Intisari Rukun Iman
RUKUN IMAN
Rasulullah saw bersabda ketika bertanya kepada Malaikat Jibril:
"Beritahukan kepadaku tentang iman" Dia (Malaikat Jibril) berkata: "Agar kamu beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan beriman kepada Qadar-Nya baik dan buruk." [HR Bukhari dan Muslim].
Rukun iman ada enam:
- Iman kepada Allah SWT,
- Iman kepada Malaikat-malaikat-Nya,
- Iman kepada Kitab-kitab-Nya,
- Iman kepada Para Rasul-Nya,
- Iman kepada Hari Akhir serta,
- Iman kepada Taqdir yang baik dan yang buruk (Qada & Qadar) dari Allah SWT.
1. IMAN KEPADA ALLAH
Beriman kepada Allah artinya membenarkan dengan sepenuh hati terhadap adanya Zat Allah SWT yang tidak ada yang mendahului sebelumnya dan tidak ada yang mengakhiri setelah-Nya. Dia-lah yang pertama dan Dia-lah yang terakhir. Dia-lah yang nyata dan tidak ada sesuatu apapun di atas-Nya. Dia-lah yang batin dan tidak ada sesuatu apapun di bawah-Nya, yang Maha Hidup dan dia-lah satu-satunya tempat bergantung.
Tersebut dalam firman-Nya:
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ
"Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia." (QS Al-Ikhlas [112]: 3-4).
Dan ke-Esa-an-Nya dalam:
- Ilahiyah-Nya,
- Rubbubiyah-Nya, dan
- Asma' dan Sifat-Nya.
Ke-Esa-an dalam Ilahiyah atau Tauhid Ilahiyah yaitu menge-Esa-kan Allah dari segala macam ibadah, baik yang nyata maupun yang batin, baik perkataan maupun perbuatan. Dan meniadakan ibadah pada selain Allah.
Ke-Esa-an Rubbubiyah atau Tauhid Rubbubiyah yaitu pengakuan yang kuat bahwa Allah SWT adalah Tuhan atas segala sesuatu, Rajanya, Penciptanya, Pemeliharanya, Pengaturnya tiada satu pun yang berserikat dengannya dalam kekuasaan-Nya, tidak mempunyai wali yang lebih rendah darinya, tidak ada yang menolak perintah-Nya, memberi iqab kepada-Nya dan tidak ada yang menyamai-Nya. Tidak ada seorang pun yang menentang hakikat Rubbubiyah Allah dan tuntutan-tuntutan asma' (nama) dan sifat-sifat-Nya.
Ke-Esa-an Asma' dan Sifat-Nya atau Tauhid Asma wa Sifat yaitu mengimani apa-apa yang disifatkan allah terhadap diri-Nya sendiri dalam kitab-Nya dan apa-apa yang disifatkan oleh Rasul-Nya dari asma'ul husna dan sifat al-'ulya. Misalnya Allah mempunyai sifat berjalan, akan tetapi tidak boleh ditanyakan bagaimana Allah berjalan sebagaimana Allah telah mengumpulkan antara menetapkan sifat-Nya dan meniadakan sebagaimana yang tersebut dalam kitab-Nya:
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْماً
"Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya." (QS Thaha [20]: 110)
يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS Asy-Syura [42]: 11)
2. IMAN KEPADA PARA MALAIKAT-NYA
Beriman kepada malaikat yaitu memantapkan keyakinan bahwa mereka ada wujudnya dan bahwa mereka adalah makhluk Allah yang terjaga dan terpelihara.
بَلْ عِبَادٌ مُّكْرَمُونَ
"Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan,"
لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُم بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
"... mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya." (QS Al-Anbiya' [21]: 26-27)
Jumlah malaikat itu banyak sekali. Namun yang perlu untuk diketahui oleh setiap muslim adalah:
- Malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu kepada utusan Allah adalah Rahul Quds, atau Jibril.
- Malaikat yang bertugas mengatur turunnya hujan adalah Mikail,
- Malaikat yang bertugas meniup terompet adalah Israfil,
- Malaikat pencabut nyawa yaitu Izrail,
- Malaikat pencatat amal perbuatan manusia yaitu Rakib dan Atid,
- Malaikat penjaga hamba di kiri kanan dan belakang depan yaitu al-Muakibat,
- Malaikat penjaga jannah yaitu Ridwan,
- Malaikat penjaga neraka yaitu Malik,
- Malaikat penjaga kubur yaitu Munkar dan Nakir,
Serta para Malaikat yang bertugas menetapkan ketentuan Allah pada janin dalam kandungan, para malaikat yang masuk di Baitul Makmur sebanyak 70 ribu dan tidak kembali lagi, para malaikat yang selalu mengikuti di majelis-majelis dzikir. Mereka ada yang berbaris dan berdiri, ada yang ruku dan sujud terus menerus dan masih banyak lagi.
3. IMAN KEPADA KITAB-KITAB SUCI-NYA
Beriman kepada kitab-kitab Allah yaitu membenarkan dengan sebenar-benarnya bahwa semuanya yang diturunkan dari sisi Allah SWT dan sesungguhnya Allah berbicara dengannya secara nyata, dan ada juga yang mendengar di balik hijab tanpa menggunakan perantara dari malaikat. Ada yang disampaikan kepada malaikat lalu diwahyukan kepada Rasul. Kitab-kitab itu ada yang ditulis Allah dengan tangan-Nya sendiri semua terealisasi dalam firman-Nya,
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْياً أَوْ مِن وَرَاء حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ
"Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantara wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus dengan seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya Allah apa yang Dia kehendaki." (QS As-Syuura [42]:51)
وَكَتَبْنَا لَهُ فِي الأَلْوَاحِ مِن كُلِّ شَيْءٍ مَّوْعِظَةً
"Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (batu tulis/Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu." (QS Al-A'raf [7]: 145).
Firman Allah tentang nabi Isa as:
وَآتَيْنَاهُ الإِنجِيلَ
"Dan Kami berikan kepadanya Injil." (QS Al-Maidah [5]: 46)
وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُوراً
"Dan Kami telah berikan kepada Dawud kitab Zabur." (QS An-Nisa' [4]:163)
Firman Allah tentang nabi Muhammad saw:
وَقُرْآناً فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنزِيلاً
"Dan Al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian....." (QS Al-Isra' [17]: 106).
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيّاً لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
"Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya". (QS Yusuf [12]:2)
وَكَذَلِكَ أَنزَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيّاً وَصَرَّفْنَا فِيهِ مِنَ الْوَعِيدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْراً
"Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qur'an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Qur'an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka. (QS Thaha [20]:113)
وَإِنَّهُ لَتَنزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَنَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ
عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنذِرِينَبِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُّبِينٍ
"Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb Semesta Allah, ia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringataan dengan bahasa Arab yang jelas." (QS Asy-Syu'ara [26]: 192-195).
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاءهُمْ وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌلَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنزِيلٌ مِّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
"Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka) dan sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadamu (Al-Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun belakangnya yang diturunkannya dari tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." (QS al-Fushilat [41]: 41-42).
Apa hak Al-Qur'an yang wajib dilaksanakan oleh pemeluknya?
Yaitu mengikutinya baik secara zhahir maupun bathin, berpegang teguh kepadanya dan mengamalkan semua hak-haknya. Firman Allah SWT,
اتَّبِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلاَ تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِ أَوْلِيَاء
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya." (QS Al-A'raf [7]: 3).
وَهَـذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Dan Al-Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan dan diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (QS Al-An'am [6]: 155).
4. IMAN KEPADA PARA NABI DAN RASUL-NYA
Beriman kepada Rasul-rasul yaitu membenarkan dengan sebenar-benarnya bahwa Allah SWT mengutus Rasul kepada setiap umat dari golongan mereka sendiri yang menyeru kepada mereka untuk beribadah kepada allah yang Esa dan ingkar kepada sesembahan lain-Nya. Bahwa para rasul itu semua orang yang dapat dipercaya, penunjuk jalan, sebaik-baik manusia akan keimanan dan ketakwaannya, memberi jalan orang yang diberi petunjuk, dengan membawa petunjuk-petunjuk yang nyata dan ayat-ayat yang jelas dari Rabb mereka sebagai penguatnya. Dan mereka itu menyampaikan seluruh yang dirisalahkan Allah terhadap mereka, tidak sedikit pun mereka menyembunyikan, merubah atau menambah atau menguranginya walau hanya satu huruf. Firman Allah SWT:
فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلاَّ الْبَلاغُ الْمُبِينُ
"Maka tidak ada kewajiban atas para Rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang." (QS An-Nahl [16]: 35).
Beriman kepada para Rasul adalah salah satu rukun aqidah tanpa membedakan di antara mereka.
قُولُواْ آمَنَّا بِاللّهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَمَا
أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
"Katakanlah (hai orang-orang mukmin): 'Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta yang diberikan kepada nabi-nabi di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (QS Al-Baqarah [2]: 136).
Setiap Rasul itu diutus khusus kepada umat mereka, sebagaimana firman Allah:
وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ
"Dan tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk." (QS Ar-Ra'd [13]: 7)
Adapun Rasulullah Muhammad SAW, diutus kepada seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
"Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam." (QS Al-Anbiya' [21]: 107).
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيراً
"Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam." (QS Al-Furqan [25]: 1).
Dan Rasulullah Muhammad saw adalah penutup para nabi.
Allah SWT berfirman:
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi (Khaataman Nabiyyin)." (QS Al-Ahzab [33]: 40).
5. IMAN KEPADA HARI AKHIR
Pengertian iman kepada hari akhir (kiamat) secara umum adalah mempercayai dan menyakini bahwa seluruh alam semesta dan segala seisinya pada suatu saat nanti akan mengalami kehancuran dan mengakui bahwa setelah kehidupan iniakan ada kehidupan yang kekal yaitu akhirat.
Pengertian iman kepada hari akhir/kiamat terbagi dua yaitu pengertian iman kepada hari akhir menurut bahasa dan pengertian hari akhir menurut istilah.
Pengertian iman kepada hari akhir menurut bahasa (etimologi) adalah percaya akan datangnya hari akhir/kiamat. Sedangkan Pengertian iman kepada hari akhir menurut istilah (terminologi) adalahmempercayai dan menyakini akan adanya kehidupan yang kekal dan abadi setelah kehidupan ini.
Sebelumnya Pengertian hari akhir/kiamat adalah hari kebinasaan atau kehancuran dunia dan seisinya. Pengertian hari akhir/kiamat juga terbagi dua yakni pengertian hari akhir menurut bahasa dan pengertian hari akhir menurut istilah. Pengertian hari akhir menurut bahasa (etimologi) adalah hari berakhirnya segala sesuatu yang ada dimuka bumi. Sedangkan pengertian hari akhir menurut istilah (terminologi) adalah peristiwa dimana alam semesta beserta isinya hancur luluh yang akan membunuh semua makhluk didalamnya tanpa terkecuali.
Dalam Al-Qur’an ada banyak ayat yang menjelaskan tentang terjadinya hari akhir. Seluruh-ayat-ayat Al-Qur’an tersebut dalam menggambarkan hari akhir menunjukkan bahwa peristiwa pada hari itu sangat dahsyat. Beberapa ayat Al-Qur’an yang menggambarkan hari akhir adalah:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡۚ إِنَّ زَلۡزَلَةَ ٱلسَّاعَةِ شَيۡءٌ عَظِيمٞ ١ يَوۡمَ تَرَوۡنَهَا تَذۡهَلُ كُلُّ مُرۡضِعَةٍ عَمَّآ أَرۡضَعَتۡ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَهَا وَتَرَى ٱلنَّاسَ سُكَٰرَىٰ وَمَا هُم بِسُكَٰرَىٰ وَلَٰكِنَّ عَذَابَ ٱللَّهِ شَدِيدٞ ٢
Artinya: 1) Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat) 2) (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya (Q.S. al-Hajj: 1-2)
Ayat di atas menggambarkan peristiwa hari kiamat yang ditandai dengan guncangan bumi dan alam semesta ini dengan sangat keras. Pada hari itu setiap manusia memikirkan dirinya sendiri. Ia tidak peduli dengan orang lain, bahkan anaknya sendiri.
Allah Berfirman,
إِذَا زُلۡزِلَتِ ٱلۡأَرۡضُ زِلۡزَالَهَا ١ وَأَخۡرَجَتِ ٱلۡأَرۡضُ أَثۡقَالَهَا ٢
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat) 2) dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. (Q.S. az-Zalzalah: 1–2)
Tidak ada manusia yang dapat menyelamatkan diri pada hari kiamat. Saat itu bumi akan mengeluarkan bebannya. Bumi tidak lagi dapat menahan bebannya karena memang telah terjadi kerusakan di sana sini.
Firman Allah lainnya,
وَحُمِلَتِ ٱلۡأَرۡضُ وَٱلۡجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةٗ وَٰحِدَةٗ ١٤ فَيَوۡمَئِذٖ وَقَعَتِ ٱلۡوَاقِعَةُ
Gunung-gunung bahkan pada hari itu telah lepas dari permukaan bumi dan saling berbenturan satu sama lain. Apalagi kondisi bumi, tidak ada yang mengendalikan lagi sehingga hancur lebur. Ayat di atas memiliki kemiripan degan Surah al-Waqi‘ah [56] ayat 4–5 yang artinya,
إِذَا رُجَّتِ ٱلۡأَرۡضُ رَجّٗا ٤ وَبُسَّتِ ٱلۡجِبَالُ بَسّٗا
" ... apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya 5) dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya."
ٱلۡقَارِعَةُ ١ مَا ٱلۡقَارِعَةُ ٢ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡقَارِعَةُ ٣ يَوۡمَ يَكُونُ ٱلنَّاسُ كَٱلۡفَرَاشِ ٱلۡمَبۡثُوثِ ٤ وَتَكُونُ ٱلۡجِبَالُ كَٱلۡعِهۡنِ ٱلۡمَنفُوشِ
Jika keadaan bumi dan gunung saja hancur lebur, apalagi manusia. Dalam Surah al-Qa-ri‘ah di atas dijelaskan bahwa manusia saat itu seperti laron-laron yang beterbangan. Dengan dahsyatnya peristiwa pada hari kiamat tersebut, semua makhluk Allah mati. Tidak ada tanda-tanda kehidupan pada hari itu.
6. IMAN KEPADA QADA & QADAR (TAKDIR) DARI-NYA
Kata qada dan qadar dalam kehidupan kita sehari-hari bukan sesuatu yang asing. Secara bahasa, kata qada berarti keputusan atau ketetapan. Qada secara istilah berarti keputusan atau ketetapan atas suatu rencana Allah SWT. yang hendak dilaksanakan. Kata qadar secara bahasa berarti jangka atau ukuran. Qadar secara istilah mengandung pengertian pelaksanaan dari rencana Allah, baik yang berupa ukuran atas sesuatu atau pelaksanaan ketentuan Allah di dunia ini.
Dengan pengertian di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa qada adalah ketentuan Allah SWT. atas segala sesuatu yang di dalamnya terdapat kehendak-Nya sedangkan qadar adalah perwujudan atas kehendak, ukuran, dan ketentuan Allah atas segala sesuatu. Kedua hal tersebut biasa kita kenal sebagai takdir.
Iman kepada qada dan qadar artinya membenarkan dalam hati tentang adanya qada dan qadar Allah kemudian diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan anggota badan. Mengimani qada dan qadar merupakan bagian dari rukun iman sehingga harus kita yakini. Bukti adanya qada dan qadar Allah sebagaimana banyak dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah.
Ayat-ayat Al-Quran Tentang Qada dan Qadar
إِنَّا كُلَّ شَيۡءٍ خَلَقۡنَٰهُ بِقَدَرٖ
"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran"
Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (kadar) masing-masing. Apa pun yang diciptakan Allah SWT seperti yang ada di alam semesta, misalnya bumi, langit, manusia, batu, binatang, hingga atom terkecil telah ditetapkan ukurannya. Arti ukuran di sini bisa berarti ukuran besarnya, jumlahnya, kemampuannya, atau sifat-sifatnya. (QS. Al-Qamar: 49)
وَٱلشَّمۡسُ تَجۡرِي لِمُسۡتَقَرّٖ لَّهَاۚ ذَٰلِكَ تَقۡدِيرُ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡعَلِيمِ
" .. dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (QS. Yasin: 38)
Dalam ayat ini Allah SWT. menyatakan bahwa matahari berjalan di tempat peredarannya. Seperti kita ketahui dengan ilmu pengetahuan terkini, matahari, bintang, planet dan setiap benda langit, tidak diam di satu tempat. Setiap benda langit senantiasa bergerak dalam garis edarnya. Ilmu pengetahuan menyebut garis edar ini sebagai orbit.
Adanya garis orbit tersebut menyebabkan setiap benda langit bergerak dengan teratur sehingga tidak bertabrakan satu dengan yang lain. Allah SWT telah dengan cermat mengatur jarak antarbenda langit dan menentukan jalan edar masing-masing. Jarak dan jalan edar tersebut merupakan takdir atau ketentuan Allah SWT.
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ٢٢ لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٍ ٢٣
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 23. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Al-Hadid:22-23)
Ayat ke-22 Surah Al Hadid menyatakan bahwa setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa diri kita telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfuz). Dengan kata lain, apa pun yang terjadi di bumi dan pada diri kita sebenarnya telah tercatat di dalam kitab atau lauhul mahfuz sebelum ditunjukkan oleh Allah dalam bentuk nyata.
Pernyataan ini memiliki dua makna penting. Pertama, menunjukkan pengetahuan Allah SWT atas segala sesuatu. Sebagai sebuah urutan kejadian, Allah telah menuliskan apa pun yang akan terjadi di dunia ini dalam sebuah kitab yang dikenal sebagai lauh mahfud atau lembaran yang terjaga. Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa Allah telah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi.
Meskipun Allah telah berkehendak atas sesuatu, Dia masih membuka peluang interaksi dengan manusia sebagai pelaku kehidupannya. Dengan demikian, manusia masih memiliki kesempatan untuk berkontribusi pada sesuatu yang akan terjadi, sedangkan Allah tetap sebagai penentu akhir. Manusia boleh berusaha sekeras dan sebaik yang ia bisa. Akan tetapi, keputusan tetap dalam kekuasaan Allah SWT. Keberhasilan dan kegagalan tidak ditentukan oleh usaha manusia, tetapi atas keputusan Allah SWT.
Hal ini tidak dapat dipahami bahwa manusia tidak perlu berusaha karena yang menentukan pada akhirnya juga Allah SWT. Maksud ayat ini agar manusia tidak bersedih hati atas harapan yang tidak tercapai, meskipun telah berusaha karena hal ini telah menjadi keputusan Allah. Demikian pula sebaliknya, keberhasilan yang kita peroleh pada hakikatnya karena keputusan Allah SWT, dan bukan semata karena kita.
لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ سُوٓءٗا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS. Ar-Ra'd: 11)
Ayat ini menyatakan bahwa Allah SWT tidak akan mengubah keadaan pada diri seorang sebelum dia berusaha sebaik mungkin untuk mengubah keadaan dirinya sendiri. Dengan penjelasan ayat di atas, menunjukkan adanya hukum sebab akibat dalam penentuan takdir manusia. Contohnya, jika kita mau bekerja dengan sungguh-sungguh, kita akan berubah dari keadaan tidak berpunya menjadi manusia yang sukses.
Di dalam al-Quran masih banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang qada dan qadar. Semoga postingan singkat tentang tafsir ayat-ayat al-Quran tentang qada dan qadar dapat bermanfaat.
Wallahu a'lam Bisshawwab.
0 Comments:
Post a Comment