Pelajaran dari umat terdahulu
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Allah berfirman,
"Sesungguhnya, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (QS Yusuf [12]: 111).
Perjalanan hidup manusia sejak Nabi Adam a.s., yaitu manusia pertama sekaligus bapak seluruh umat manusia hingga sekarang ini, tenyata menoreh berbagai macam bekas berupa sejarah yang melukiskan perputaran roda kehidupan manusia dengan segala rona-ronanya, yang pada hakekatnya, sejarah tiada pernah henti sampai tibanya ajal yang telah ditentukan oleh Allah mengenai akhir hayat manusia dan akhir dari alam semesta ini. Karena Allah menciptakan langit dan bumi ini dan apa yang ada di antara keduanya, adalah dengan ajal yang sudah ditentukan. Semua sejarah yang pernah berlalu itu harus kita mengerti dan kita pelajari, sehingga kita bisa napak tilas generasi-generasi Rabbani, melihat apa yang didapat oleh kaum yang beriman kepada Allah, dan menyadari akibat dari orang-orang yang mengingkari seruan Ilahi. Itulah yang dititahkan di dalam Alquran kepada kita, umat akhir jaman, umat pilihan, umat Nabi yang paling mulia, Muhammad saw., bahwa Allah menjadikan perjalanan umat-umat terdahulu itu sebagai ibrah bagi kita.
"Sesungguhnya, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (Yusuf: 111).
"Maka, apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu." (QS Muhammad [47]: 10).
Kita harus menyadari bahwa mereka, umat-umat terdahulu, diadzab oleh Allah di dunia dengan adzab yang dahsyat, yang sangat mengerikan bila dibayangkan, adalah karena mereka mendurhakai, membangkang, dan mendustakan rasul yang diutus untuk mereka. Mereka mengingkari kebenaran yang disampaikan kepada mereka, meskipun telah nyata bukti-bukti kebenaran di hadapan mereka. itu adalah yang terjadi pada umat-umat terdahulu sebelum diutusnya Rasulullah saw.
Adapun berkenaan dengan umat Rasulullah saw., umat akhir jaman ini, ada keterangan dari Rasulullah saw. bahwa jika umat-umat terdahulu mendurhakai dan mendustakan nabinya, mereka segera diadzab oleh Allah swt., dan apabila umat Muhammad saw. durhaka, maka adzab mereka ditangguhkan dahulu sampai suatu masa. Tetapi, hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa Allah akan menurunkan adzab kepada umat ini, seperti yang pernah menimpa umat-umat terdahulu. Karena Allah pernah mengabarkan bahwa tidak akan mengadzab suatu kaum sedang Rasulullah saw. berada di antara mereka. Sedangkan saat ini Rasulullah saw. telah wafat. Dan Allah tidak akan mengadzab suatu kaum sedangkan mereka beristighfar kepada Allah, sedangkan manusia saat ini, lebih banyak yang lalai dari pada yang berdzikir, lebih banyak yang berbuat maksiat dari pada yang beristighfar. Maka, datangnya adzab itu sangat mungkin terjadi mengingat kondisi mayoritas manusia dewasa ini telah jauh dan teramat jauh dari petunjuk, dan terang-terangan menentang aturan Allah dan Rasul-Nya. Kemaksiatan meraja lela, zina, khamr, judi, penipuan, dan pemerkosaan hak sudah menjadi menu yang selalu disantap oleh masyarakat. Ada juga beberapa orang yang dianggap sebagai tokoh agama, justru mereka yang pertama kali menolak ketika ada tawaran penegakan syariat Islam. Ditawari saja sudah menolak mentah-mentah, bagaimana mungkin mereka akan memperjuangkan kalimatullah itu. Na'udzubillah min dzalik.
Maka dari itu, marilah kita tengok sejarah umat-umat terdahulu, agar kita menyadari betapa keras ancaman, betapa pedih dan mengerikannya siksaan yang diberikan oleh Allah kepada umat yang mendurhakai, di dunia dan di akherat, dan betapa besar nikmat yang diberikan kepada umat yang mentaati dan mengikuti petunjuk-Nya. Lebih dari itu, dengan mempelajari dan menghayati kisah-kisah orang-orang terdahulu, baik yang beriman maupun yang durhaka, kita harapkan hal itu bisa menjadi penyubur iman dan keyakinan yang ada di lubuk hati, akan kebenaran risalah Ilahi yang dibawa oleh Rasul-Nya, juga agar tumbuh rasa takut di dalam sanubari akan murka Allah, yang tiada sesuatu pun yang mampu menghalangi kehendak-Nya.
Yang pertama, kita lihat kaum Nabi Nuh a.s. yang mendustakan Nabi mereka. Tentang mereka Allah SWT berfirman,
"Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan, 'Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman'. Maka dia mengadu kepada Rabbnya, 'bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah (aku)'. Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan." (QS. Al-Qamar]54:12)
Coba kita bayangkan, pintu-pintu langit dibuka sehingga turunlah hujan yang tercurah limpah dengan sangat deras, ditambah lagi Allah menjadikan seluruh permukaan bumi memancarkan air, hingga tanah yang gersang sekalipun. Maka, air dari langit bertemu dengan air yang memancar dari bumi hingga akhirnya meninggi setinggi puncak gunung. Habislah apa yang dimuka bumi, tenggelam semuanya. Apakah hukuman mereka hanya sebatas itu? Tidak. Allah SWT berfirman,
"Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah." (QS Nuh: 25).
Adapun Nabi Nuh a.s. dan orang-orang yang beriman bersama dengannya, mereka diselamatkan oleh Allah.
"Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran." (Al-Qamar: 13-14).
Itu adalah merupakan sejarah besar yang pernah berlalu di muka bumi ini yang harus kita ambil sebagai pelajaran. Tak hayal kalau ada sekelompok manusia di bumi ini yang mungkin karena keingin tahuan mereka terhadap bukti-bukti sejarah, mereka berusaha mencari-cari bangkai kapal Nabi Nuh a.s..
Yang kedua, kaum 'Ad. Yaitu kaum Nabi Hud a.s., yang mampu membangun bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun semisalnya. "Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Rabbmu berbuat terhadap kaum 'Aad. (yaitu) Penduduk Iram yang mempunyai bangunan yang tinggi. Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain." (Al-Fajr: 6-8).
Tetapi kelebihan yang ada pada mereka itu tidak dapat memberikan manfaat sedikitpun kepada mereka ketika mereka mendustakan Nabi Hud a.s., yang kemudian diadzab oleh Allah, "Kaum 'Aadpun telah mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus-menerus, yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok korma yang tumbang. Maka betapakah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku." (Al-Qamar: 18-21).
Diterangkan pula dalam surah yang lain, "Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tanggul-tanggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)." (Al-Haaqqah: 6-7). Padahal, adzab mereka tidak cukup sebatas itu, bahkan adzab yang akan mereka terima di akherat lebih pedih.
Berikutnya, kaum nabi Luth a.s.. Kaum yang padanya terkumpul antara inkar (kafir) kepada Allah dan Rasul-Nya, dan perbuatan keji yang belum dilakukan oleh kaum yang sebelumnya. Yaitu, mereka menyukai sesama jenis mereka dan meninggalkan istri-istri mereka. Perbuatan mereka ini sangat terkutuk. Perbuatan yang mencerminkan rusaknya fitrah, dan kacaunya perikemanusiaan dan hati nurani mereka. Istilah dari perbuatan seperti yang mereka lakukan itu disebut liwath, mengingat asalnya adalah dari kaum Nabi Luth a.s.. Dan di jaman sekarang, perbuatan tersebut dikenal dengan homosek.
Jika di jaman Nabi Luth a.s. dikhabarkan bahwa mereka melakukannya antara laki-laki dengan laki-laki, tetapi di saat ini, kaum perempuan tidak mau ketinggalan. Sebagian mereka juga ada yang berpikiran menyimpang dari fitrah kemanuasiaan, yaitu ketika sebagian mereka menyukai sesama jenis mereka. hal ini dikenal dengan istilah lesbi. Bahkan, ada khabar yang sangat heboh menunjukkan kebejatan sebagian manusia dewasa ini, ketika telah disahkan perbuatan keji mereka itu, di salah satu belahan bumi di Eropa. Yaitu, mereka mengesahkan undang-undang kawin sejenis. Na'udzubillah min dzalik. Bukankah ini perbuatan yang sudah benar-benar melanggar aturan Allah dan melampaui batas yang dilakukan dengan terang-terangan?
Lalu, apa yang diganjarkan Allah kepada kaum Nabi Luth a.s. setelah keingkaran dan pembangkangan mereka itu? Sebelum itu, Nabi Luth a.s. tak henti-hentinya mengingatkan kepada mereka untuk bertauhid kepada Allah, dan meninggalkan perbuatan keji mereka. Tetapi, apakah jawaban mereka? "Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan, 'Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (menda'wakan dirinya) bersih'." (AnNaml:56). Kemudian, setelah itu Allah memberikan keputusan untuk mereka.
Allah berfirman,
"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. Yang diberi tanda oleh Rabbmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim." (QS Hud: 82-83).
Dan tentang tamu Nabi Ibrahim, Allah berfirman,
"Ibrahim bertanya, 'Apakah urusanmu hai para utusan?' Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth). Agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah yang (keras), yang ditandai di sisi Rabbmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas. Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut pada siksa yang pedih." (Adz-Dzariyat: 31-37).
Kisah-kisah di atas, dan masih banyak kisah-kisah yang lain, seperti kaum Madyan, kaum Tsamud, Fir'aun, dan lain-lainnya, sangatlah penting untuk kita ambil pelajaran. Karena, semua itu berkaitan dengan masalah tauhid. Semua kisah tersebut bukanlah kisah yang dibuat-buat, dan sekedar hanya untuk bahan dongengan. Akan tetapi, mengandung sesuatu yang sangat besar. Semua kisah tersebut berasal dari Alquran. Dan Alquran, seluruhnya berisi tentang penetapan terhadap tauhid, memurnikan peribadatan hanya untuk Allah semata, atau mengesakan Allah dalam beribadah. Dan kisah-kisah di atas semuanya bermuatan tauhid, yaitu ketika berbicara tentang umat yang mengingkari seruan tauhid, yang merupakan inti ajaran para rasul. Masalah tauhid, adalah masalah yang sangat asas dan prinsip. Apabila seseorang keliru dalam masalah tersebut, berarti dia tergelincir ke jurang kesesatan dan kecelakaan yang berkepanjangan. Na'udzubillah min dzalik. Semoga Allah menunjukkan kita jalan-Nya yang lurus dan tidak tergelincir seperti kebanyakan orang.
Berkenaan dengan kisah-kisah seperti tersebut di atas, Syekh Utsaimin rahimahullah mengatakan, "Sesungguhnya, dalam menyikapi kisah-kisah tersebut dan semisalnya, manusia terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, mereka yang mengetahui dan mengenal Allah beserta tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terjadi, kemudian mereka mengambil pelajaran dari kejadian yang dialami orang-orang yang telah lalu, hingga mereka kembali kepada Allah, takut, sangat takut apabila mereka tertimpa apa yang telah menimpa orang-orang terdahulu.
Allah berfirman,
'Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.' (QS Muhammad: 10).
Adapun kelompok kedua, kelompok yang jahil (bodoh) dan tidak mengenal Allah, hati mereka kosong dari keimanan dan keras karena kedurhakaan mereka. Mereka berkata, 'Sesungguhnya kejadian-kejadian itu adalah alamiah'. Sehingga mereka tidak memperhatikannya, dan tidak melihat akibat yang datang dari Allah, yaitu akibat bagi orang-orang yang mendustakan Allah dan para rasul-Nya.
Kita memohon kepada Allah dengan ayat-ayatnya, dan dengan asma'-asma ' dan sifat-sifat-Nya, agar menjadikan kita sebagai orang yang mampu mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan-Nya, dan takut akan ancaman dan siksa-Nya. Dan semoga Allah melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita, sesungguhnya Dia Maha Pemberi."
Demikianlah, hendaknya kita bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah tersebut, dan menambah rasa takut kepada Allah, apabila ditimpakan kepada kita apa-apa yang telah ditimpakan terhadap umat-umat terdahulu.
Kisah-kisah di atas telah terjadi ribuan tahun yang lalu. Namun, belum lama ini, di akhir tahun 2004, penduduk bumi kembali dikejutkan dengan kejadian yang sungguh luar biasa, yang kemudian diaggap sebagai bencana kelas dunia. Yaitu, ketika bumi digoncangkan oleh Allah dengan dahsyat, kemudian Allah mengirimkan gelombang yang juga sangat hebat dan mengerikan yang mampu menyapu apa yang dilewatinya, yaitu gelombang tsunami, yang hanya beberapa detik mampu memporak-porandakan beberapa kota di negara-negara kawasan benua Asia, dan menyebabkan melayangnya seratus ribu lebih nyawa manusia. Yang jadi pertanyaan, mengapa akibat terparah justru menimpa Indonesia, yang kabarnya masyarakat mayoritas muslim?!.
Meski peristiwa itu, dianggap sebagai musibah, bencana alam, atau yang lainnya, yang jelas itu peringatan keras dari Allah swt. selain hal itu juga merupakan isyarat telah dekatnya hari kiamat, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis riwayat Al-Bukhari bahwa di antara tanda-tanda kiamat adalah banyaknya terjadi gempa bumi.
Bahkan saat ini, air mata bangsa Indonesia belum kering, dan luka hati mereka belum terobati, sebab belum lama ini musibah dahsyat berupa gempa bumi memporak-porandakan Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya hingga menelan korban yang sangat banyak sekitar 6000 jiwa melayang.
Sesuatu yang tidak disangka-sangka oleh kebanyakan manusia sebab saat terjadi gempa, mereka sedang berkonsentrasi menghadapi gunung merapi yang dikhawatirkan meledak. Tetapi, Allah berkehendak lain. Dan tidak ada seorang pun yang akan selamat dari makar Allah. Hendaknya, kejadian tersebut bisa menjadi ibrah bagi seluruh manusia yang masih diberi kesempatan oleh Allah di dunia ini.
Jika sekiranya penduduk bumi beriman dan bertakwa, pasti Allah akan melimpahkan rahmat dan berkah-Nya dari langit dan bumi. Tetapi jika mereka ingkar, bagi mereka adalah ancaman akan datangnya adzab untuk mereka. Allah berfirman, "Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman sekiranya adzab kami datang menimpa mereka di malam hari, sedang mereka dalam keadaan terlelap tidur? Ataukah mereka merasa aman apabila adzab kami datang kepada mereka di waktu dhuha dan mereka sedang asyik bermain? Apakah mereka merasa aman dari makar Allah? Sesungguhnya tidak ada yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang rugi." (QS Al-A'raf: 97-99).
Di dalam surah Al-mulk, Allah juga telah memperingatkan, "Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang. atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku. (Al-Mulk: 16-18).
Jika kita amati, ternyata, memang sudah kelewat kedurhakaan yang dilakukan umat manusia dewasa ini. Di Indonesia yang kedengarannya banyak orang-orang baik, ternyata orang-orang yang tidak baik tak kalah banyak, justru lebih banyak. Pelacuran, kehidupan bebas, perjudian, khamr, dan maksiat-maksiat lain sudah menyebar luas meraja lela di setiap pelosok negeri tak terkecuali di Aceh yang dikenal sebagai serambi Mekah. Kebanyakan manusia lupa, lalai, dan mati hatinya sehingga mereka jauh dari petunjuk. Maka, peringatan-peringatan Allah tidak berarti bagi mereka dan mereka dengan terang-terangan menentang Allah dan mendustakan nabi-Nya. Hingga tak hayal, dan sudah menjadi kenyataan, Allah menurunkan adzab-Nya yang sangat dahsyat, yang tak seorangpun mampu menghalanginya. Meskipun di antara yang terkena bencana itu adalah orang-orang saleh. Karena siksa Allah yang diturunkan belum tentu hanya menimpa orang-orang zhalim saja, namun orang-orang saleh bisa jadi ikut terkena akibatnya. Orang-orang saleh meskipun terkena getahnya, mereka akan menuju kepada ampunan dan rahmat Allah. Maka dari itu, kita diperintahkan untuk takut apabila Allah menurunkan adzab-Nya.
''Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak menimpa orang-orang zalim di antaramu saja. Dan ketahuilah Allah amat keras siksaan-Nya.'' (Al-Anfaal: 25).
Agaknya, ayat ini perlu hadir ketika berbagai bencana menerpa. Terutama, saat hanya dalam beberapa detik bencana terbesar dalam sejarah Indonesia dan negeri-negeri Asia. Bahwa, bencana-bencana itu tidak bisa disikapi sebatas peristiwa alam biasa. Tapi, juga membawa sebagian siksa Allah serta peringatan yang sangat besar dan menakutkan bagi mereka yang masih di dunia.
Sikap itulah yang segera dihadirkan Khalifah Umar bin Khattab ketika gempa besar melanda. Diriwayatkan oleh Shafiyah binti Ubaid bahwa sesudah gempa Umar berpidato, ''Kalian suka melakukan bid'ah yang tidak ada dalam Alquran, sunah Rasul, dan ijma (kesepakatan umum) para sahabat Nabi, sehingga kemurkaan dan siksa Allah turun lebih cepat.'' (Sunan Al Baihaqi). Pernyataan Umar menarik didalami. Beliaulah kepala negara yang begitu adil, termasuk kepada orang kafir, serta teguh dan lurus menjalankan petunjuk Allah selama pemerintahannya.
Di masa Umar, ia takkan membiarkan ada kemungkaran besar, semacam kemusyrikan, pemurtadan, pembantaian manusia, saling bunuh, judi, prostitusi, dan fanatisme jahiliyah. Bahkan, korupsi recehan pun tidak dibiarkan, seperti saat Umar menyita hadiah Gubernur Syam Muawiyah kepada ayahnya, Abu Sufyan, yang diduga dari harta negara dan rakyat. Namun demikian, Umar tetap mengaitkan bencana dengan dosa manusia. Saat itu berbagai kesalahan warga memang mulai terjadi, seperti korupsi, malas berjihad, dan sikap menumpuk-numpuk harta karena negara telah makmur. Jika di masa Umar yang mendapat pujian dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai generasi terbaik terjadi bencana, lalu bagaimana dengan keadaan kita? Sungguh sangat mungkin Allah akan mendatangkan malapetaka kepada umat manusia, mengingat manusia semakin durhaka, tidak banyak yang berdzikir dan beristighfar, serta Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sudah tidak ada di antara mereka. Maka, tidak ada yang menjamin keamanan dari murka Allah.
Kita, yang sudah mendengar kisah-kisah orang terdahulu dan yang telah menyaksikan peristiwa dahsyat yang menimpa manusia, jika masih ada kebaikan dalam hati kita tentu kita akan terhenyak, ingat, menyadari diri, serta mulai interospeksi. Sehingga akan benar-benar memahami dan mengerti lalu kembali kepada jalan dan petunjuk Allah swt., mendekatkan diri, menghadapkan wajah dan memurnikan peribadatan kepada-Nya, memperbanyak istighfar atas kesalahan dan kelalaian yang telah dilakukan.
Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang diridhai-Nya, memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan melindungi kita dari murka-Nya.
[Zen Yusuf Al-Choodry]
0 Comments:
Post a Comment