Email Dari Mohammad Taufiq
Salam,
Ini adalah email yang panjang. Mohon luangkan waktu anda untuk memahaminya dengan baik. Saya mengundang seluruh umat manusia, apa pun agamanya, untuk membaca email ini dengan harapan semoga kita semua dapat memetik hikmah darinya. Saya menulis email ini dilandasi oleh beberapa pertanyaan, yakni yang jawabannya seringkali tidak memuaskan saya, seperti:
1. Al Quran adalah untuk seluruh umat manusia. Akan tetap kenapa sampai saat ini hanya orang-orang yang mengaku beragama Islam saja yang mendominasinya? Kenapa agama Kristen juga tidak menggunakan Al Quran? Kenapa Yahudi juga tidak? Kenapa orang Hindu dan Budha pun tidak? Atau mungkin saja ada, tapi yang pasti tentulah hanya segelintir saja.
2. Bagaimana Agama Islam dapat menjelaskan nasib seorang manusia pada hari kiamat nanti jika ia terlahir, katakanlah di negara Nicaragua, beragama Kristen atau Yahudi, tidak pernah mengenal Al Quran, tidak mengetahui ajaran Nabi Muhammad, dan sampai tiba ajalnya tidak pula pernah mengenal Islam. Padahal ia seorang yang berbudi baik, berperilaku santun, dermawan, ramah, dan suka membantu orang lain. Apakah menurut pandangan Islam ia akan masuk neraka? Jawaban yang saya terima beragam.
- Ada yang mengatakan jika memang ia belum pernah mendengar tentang Islam, maka ia adalah pengecualian dari neraka, tapi jika sudah, maka dia harus memeluk Islam.
- Ada yang secara eksrim mengatakan bahwa apa pun amalannya, jika ia mati dalam keadaan tidak beragama Islam, maka ia masuk neraka.
Untuk pendapat yang ekstrim, lebih tidak adil lagi. Seorang berbudi luhur yang sepanjang hidupnya selalu mengamalkan kebajikan tetapi ketika mati harus masuk neraka semata-mata karena tidak memeluk agama yang sama sekali tidak pernah ia lihat atau dengar. Tidakkah ini bertentangan dengan sifat Tuhan yang Maha Adil? Saya tidak tahu bagaimana pandangan orang Yahudi dan Nasrani akan hal ini. Tapi saya duga kemungkinannya sama saja, semua orang akan menganggap bahwa agamanya yang paling benar. Agamanyalah yang akan menyelamatkan dirinya dari api neraka.
Untuk itu, pernyataan bahwa Al Quran untuk seluruh umat manusia rasanya perlu kita tinjau kembali. Karenanya saya coba untuk membaca Al Quran dengan melepas semua atribut keagamaan saya. Saya coba membaca Al Quran, bukan sebagai umat Islam, tapi sebagai manusia. Dan sedapat mungkin saya coba untuk menghilangkan asumsi-asumsi yang ada dalam tafsir Al Quran (biasanya ditandai dengan kurung) kecuali untuk kata ganti orang atau benda sesuai dengan konteks ayat. Saya coba berangkat dari 'kosong'. Meski susah, tapi saya coba. Dimulai dari ayat berikut:
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." [QS.3:85]
Jika demikian, siapakah orang yang beragama Islam itu? Ini yang saya dapatkan; Islam adalah kata dari bahasa arab yang bermakna berserah diri, tunduk patuh. Untuk merujuk ke orangnya digunakan kata muslim yang berarti orang yang tunduk patuh, yang berserah diri. Saya coba search ke dalam Al Quran dengan menggunakan keyword berserah diri dan menemukan banyak ayat yang menurut hemat saya relevan antara satu sama lain seperti di antaranya adalah sebagai berikut:
"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik." [QS.3:67]
Ayat ini melekatkan kata muslim (berserah diri) kepada Nabi Ibrahim (Abraham). Jadi, Ibrahim adalah orang Islam (Muslim).
"Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam." [QS.27:44]
Nabi Sulaiman (Solomon) dan Ratu Saba, Balqis, berserah diri pada Allah. Nabi Sulaiman dan pengikutnya adalah orang-orang Islam (Muslim).
"Dan Ya'qub berkata: "Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri." [QS.12:67]
Nabi Ya'qub (Jacob) mengaku berserah diri, Nabi Ya'qub adalah orang Islam (Muslim).
"Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia (Musa dan Harun): "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." [QS.10:90]
Nabi Musa (Moses) dan Nabi Harun (Aron) mengaku berserah diri. Dengan demikian Nabi Musa dan Nabi Harun adalah orang Islam (Muslim). Sedangkan pengikutnya, bani israil, seharusnya juga muslim.
"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri." [QS.3:52]
Nabi Isa (Yesus) dan pengikutnya mengaku berserah diri, Maka nabi Isa dan pengikutnya juga orang Islam (Muslim).
Masih banyak lagi ayat lain yang mengindikasikan Nabi-nabi di atas (serta nabi-nabi yang tidak disebutkan di sini) dan para pengikutnya mengaku Muslim. Hal ini dapat kita temui melalui googling dengan keyword "Tunduk Patuh". Akhirnya saya sampai pada kesimpulan bahwa setiap Nabi sejak jaman Adam sampai jaman Nabi Muhammad (termasuk Nabi Musa dan Nabi Isa) dan para pengikut mereka sesungguhnya adalah Muslim. Dengan kata lain, dalam pandangan Al Quran mereka beragama Islam.
Dari kenyataan di atas saya mulai paham ayat berikut:
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." [QS.3:85]
Lalu, bagaimana dengan umat Hindu, Budha, atau agama bumi lainnya? Apakah Islam juga mencakup pengertian agama bumi?
Saya menemukan janji Allah berikut ini yang membuktikan bahwa Al Quran juga mengakui agama bumi di luar agama yang dibawa oleh para nabi, yakni agama yang kita kenal dengan sebutan shabiin:
Saya menemukan janji Allah berikut ini yang membuktikan bahwa Al Quran juga mengakui agama bumi di luar agama yang dibawa oleh para nabi, yakni agama yang kita kenal dengan sebutan shabiin:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." [QS.2:62]
"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." [QS.5:69]
Ayat ini menjawab pertanyaan tentang bagaimana nasib seseorang yang tidak pernah datang kitab kepada mereka (ummi) ataupun peringatan para Rasul (bukan hanya rasul Muhammad). Al Quran menyiratkan bahwa Allah tetap memperhitungkan mereka sepanjang mereka beriman kepada Allah. Saya memberikan penekanan pada kata Allah disini dari bahasa arab yang berarti Al Ilah atau Tuhan. Sehingga tiap orang bisa saja mempunyai sebutan kepada Tuhannya tergantung bahasa yang digunakan.
Cerita nabi Ibrahim berikut meyakinkan saya:
Cerita nabi Ibrahim berikut meyakinkan saya:
"Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat." Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan." [QS.6:75-79]
Nabi Ibrahim mencontohkan bagaimana proses pencariannya kepada Tuhan melalui tanda-tanda kekuasaan Tuhan di langit dan di bumi tanpa petunjuk kitab, bahkan ia sempat berganti-ganti 'Tuhan'. Namun pada akhirnya berbuah kesimpulan adanya suatu dzat tunggal yang maha kuasa. Jadi Tuhan kita adalah Tuhan yang satu. Hanya sebutannya yang berbeda, Allah, Alah, Yahwe, Sang Hyang Widhi, dlsb, yang pada dasarnya merupakan dzat yang sama, yakni Tuhan yang satu.
Akhirnya saya paham kenapa Ibrahim diangkat jadi Imam untuk semua manusia.
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim." [QS.2:124]
Beliau merupakan contoh yang sempurna untuk agama yang lurus, baik agama samawi ('Islam', Kristen, Yahudi) maupun agama bumi (tanpa kitab). Nabi Muhammad pun dalam Al Quran diperintahkan untuk mengikuti agama Ibrahim yang lurus:
"Katakanlah (Muhammad): "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah. "Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik." [QS.3:95]
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya." [QS.4:125]
Nabi Ibrahim adalah nabi kesayangan Allah.
Sekarang saya sudah mulai paham sifat universal Al Quran. Al Quran menjanjikan hukuman kepada yang tidak taat dari golongan 'Islam' (yg kita kenal sekarang ini, pengikut nabi Muhammad), sama kerasnya dengan hukuman yang diberikan kepada golongan Yahudi dan Nasrani yang tidak taat kepada Rasulnya. Di saat yang sama, Al Quran juga menjanjikan Surga kepada golongan Muhammad yang taat pada Rasulnya sama baiknya dengan janji yang diberikan pada golongan Kristen dan Yahudi yang taat pada Rasulnya, bahkan golongan Shabiin di luar agama samawi.
Saya paham sekarang bahwa istilah Islam dan Muslim itu bukan hanya merujuk kepada umat nabi Muhammad, akan tetapi juga kepada umat-umat nabi yang lain, termasuk umat nabi Musa (Yahudi) dan umat nabi Isa (Kristen). Saya juga paham kenapa Allah di dalam Al Quran tidak pernah menyebut yahudi dan nasrani sebagai "Diin" atau agama. Karena bagi Allah, kita semua adalah satu agama. Agama Ibrahim yang lurus, dimana nabi Ibrahim adalah Imamnya. Akhirnya saya pun paham maksud ayat ini, tentunya setelah membaca Al Quran tanpa sentimen agama.
"Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku." [QS.21:92]
Satu pertanyaan lagi yang timbul, kenapa syariat 3 agama samawi, yakni 'Islam' (saya beri tanda kutip untuk menandai bahwa ini adalah Islam golongan Muhammad) Kristen, danYahudi ini begitu berbeda? Kenapa tidak disatukan saja?
"Manusia itu adalah umat yang satu. maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus." [QS.2:213]
Manusia adalah umat yang satu, namun terpecah-pecah karena dengki antar mereka semata. Allah tidak menyukai perpecahan dan manusia yang bergolong-golongan.
"Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu." [QS.23:52-54]Allah membenci orang yang memecah agama tauhid ini menjadi golongan-golongan, seperti 'Islam', Kristen, dan Yahudi. Semua Rasul diperintahkan untuk mengajarkan agama yang berserah diri (agama Ibrahim yang lurus), bukan membentuk golongan. Dan karena itu tentunya para Rasul pun akan menyeru kepada pengikutnya agar tidak menjadi bergolongan.
Bergolong-golongan tentu saja akan menjadi sesuatu yang nampak wajar apabila kita dalam satu agama, dan disodori syariah yang berbeda-beda. Yahudi dengan hukum taurat, Kristen dengan hukum Injil, dan 'Islam' dengan hukum Al Quran. Tapi tidak semua dari kita menyadari pesan -pesan dalam kitab suci masing-masing yang menyeru kepada agama yang satu, bukan menjadikan kita bergolong-golongan. Sungguh kita tidak menyadari, sehingga akhirnya terbentuklah dunia seperti yang kita kenal sekarang ini.
Saya baru menyadari makna ayat berikut:
"Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." [QS.3:64]
Nabi Muhammad menyeru kepada Ahli kitab (orang yang berpegang kepada Taurat dan Injil), agar mencari persamaan, yakni ketauhidan, bukan mengajak para ahli kitab pindah 'agama'. Dengan kata lain Nabi Muhammad mengakui syariah yang dibawa oleh Nabi Musa dan Nabi Isa.
"Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa." [QS.5:46]
"Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam." [QS.10:37]
Adapun jika difahami dengan benar, maka firman Allah SWT berikut ini sama sekali bukan dimaksudkan untuk mengkonfirmasikan bahwa ajaran Taurat atau Injil itu salah atau sudah expired seperti pendapat kebanyakan orang.
"Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik." [QS.135]
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." [QS.5:51]
Nabi Muhammad diperintah oleh Allah untuk tidak menjadi bergolongan seperti golongan Yahudi atau golongan Nasrani. Tetapi harus tetap menegakkan agama Ibrahim yang lurus. Beliau tidak diperintahkan untuk meng-convert para ahli kitab agar menjadi pengikutnya. Bahkan diperingatkan untuk tidak berdebat dengan mereka. Namun jika terpaksa harus berdebat, beliau - dan tentu saja semua pengikutnya - diperintahkan untuk berdebat dengan cara-cara yang baik.
"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri." [QS.29:46]
"Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu." [QS.5:68]
Nabi Muhammad mengatakan kepada umat Nabi Musa dan Umat Nabi Isa agar menegakkan ajaran kitab masing-masing, agar bisa dipandang sebagai beragama oleh Allah. Jika kita tidak menjunjung tinggi ajaran kitab masing-masing, hanya akan menambah kekafiran.
Injil membenarkan Taurat, Al Quran membenarkan Injil dan Taurat. Akhirnya saya sampai pada kesimpulan bahwa Al Quran adalah untuk semua 'golongan' - atau lebih baik saya sebut umat - adalah benar.
Berikut adalah apa yang diinginkan Allah, Tuhan kita semua:
"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu." [QS.16:92]
Masalah jumlah umat hendaknya jangan dipusingkan, itu hanyalah ujian. Yang menambah kedengkian kita pada golongan lain.
"Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan." [QS.16:93]
Saya mencoba memahami kiblat sebagai 'panutan syariah' atau panutan kitab dan saya akhirnya memahami kenapa dalam agama tauhid, agama Ibrahim yang lurus, terdapat 3 syariah yang semuanya diakui kebenarannya sampai sekarang. Ayat berikut berbicara tentang kiblat, yang dalam pandangan umat 'Islam' berarti ka'bah secara fisikal dan sebagai penunjuk arah sujud dalam sholat.
"Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka dari kiblatnya yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus" [QS.2:142]
Saya mengganti kata kiblat dengan kata panutan syariah, bahasa kasarnya, saya dapat arti seperti ini: orang yang kurang akalnya heran melihat orang mengganti agama atau golongannya, misalnya dari syariah Injil menjadi syariah Al Quran atau dari syariah Al Quran menjadi Syariah Taurat misalnya. Tapi Tuhannya tetap satu, yakni Allah.
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu, umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." [QS.2:143]
Ini alasan sebenarnya, kenapa syariah itu menjadi 3 dalam satu agama, Tuhan menetapkan syariah kita seperti sekarang ini, agar Tuhan tahu, siapa yang benar-benar mengikuti Rasul atau kiblat masing-masing dan tetap menjaga agar tidak menjadi bergolongan, tetap menjaga agama yang satu. Godaan untuk menjadi bergolongan (menjadi eksklusif dan merasa benar sendiri) sangat besar karena adanya perbedaan syariah. Dan sungguh itu terasa berat, sangat berat untuk mengakui kebenaran agama orang lain. Sehingga lebih banyak yang terjebak dalam gelimang aktualisasi rasa dengki.
"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." [QS.2:144]
Allah akan memalingkan kita ke 'syariah' yang kita sukai. Sangat wajar jika seorang anak Yahudi akan memilih syariah Yahudi yang telah lebih dulu dianut oleh orang tuanya. Ayat ini membuat saya tidak perlu merasa beruntung dilahirkan dari keluarga Muslim, demikian juga anak Yahudi atau Nasrani tidak perlu merasa beruntung dilahirkan dari keluarga Yahudi atau Nasrani. Sebab sesungguhnya masing-masing agama yang diimani keluarga tersebut - bila diamalkan dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran Tauhid melalui para rasul-Nya - maka Insya Allah, ridha Tuhan akan tetap menjadi keniscayaan.
Khusus untuk syariah Muhammad yang datang belakangan, diserukan untuk memalingkan muka ke arah Masjidil Haram, agar para ahli kitab tahu, bahwa syariah yang diajarkan Nabi Muhammad adalah benar dari Tuhan. Sekarang, saya pribadi meyakini bahwa Masjidil Haram itu adalah salah satu tempat yang diklaim oleh 3 agama samawi. Saya akan memberikan penjelasan pada email yang lain.
"Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu - kalau begitu - termasuk golongan orang-orang yang zalim." [QS.2:145]
Nabi Muhammad diperingatkan untuk tidak mengikuti keinginan para ahli kitab agar menjadi bergolongan dan merasa benar sendiri, seperti yang terjadi di dunia hingga detik ini. Masing-masing syariah dibenarkan, dan tidak tidak pula perlu menjadi bergolongan.
"Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui." [QS.2:146]
Dari ajaran yang dibawa Nabi Muhammad (Al Quran), para pemegang Injil dan Taurat akan menemukan hal yang tidak asing - karena sama seperti apa yang tertulis dalam kitab mereka. Bahkan hal ini diumpamakan oleh Allah 'seperti mengenali anak sendiri.'
"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." [QS.2:148]
Pada hakikatnya, kebenaran bagi setiap syariah adalah bahwa kita melaksanakan apa yang diperintahkan Allah SWT, yakni berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan sebagaimana ditegaskan lagi dalam kisah berikut:
"Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar". [QS.2:111]
"(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." [QS.2:112]
Orang-orang Yahudi maupun Nasrani mengklaim bahwa hanya merekalah masing-masing yang paling benar, yang berhak masuk surga. Dibantah oleh Allah dalam ayat berikutnya, "Tidak demikian, siapa pun yang berserah diri, berbuat kebajikan, maka dapat pahala", dan bisa mendapat ganjaran surga, tanpa melihat syariah yang diyakininya!
Akhirnya saya pribadi meyakini bahwa syariah adalah sekumpulan rules, peraturan dari Tuhan, bukan penentu masuk tidaknya kita ke Surga. Kepatuhan pada syariah yang kita ikutilah yang akan membawa kita kepada ganjaran yang baik dari yang Maha Kuasa. Syariah adalah penguji kepatuhan.
Apa pun agama anda, kembalilah ke ajaran murni yang sebenarnya dari KITAB masing-masing. Kita sebenarnya sedang diuji oleh yang Maha Kuasa dengan perbedaan syariah. Syariah yang berbeda seharusnya tidaklah membuat kita saling iri hati, dengki, bahkan sampai mengobarkan peperangan. Tuhan kita adalah Tuhan yang satu. mari kita damaikan perselisihan antara orang-orang yang beriman di antara kita.
Umat Muhammad dan Umat Musa harusnya berterima kasih kepada para misionaris umat Isya. Berkat mereka benua Amerika, Eropa, dan penjuru dunia lain telah mengenal agama Ibrahim yang lurus lewat syariah Injil.
Umat Isya dan umat Musa harusnya berterima kasih pada pendakwah-pendakwah 'Muslim' yang hingga saat ini mampu mengajak lebih dari 2 Milyar manusia di muka bumi ini mengenal Agama Tauhid melalui syariah Al Quran.
Umat Isya dan Umat Muhammad seyogyanya berterima kasih kepada umat Nabi Musa yang karena derajatnya ditinggikan oleh Allah, mereka mampu memberikan warna pada ilmu pengetahuan di antara umat manusia.
Mari sebarkan perdamaian. Anda tentu tidak akan meledakkan bom di gereja, sinagog, mesjid, dan tempat-tempat ibadah lain karena sekarang anda tahu bahwa orang-orang yang ada di dalam sana sedang memuliakan Tuhan yang juga anda sembah, meski dengan cara yang berbeda, tapi direstui oleh Tuhan anda.
Dengan pemahaman ini saya yakin ayat berikut sudah terpenuhi:
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat." [QS.110:1-3]
Apakah waktunya sudah dekat?
Mari saudara-saudaraku, kita saling bahu membahu menegakkan agama Ibrahim yang lurus. Dengan kembali memurnikan ajaran kitab masing-masing, lepaskan segala asumsi dan arogansi agama. Berpegang teguhlah pada kitab yang kita pegang, apa pun itu. Jangan mengambil asumsi di luar dari kitab yang diturunkan oleh Allah.
"Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui." [QS.6.115]
Kalimat Tuhan tidak hanya ada di dalam kitab Al Quran, akan tetapi juga ada di dalam kitab Injil dan Taurat. Dan yakinlah bahwa pesan kelurusan agama Ibrahim akan tetap kekal dalam kitab-kitab suci tersebut. Tidak ada tangan manusia yang dapat merobah (kemurnian) nya.
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)." [QS.6:116]
Menyebarkan pemahaman ini adalah tugas yang berat, kebanyakan orang di muka bumi ini masih menyangka bahwa golongan merekalah yang terbaik. Padahal sesungguhnya tidak. Karena itu, mari kita tegakkan agama Ibrahim yang lurus!
Allah bersama kita.
Salam,
Mohammad Taufiq
0 Comments:
Post a Comment