Islam, Rahmat Bagi Alam Semesta

Saturday, July 24, 2010

Tentang Sujud Sahwi


Segala puji bagi Allah Yang membaguskan susunan ciptaan-Nya, Yang menciptakan langit dan bumi, mengatur rezeki dan makanan, Yang menghidupkan dan mematikan, serta Yang memberi pahala atas perbuatan-perbuatan baik. Shalawat dan salam bagi junjungan kita, Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beserta ahlul baitnya, para shahabat salaffus Shalih serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Banyak kaum muslimin yang belum memahami tentang 'sujud sahwi' ketika melakukan kesalahan dalam pelaksanaan shalat, sehingga ada yang meninggalkannya sama sekali, padahal dia wajib untuk melakukannya.

Oleh karena itu, dengan memohon taufiq dan inayah dari Allah subhanahu wata’ala, kami sajikan tulisan tentang sujud sahwi ini. Semoga bisa membantu dan ber-manfaat bagi semua saudara-saudaraku seiman, dan semoga menjadi amal shalih bagi penulis. 

Di dalam kitab “Shalatul Mukmin” karya Syaikh Said bin Ali Bin Wahf Al-Qahthany, beliau mengutip fatwa gurunya Syekh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz rahimahullah, lalu beliau berkata,

“Permasalahan sujud sahwi ini adalah permasalahan yang cukup terbuka luas, jadi boleh saja dilakukan sebelum salam ataupun setelah salam, namun yang paling afdhal (utama), sujud sahwi dilakukan sebelum salam, kecuali dalam dua kondisi berikut ini: 

PERTAMA
Karena terjadi kekurangan, atau karena terjadi kelebihan

Berikut ini contoh sujud sahwi karena terjadi kekurangan seperti mengucapkan salam di raka’at ke dua shalat Zhuhur; Seperti kasus yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sedang melaksanakan shalat Dzuhur atau ‘Ashar bersama para shahabatnya, dan pada raka'at yang ke dua beliau memberi salam. Kemudian ada seorang shahabat yang langsung ke luar dari masjid seraya mengucapkan,

“Shalat telah diqashar”, (bersamaan dengan itu) Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, berjalan menuju tiang masjid lalu bersandar (di tiang tersebut) seolah-olah beliau marah.

Lalu ada seorang shahabat yang lain berdiri, kemudian bertanya, “Ya Rasulullah, apakah engkau lupa atau (memang) shalat sengaja diqashar?” Beliau menjawab, “Saya tidak lupa dan shalat juga tidak diqashar”. Laki-laki itu berkata, “Kalau begitu engkau lupa”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada shahabatnya yang lain, “Apakah benar apa yang diucapkannya?”. Para shahabat yang lain pun menjawab, “Ya”. Maka beliau langsung maju ke depan, lalu mengerjakan sisa dua raka'at yang tertinggal, lalu beliau memberi salam, kemudian beliau sujud sahwi dua kali, lalu memberi salam lagi.” 

Juga seperti kasus yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari ‘Imran

Ibnu Hushain radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
“Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, pernah melakukan shalat ‘Ashar tiga raka'at lalu memberi salam, kemudian beliau masuk ke dalam rumahnya, lalu ada seorang shahabat (bernama) “Al-Khirbaaq” berdiri mengingatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang apa yang beliau lakukan, lalu beliau keluar (dari rumahnya) dalam keadaan marah sambil menyeret sorbannya hingga menemui shahabat lainnya, lalu beliau bertanya, “Apa benar yang dikatakan olehnya?” Mereka menjawab, “Benar,” lalu beliau menambahkan satu raka'at lagi, kemudian sujud sahwi dua kali lalu memberi salam, (dalam riwayat lain), 

“Beliau shalat satu raka'at lagi, lalu memberi salam, kemudian sujud sahwi dua kali lalu memberi salam.” 

Keterangan:
Dalam hadits di atas ini terdapat kelonggaran, yaitu boleh melakukan sujud sahwi sebelum salam atau sesudah salam, karena redaksi hadits yang diriwayatkan Imam Muslim yang bersumber dari 'Imran Ibnu Hushain radhiyallahu ‘anhu di atas ini ada dua riwayat, yang masing-masing adalah hadits shahih. 

Berikut ini contoh sujud sahwi karena terjadi kelebihan seperti shalat Zhuhur 5 raka'at; Sebagaimana kasus yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Muslim dan lainnya dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat Zhuhur lima raka'at, lalu para shahabat bertanya kepada beliau, “Apakah ada tambahan dalam shalat?” Beliau balik bertanya, “Ada apa?” Mereka para shahabat menjawab, “Engkau telah melakukan shalat Zhuhur lima raka'at.” Lalu beliau langsung menghadap Kiblat untuk melakukan sujud sahwi dua kali, kemudian salam lagi. 

KEDUA
Apabila terjadi keraguan dalam jumlah raka'at shalat 

Seperti seseorang ragu-ragu apakah dia sedang di raka'at ke-3 atau ke-2, kalau dia punya kecenderungan kepada salah satu dari dua hal yang dia ragukan maka dia sujud sahwi setelah salam. 

Misalnya seorang shalat Zhuhur, lalu pada salah satu raka'atnya timbul keraguan dalam hatinya, apakah dia sedang di raka'at ke-3 atau ke-2, akan tetapi kuat dugaannya bahwa dia berada pada raka'at ke-3, maka dia harus menetapkan bahwa raka'at itu sebagai raka'at ke tiga, kemudian dia menambahkan satu raka'at lagi, setelah memberi salam hendaklah dia sujud sahwi dua kali, lalu kemudian salam lagi. 

Landasan tentang kasus seperti ini adalah hadits yang bersumber dari Abdullah Bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian ragu-ragu dalam shalatnya, maka hendaklah dia memilih yang dia anggap paling benar, lalu hendaklah dia sempurnakan shalatnya, lalu salam, kemudian sujud dua kali.” (HR. al-Bukhari & Muslim) 

Catatan: Apabila seseorang ragu-ragu dan dia tidak memiliki kecenderungan kepada salah satu dari dua hal yang dia ragukan tersebut, artinya dia tidak cenderung kepada raka'at ke-3 dan juga tidak cenderung kepada raka'at ke-2 maka sujud sahwinya dilakukan sebelum salam. 

Contohnya seseorang melaksanakan shalat ‘Ashar, lalu timbul keragu-raguannya pada salah satu raka'atnya apakah dia sedang diraka'at ke-2 atau di raka'at ke-3, dan dia tidak ada kecenderungannya kepada salah satu dari keduanya, maka dia harus menetapkan bahwa raka'at itu adalah raka'at ke dua, karena itulah raka'at yang sudah pasti, lalu dia melakukan tasyahhud awal, kemudian dia tambahkan shalatnya dua raka'at lagi, dan sebelum memberikan salam hendaklah dia sujud sahwi. 

Hal ini didasarkan kepada hadits dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Apabila salah seorang di antara kalian ragu-ragu dalam shalatnya, sehingga dia tidak tahu berapa raka'at yang telah dia lakukan tiga atau empat, maka hendaklah dia buang jauh keraguannya itu dan hendaklah dia menyempurnakan shalatnya atas dasar apa yang sudah diyakini, kemudian hendaklah dia sujud sahwi dua kali sebelum salam, jika yang dilakukannya itu merupakan raka'at ke lima maka dua sujud itu yang menggenapkannya dan jika dia benar menyempurnakan empat raka'at, maka jadilah dua sujud itu sebagai hinaan atas setan.” (HR. Muslim) 

Contoh-contoh sujud sahwi sebelum salam: 

1. Karena lupa tasyahhud awal
Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Abdullah Bin Buhainah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, shalat Zhuhur bersama para shahabat, kemudian beliau bangkit pada raka'at yang ke dua (maksudnya beliau tidak melakukan tasyahhud awal) dan para makmum pun ikut bersama beliau, hingga ketika shalat hendak selesai, sedangkan para makmum menunggu salamnya, namun beliau bertakbir dalam posisi sedang duduk lalu sujud dua kali sebelum salam, kemudian baru beliau memberi salam.”

2. Karena lupa jumlah raka’at
Sebagaimana dalam hadits Imam Muslim meriwayatkan dari 'Imran Ibnu Hushain radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, pernah melakukan shalat ‘Ashar tiga raka'at lalu memberi salam, kemudian beliau masuk ke dalam rumahnya, lalu ada seorang shahabat (bernama) “Al-Khirbaaq” berdiri mengingatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang apa yang beliau lakukan, lalu beliau keluar (dari rumahnya) ..... menemui shahabat yang lain, lalu beliau bertanya, “Apa benar yang dikatakan olehnya? Mereka menjawab, “benar.” Lalu beliau menam-bahkan satu raka'at lagi, kemudian sujud sahwi dua kali lalu memberi salam.” 

Sujud Sahwi Bagi Makmum 
Wajib bagi makmum untuk mengikuti imam yang melakukan sujud sahwi, berdasarkan keumuman perintah dalam mengikuti imam, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, telah bersabda, 

“Imam itu dijadikan untuk diikuti, maka janganlah menyelisihinya …(sampai beliau mengungkapkan) apabila imam sujud maka hendaklah kalian sujud.” (Muttafaqun 'Alaih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu) 

Makmum wajib mengikuti imam sujud sahwi, apakah imam itu melakukan sujud sahwi setelah salam atau sebelum salam, kecuali bagi makmum yang masbuq (ketinggalan raka'at), maka dia tidak wajib mengikuti imamnya yang sujud sahwi setelah salam, sebab dalam kondisi seperti itu tidak memungkinkan baginya untuk mengikuti imam, tetapi hendaklah dia bangkit untuk menyempurnakan shalatnya setelah imam salam, dan setelah itu hendaklah dia melakukan sujud sahwi setelah salam, kemudian salam lagi. Wallahu 'Alam Bishshowaab. 

Dari: Abu Abdillah Dzahabi
Artikel Buletin An-Nur 

0 Comments:

Post a Comment

Folder Arsip

Loading...

Rekam Arsip

Rekomendasi Arsip

Followers