang ikut andil dalam melakukan (merealisakan) ketaatan (contohnya: orang yang menampung dan menyalurkan infak/sedekah - pen) akan mendapat pahala sebagaimana orang yang melakukan ketaatan memperoleh pahala. Hal ini bukan berarti orang yang melakukan ketaatan tadi terkurangi pahalanya, akan tetapi masing-masing mendapat bagian pahala berdasarkan amalan yang mereka usahakan dan tidak mesti kadar pahala tersebut sama persis. Artinya si pemberi sedekah mendapatkan pahala berdasarkan harta yang telah dia infakkan dan orang yang menyalurkan sedekah disertai amanahpun memperoleh pahala berdasarkan usahanya tanpa mengurangi pahala si pemberi sedekah sedikitpun. 

Imam Nawawi, dalam kitabnya, Syarah Sahih Muslim, jilid 2, hal 202, mengatakan: "Ketahuilah bahwa seorang amil (penyalur sedekah) atau bendahara dalam pelaksanaan tugasnya harus mendapatkan izin dari pemilik harta terlebih dahulu, jika tidak, bukannya yang akan dia peroleh, malah dia akan menuai dosa." 

Ibnu Hajar berkata (dalam Fathul Bari, 3/203): Bendahara yang dimaksud harus memenuhi kriteria berikut:

Pertama, Muslim, seorang kafir tidak termasuk dalamnya, karena niatnya bukan karena Allah. 
Kedua, jujur, maka seorang pengkhianat tidak termasuk dalam kategori ini, karena dia adalah orang yang berdosa. 
Ketiga, ikhlas karena Allah, karena tanpa keikhlasan usahanya akan sia-sia. 

Setiap Perbuatan Baik Adalah Sedekah 
Diriwayatkan dari Abu Musa radhiallahu 'anhu: Bahwa Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap muslim itu harus bersedekah", para sahabat bertanya: "Bagaimana jika dia tidak memiliki sesuatu (harta) yang akan disedekahkannya?" Beliau menjawab: "Hendaklah ia bekerja hingga memeproleh hasil yang bermanfaat bagi dirinya dan dengannya ia dapat bersedekah", mereka bertanya lagi: "Jika ia tidak sanggup melakukannya?" Rasulullah menjawab: "Hendaklah ia membantu orang yang membutuhkan pertolongan", mereka kembali bertanya: "Jika hal itu tidak sanggup ia lakukan?" Rasulullah menjawab: "Hendaklah ia memerintahkan suatu kebaikan" mereka bertanya: "Jika itupun tidak sanggup ia lakukan?" Rasulullah menjawab: "Hendaklah ia menahan diri dari berbuat mungkar dan itu merupakan sedekah baginya." (Diriwayatkan oleh Bukhari (no hadits 6022) dan Muslim (no hadits 1008) 

Setiap Muslim harus bersedekah: yaitu dalam hal yang berhubungan dengan akhlak yang mulia. Dan secara ijma' dikatakan bahwa hal itu bukan merupakan fardu. Makna asal sedekah adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang secara sukarela. Namun adakalanya diartikan dengan sedekah wajib, karena pemilik harta selalu menjaga ketulusan (shidq) dengan sedekahnya ini. 

Hadits ini menunjukkan bahwa segala kebaikan yang diperbuat atau diucapkan oleh seseorang niscaya akan ditulis sebagai suatu sedekah. Begitu pula dengan menahan diri dari perbuatan mungkar. 

Di dalam hadits ini terdapat dorongan untuk bekerja, agar seseorang memperoleh hasil yang dengannya ia mampu menafkahi dirinya dan bersedekah, serta menjauhkannya dari kehinaan meminta-minta. 

Di dalamnya terdapat perintah untuk melakukan kebaikan sedapat mungkin, dan bahwa orang yang bertujuan untuk melakukan perbuatan baik, kemudian dia mendapatkan kesulitan, maka hendaknya dia berpindah kepada perbuatan baik lainnya. 

Beberapa Tanda Kenabian Muhammad saw. 

عن أبي سفيان بن حرب -رضي الله عنه- في قصته مع هرقل أن هرقل قال: ( وسألتك بم يأمركم؟ فذكرت أنه يأمركم أن تعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا، وينهاكم عن عبادة الأوثان، ويأمركم بالصلاة والصدق والعفاف. فإن كان ما تقول حقا فسيملك موضع قدمي هاتين ) الحديث (البخاري ح 7) ، (مسلم ح 1773) 
Dari Abu Sufyan ra. dalam kisahnya dengan Hiraklius. Hiraklius Berkata: "Aku bertanya kepadamu, 'Apa yang dia perintahkan kepadamu?' kamu menjawab bahwa dia memerintahkanmu menyembah Allah, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun dan melarang kalian menyembah berhala, memerintahkan kamu sekalian mengerjakan salat, jujur, dan 'iffah. Bila apa yang kamu katakan ini benar, maka ia akan menguasai tempat pijakan dua kakiku ini.(Diriwayatkan oleh Bukhari, 6. Dan Muslim, 1773) 

'Afaf adalah menahan diri dari sesuatu yang haram dan perangai yang tidak terpuji. 

Nas hadits di atas adalah sebagian dari sebuah hadits yang panjang, yang mencakup pokok-pokok ajakan Muhammad saw. untuk menganut Ajaran tauhid. Yaitu dengan tulus ikhlas hanya menyembah Allah semata, melarang menyembah selain-Nya, mengajak melakukan salat dan perintah-perintah dalam Islam lainnya. Juga mengandung kebenaran yang ditemukan oleh Hiraklius setelah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada Abu Sufyan ra, bahwa semua itu merupakan sifat-sifat Rasulullah saw yang terdapat dalam kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi-nabi mereka. 

Nawawi dalam kitabnya "Syarah Sahih Muslim, jilid 12, halaman 107 mengatakan: "Para ulama berkata: 'Apa yang dikatakan oleh Hiraklius, diambilnya dari kitab-kitab lama, di dalam Taurat sifat ini dan sejenisnya termasuk tanda-tanda kerasulan Muhammad saw. Dari tanda-tanda itu ia mengetahuinya'". 

Allah telah menyebutkan tentang Ahli kitab, bahwa mereka mengetahui tentang Muhammad SAW. Yang mana sifat-sifatnya telah disebutkan dalam kitab-kitab mereka.

Allah berfirman: 

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءهُمْ وَإِنَّ فَرِيقاً مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
"Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Alkitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui".(QS Al Baqarah [2]:146). 

Urgensi Mengajak Kepada Kebaikan dan Mencegah Kemungkaran
Dari Huzaifah bin Yamani ra. bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sungguh kalian harus menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari kemungkaran atau Allah akan mempercepat azab dari-Nya lalu kalian berdoa tetapi tidak akan dikabulkan." (Tirmizi, hadits nomor 2169). 

Makruf adalah nama untuk semua bentuk ketaatan kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya, berbuat baik kepada manusia, dan segala sesuatu yang disunahkan dan dimakruhkan. 

Hadits ini menyatakan bahwa salah satu dari dua hal pasti terjadi: 
Amar makruf (menyuruh kepada kebaikan) dan nahi mungkar (mencegah kemungkaran), atau diturunkannya azab dari Allah dan tidak dikabulkannya doa.

Dalam hal ini, ancaman yang keras terhadap melalaikan kewajiban amar ma'ruf, nahi mungkar. Bahwa jika azab diturunkan, maka akan mengenai yang saleh dan yang jahat. 

Amar ma'ruf, nahi mungkar wajib dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang berada di bawah tanggung jawabnya, seperti penguasa terhadap rakyatnya, seorang bapak terhadap orang-orang yang di bawah tanggungannya. Setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. 

Demikianlah topik kita kali ini, dengan harapan semoga ada hikmahnya bagi kita sekalian.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya". (QS Al-Ahzab [33[:56)

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Ya Allah! Berilah shalawat untuk Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberi shalawat untuk Ibrahim. Berkatilah Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberkati Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” 
[Muttafaqun ‘Alaihi] 



Simak juga artikel terkait dengan Dajjal dan ciri-ciri munafik di sini dan di sin.

Sunday, June 20, 2010

Golongan yang selamat




Segala puja dan puji hanyalah milik Allah Azza wa Jalla Semata. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam beserta ahlul baitnya, para shahabatnya, Khulafaur Rasidin, para Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in serta para pengikut setia Beliau SAW hingga akhir zaman.Permbaca yang budiman,
Islam mempunyai konsep yang jelas tentang golongan mana yang selamat dan mana yang terpaksa terkungkung dalam kesesatan.

Allah berfirman:

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai." (QS Ali Imran [3]: 103)

وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعاً كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (QS Ar-Ruum [30]: 31-32)

Nabi Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda: 
"Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan ta'at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu, berpe-gang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa'ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia se-kuat-kuatnya. Dan hati-hatilah terhadap setiap perkara yang diada-adakan, karena semua perkara yang diada-adakan itu ada-lah bid'ah, sedang setiap bid'ah adalah sesat (dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka)." [HR Nasa'i dan at-Tirmi-dzi, ia berkata hadits hasan shahih].

Dalam hadits yang lain Nabi bersabda: 
"Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam Neraka dan satu golongan di dalam Surga, yaitu al-jama'ah." [HR Ahmad dan yang lain. Al-Hafidh menggolongkannya hadits hasan]

Dalam riwayat lain disebutkan: 
"Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti di atasnya." [HR at-Tirmidzi, dan di-hasan-kan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami' 5219]

Ibnu Mas'ud meriwayatkan: 
"Rasulullah membuat garis dengan tangannya lalu bersabda, 'Ini jalan Allah yang lurus.' Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda, 'Ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat setan yang menyeru kepadanya'.

Selanjutnya beliau membaca firman Allah,

وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus maka ikutilah dia janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa." (QS Al-An'am [6]: 153), (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Nasa'i)

Syaikh Abdul Qadir Jailani dalam kitabnya, al-Ghunyah, berkata, "... adapun golongan yang selamat yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah. Dan Ahlus Sunnah, tidak ada nama lain bagi mereka kecuali satu nama, yaitu Ashhabul Hadits (para ahli hadits)."

Allah memerintahkan agar kita berpegang teguh kepada Al-Qur'anul Karim. Tidak termasuk orang-orang musyrik yang memecah belah agama mereka menjadi beberapa golongan dan kelompok.

Rasulullah mengabarkan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani telah berpecah belah menjadi banyak golongan, sedang umat Islam akan berpecah lebih banyak lagi, golongan-golongan tersebut akan masuk Neraka karena mereka menyimpang dan jauh dari Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya. Hanya satu Golongan Yang Selamat dan mereka akan masuk Surga. Yaitu al-jamaah , yang berpegang teguh kepada Kitab dan Sunnah yang shahih, di samping melakukan amalan para sahabat dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam.

  • Golongan yang selamat adalah yang Allah selamatkan atasnya dengan anugerah dan karunianya.

  • Golongan Yang Selamat ialah golongan yang setia mengikuti manhaj Rasulullah dalam hidupnya, serta manhaj para sahabat sesudahnya. Yaitu Al-Qur'anul Karim yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, yang beliau jelaskan kepada para sahabatnya dalam hadits-hadits shahih. Beliau memerintahkan umat Islam agar berpegang teguh kepada keduanya."Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan ter-sesat apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kita-bullah dan Sunnahku. Tidak akan bercerai-berai sehingga kedua-nya menghantarku ke telaga (Surga)." (Di-shahih-kan al-Albani dalam kitab Shahihul Jami')

  • Golongan Yang Selamat akan kembali (merujuk) kepada Kalamullah dan Rasul-Nya tatkala terjadi perselisihan dan pertentangan di antara mereka, sebagai realisasi dari firman Allah SWT:

فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
fa-in tanaaza'tum fii syay-in farudduuhu ilaa allaahi waalrrasuuli in kuntum tu'minuuna biallaahi waalyawmi al-aakhiri dzaalika khayrun wa-ahsanu ta'wiilaan - "Kemudian jika kamu berselisih tentang sesuatu, maka kembali-kanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibat-nya."(QS An-Nisaa' [4]: 59)

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجاً مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيماً
"falaa warabbika laa yu/minuuna hattaa yuhakkimuuka fiimaa syajara baynahum tsumma laa yajiduu fii anfusihim harajan mimmaa qadhayta wayusallimuu tasliimaan" - "Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS An-Nisaa' [4]: 65)

  • Golongan Yang Selamat tidak mendahulukan perkataan seseorang atas Kalamullah dan Rasul-Nya, realisasi dari firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"yaa ayyuhaa alladziina aamanuu laa tuqaddimuu bayna yadayi allaahi warasuulihi waittaquu allaaha inna allaaha samii'un 'aliimun" - "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguh-nya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Hujurat [49]: 1)

Ibnu Abbas berkata:
"Aku mengira mereka akan binasa. Aku mengatakan, 'Nabi SAW bersabda, sedang mereka mengatakan, 'Abu Bakar dan Umar berkata'." [HR Ahmad dan Ibnu 'Abdil Barr]

  • Golongan yang Selamat; Senantiasa Menjaga Kemurnian Tauhid Mengesakan Allah dengan beribadah, berdo'a dan memohon pertolongan baik dalam masa sulit maupun lapang, menyembelih kurban, bernadzar, tawakkal, berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah dan berbagai bentuk ibadah lain yang semuanya menjadi dasar bagi tegaknya Daulah Islamiyah yang benar. Menjauhi dan membasmi berbagai bentuk syirik dengan segala simbol-simbolnya yang banyak ditemui di negara-negara Islam, sebab hal itu merupakan konsekuensi tauhid. Dan sungguh, suatu golongan tidak mungkin mencapai kemenangan jika ia meremehkan masalah tauhid, tidak membendung dan memerangi syirik dengan segala bentuknya. Hal-hal di atas merupakan teladan dari para Rasul dan Rasul kita Muhammad saw.

  • Golongan yang Selamat; Senang Menghidupkan Sunnah Rasulullah, Baik dalam Ibadah, Perilaku maupun Segenap Hidupnya. Karena itu mereka menjadi orang-orang asing di tengah kaum-nya, sebagaimana disabdakan oleh Nabi, "Sesungguhnya Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada permulaannya. Maka keuntungan besar bagi orang-orang yang asing." (HR Muslim). Dalam riwayat lain disebutkan, "Dan keuntungan besar bagi orang-orang yang asing. Yaitu orang-orang yang (tetap) berbuat baik ketika manusia sudah rusak." [Al-Albani berkata, "Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Amr ad-Dani dengan sanad shahih"]

  • Golongan yang Selamat; Tidak Berpegang, kecuali kepada Kalamullah dan Kalam Rasul-Nya yang Maksum, yang Berbicara dengan Tidak Mengikuti Hawa Nafsu Adapun manusia selainnya, betapapun tinggi derajatnya, terkadang ia melakukan kesalahan, sebagaimana sabda Nabi saw, "Setiap bani Adam (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat." (Hadits hasan riwayat Imam Ahmad) Imam Malik berkata, "Tak seorang pun sesudah Nabi melainkan ucapannya diambil atau ditinggalkan (ditolak) kecuali Nabi (yang ucapannya selalu diambil dan diterima)."

  • Golongan yang Selamat adalah Para Ahli Hadits' Tentang mereka Rasulullah bersabda, "Senantiasa ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka sehingga datang keputusan Allah." (HR Muslim). Seorang penyair berkata, "Ahli hadits itu, mereka ahli (keluarga) Nabi, sekalipun mereka tidak bergaul dengan Nabi, tetapi jiwa mereka bergaul dengannya.

  • Golongan yang Selamat Menghormati Para Imam Mujtahidin, Tidak Fanatik terhadap Salah Seorang di Antara Mereka Golongan yang selamat mengambil fiqih (pemahaman hukum-hukum Islam) dari Al-Qur'an, hadits-hadits yang shahih, dan pendapat-pendapat imam mujtahidin yang sejalan dengan hadits shahih. Hal ini sesuai dengan wasiat mereka, yang menganjurkan agar para pengikutnya mengambil hadits shahih, dan meninggalkan setiap pendapat yang bertentangan dengannya.

  • Golongan yang Selamat Menyeru kepada yang Ma'ruf dan Mencegah dari yang Mungkar Mereka melarang segala jalan bid'ah dan sekte-sekte yang menghancurkan serta memecah belah umat. Baik bid'ah dalam hal agama maupun dalam hal sunnah Rasul dan para sahabatnya. Mereka menyeru kepada kebenaran dan mencegah kemungkaran. Golongan yang selamat mengajak seluruh umat Islam agar berpegang teguh kepada sunnah Rasul dan para sahabatnya. Sehingga mereka mendapatkan pertolongan dan masuk Surga atas anugerah Allah dan syafa'at Rasulullah saw dengan izin Allah.

  • Golongan yang Selamat; Mengingkari Peraturan Perundang-undangan yang Dibuat oleh Manusia apabila Undang-Undang tersebut Bertentangan dengan Ajaran Islam.

  • Golongan yang selamat; mengajak manusia berhukum kepada Kitabullah yang diturunkan Allah untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Allah Maha Mengetahui sesuatu yang lebih baik bagi mereka. Hukum-hukum-Nya abadi sepanjang masa, cocok dan relevan bagi penghuni bumi sepanjang zaman. Sungguh, sebab kesengsaraan dunia, kemerosotan, dan mundurnya khususnya dunia Islam, adalah karena mereka meninggalkan hukum-hukum Kitabullah dan sunnah Rasulullah. Umat Islam tidak akan jaya dan mulia kecuali dengan kembali kepada ajaran-ajaran Islam, baik secara pribadi, kelompok maupun secara pemerintahan. Kembali kepada hukum-hukum Kitabullah, sebagai realisasi dari firman-Nya: 
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
inna allaaha laa yughayyiru maa biqawmin hattaa yughayyiruu maa bi-anfusihim - "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS Ar-Ra'ad [13]: 11)

  • Golongan yang Selamat; Mengajak Seluruh Umat Islam Berjihad di Jalan Allah. Jihad adalah wajib bagi setiap Muslim sesuai dengan kekuatan dan kemampuannya.
Jihad dapat dilakukan dengan:

1. Lisan dan tulisan
Mengajak umat Islam dan umat lainnya agar berpegang teguh dengan ajaran Islam yang shahih, tauhid yang murni dan bersih dari syirik yang ternyata banyak terdapat di negara-negara Islam. Rasulullah telah memberitakan tentang hal yang akan menimpa umat Islam ini. Beliau bersabda,

"Hari Kiamat belum akan tiba, sehingga kelompok-kelompok dari umatku mengikuti orang-orang musyrik dan sehingga kelompok-kelompok dari umatku menyembah berhala-berhala." [Hadits shahih, riwayat Abu Daud, hadits yang semakna ada dalam riwayat Muslim]

2. Harta 
Menginfakkan harta buat penyebaran dan peluasan ajaran Islam, mencetak buku-buku dakwah ke jalan yang benar, memberikan santunan kepada umat Islam yang masih lemah iman agar tetap memeluk agama Islam, memproduksi dan membeli senjata-senjata dan peralatan perang, memberikan bekal kepada para mujahidin, baik berupa makanan, pakaian atau keperluan lain yang dibutuhkan.

3. Jiwa raga
Bertempur dan ikut berpartisipasi di medan peperangan untuk kemenangan Islam. Agar kalimat Allah "Laa ilaaha illallah" tetap jaya sedang kalimat orang-orang kafir (syirik) menjadi hina. Dalam hubungannya dengan ketiga perincian jihad di atas, Rasulullah saw mengisyaratkan dalam sabdanya, "Perangilah orang-orang musyrik itu dengan harta, jiwa dan lisanmu." [HR Abu Daud, hadits shahih].

Adapun hukum jihad di jalan Allah adalah:

Fardhu 'Ain'
Berupa perlawanan terhadap musuh-musuh yang melakukan agresi ke beberapa negara Islam wajib dihalau. Agresor-Agresor Yahudi misalnya, yang merampas tanah umat Islam di Palestina. Umat Islam yang memiliki kemampuan dan kekuatan jika berpangku tangan ikut berdosa, sampai orang-orang Yahudi terkutuk itu enyah dari wilayah Palestina. Mereka harus berupaya mengembalikan Masjidil Aqsha ke pangkuan umat Islam dengan kemampuan yang ada, baik dengan harta maupun jiwa.

Fardhu kifayah
Jika sebagian umat Islam telah ada yang melakukannya maka sebagian yang lain kewajibannya menjadi gugur. Seperti misalnya jika telah ada dan banyak pasukan-pasukan kaum Muslimin yang berjihad di negeri-negeri seperti Palestina dll dan mampu mengadakan perlawanan dan balasan. Juga seperti dakwah mengembangkan misi Islam ke negara-negara lain, sehingga berlaku hukum-hukum Islam di segenap penjuru dunia. Barangsiapa menghalangi jalan dakwah ini, ia harus diperangi, sehingga dakwah Islam dapat berjalan lancar.
Golongan yang selamat jumlahnya sangat sedikit di tengah banyaknya umat manusia. Tentang keadaan mereka, Rasulullah bersabda, "Keuntungan besar bagi orang-orang yang asing. Yaitu orang-orang shalih di lingkungan orang banyak yang berperangai buruk, orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada orang yang menta'atinya." [HR Ahmad, hadits shahih]
Dalam Al-Qur'anul Karim, Allah memuji mereka melalui firman-Nya;

"Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur." (QS. Saba': 13)

Untuk memahami arti sedikit dari keterangan di atas tentunya harus merujuk pada kebenaran yang datang dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Tidak benar jika kelompok sempalan yang ajarannya menyesatkan dan jumlahnya sedikit menganggap diri benar atas dalil diatas. Begitu pula orang-orang yang memiliki keyakinan dan aqidah yang menyimpang lainnya, dengan dalih jumlahnya sedikit, maka mereka merasa benar.

Jumlah sedikit ini harus difahami sebagai isyarat bahwa agama Islam yang pada mulanya datang dalam keadaan asing, akan berakhir dengan keadaan asing pula. Maksudnya pada awal munculnya agama Islam, kebanyakan ummat manusia hidup dalam keadaan jahiliyah, hidup dengan adat, kepercayaan, budaya yang bertentangan dengan Islam.

Kemudian orang-orang yang benar-benar memegang prinsip-prinsip atau nilai-nilai Islam akhirnya akan dianggap asing, dianggap kuno dan terbelakang, dianggap aneh dan lain-lain. Orang yang bertujuan menegakkan syariat yang Allah turunkan dianggap Islam Garis Keras, bahkan sebagai Teroris. 

Umumnya ummat sekarang ini berkiblat pada budaya Barat. Karena kemajuan teknologi dan kemajuan ekonomi, maka kebanyakan orang tergila-gila dan nge-fans berat kepada budaya Barat.

Karena berkiblat pada budaya Barat, maka kebebasan tak terbendung. Liberalisme merajalela, kemaksiatan menjalar kemana-mana, pornografi, pornoaksi, perjudian, narkoba, seks bebas, gaya kehidupan bebas yang tidak terikat dengan hukum syariat dan seterusnya. Begitulah kebanyakan ummat dewasa ini tanpa sadar lebih berkiblat pada budaya jahiliyah.

Oleh karenanya orang-orang yang benar-benar memiliki iman, orang-orang yang masih mencintai Allah dan Rasulnya, orang-orang yang masih mencintai syari'at yang Allah turunkan itu benar-benar sangat sedikit dibandingkan dengan orang-orang yang ingkar dan orang-orang yang pro kehidupan ala jahiliyah.

Karena jumlahnya sedikit dan kekuatan ekonomi dan kekuatan lainnya kalah dibandingkan dengan kelompok-kelompok atau negar-negara maju yang jahiliyah, maka hidupnya tertindas oleh kaum jahiliyah. Dengan demikian, orang yang mendurhakai-Nya lebih banyak dari pada yang mentaati-Nya. Itulah arti dari golongn ummat yang dianggap asing.

Golongan Yang Selamat banyak dimusuhi oleh manusia, difitnah dan dilecehkan dengan gelar dan sebutan yang buruk. Nasib mereka seperti nasib para nabi yang dijelaskan dalam firman Allah,

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً وَلَوْ
wakadzaalika ja'alnaa likulli nabiyyin 'aduwwan syayaathiina al-insi waaljinni yuuhii ba'dhuhum ilaa ba'dhin zukhrufa alqawli ghuruuran walaw - "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin. Sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)." (QS Al-An'am: 112)

Rasulullah misalnya, ketika mengajak kepada tauhid, oleh kaumnya beliau dijuluki sebagai "tukang sihir lagi sombong." Padahal sebelumnya mereka memberi beliau julukan "ash-shadiqul amin", yang jujur dan dapat dipercaya.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz ketika ditanya tentang "Golongan Yang Selamat", beliau menjawab, "Mereka adalah orang-orang salaf dan setiap orang yang mengikuti jalan para salafush shalih (Rasulullah, para sahabat dan setiap orang yang mengikuti jalan petunjuk mereka)."

Hal-hal di atas adalah sebagian dari manhaj dan tanda-tanda Golongan Yang Selamat.
Semoga kita termasuk mereka yang berakidah Firqah Najiyah, yakni Golongan Yang Selamat ini,
Amin.

"Ya Allah, jadikanlah kami termasuk dalam golongan yang selamat (Firqah Najiyah). Dan semoga segenap umat Islam termasuk di dalamnya."


Sumber: Jalan Golongan yang Selamat, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu Al-Islam 
Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Folder Arsip

Loading...

Rekam Arsip

Rekomendasi Arsip

Followers