Islam, Rahmat Bagi Alam Semesta

Friday, July 23, 2010

Pengalaman Belajar Syaikh Al-Baghdadi




Pada suatu hari, Syaikh Junayd al-Baghdadi pergi untuk jalan-jalan keluar Baghdad. Dan para murid-murid pun ikut mengiringinya.

Shaykh bertanya kepada murid-muridnya, "bagaimana kabar Bahlul yang gila itu?"

Mereka menjawab, “Dia adalah orang gila, apa yang anda perlukan dari dia?” 
“Bawalah aku ke tempat dia, karena aku ada keperluan khusus dengannya."
Mematuhi perintah sang guru, para murid kemudian berkeliling mencari Bahlul dan akhirnya menemukannya di padang pasir. Mereke membawa Shaykh Junayd kepadanya.

Ketika Shaykh Junayd pergi mendekati Bahlul, Beliau melihat Bahlul dalam keadaan gelisah dengan batu bata ada dibawah kepalanya (Sedang tiduran?).

Shaykh mengucapkan salam kepadanya dan Bahlul menjawab salamnya dan kemudian bertanya: 
“Anda siapa? ” 

”Saya Junayd Baghdadi.” Jawab sang Syaikh.

Bahlul bertanya, “Apakah Anda Abul Qasim?”

“Ya, betul!” jawab Syaikh.

Bahlul bertanya lagi: "Apakah Anda Shaikh Baghdadi yang memberikan orang-orang Petunjuk spiritual? ” 

“Ya, betul!” jawab Syaikh Baghdadi.

Kemudian Bahlul bertanya: ” Tahukah Anda bagaimana cara makan?” 

Syaikh Baghdadi menjawab: “Ya!” Saya membaca Basmallah (Dengan menyebut nama Allah SWT). Saya mengambil makanan yang paling dekat dengan saya, saya mengambil gigitan kecil, meletakkannya di sisi kanan dari mulut saya, dan mengunyahnya pelan-pelan. Saya mengingat Allah SWT saat makan. Untuk sebutir apapun yang saya makan, Saya mengucap Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah SWT). Saya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.” 

Bahlul berdiri, mengibaskan pakaiannya pada Syaikh, dan kemudian berkata:
"Anda ingin menjadi pemimpin spiritual dunia, tapi Anda sama sekali tidak mengetahui bagaimana cara makan yang benar!”

Dan, setelah mengucapkan kata-kata tersebut, dia langsung pergi meninggalkan sang Syaikh.
Para Murid Syaikh berkata, “O, Syaikh! Sungguh dia itu orang yang gila!” 

Syaikh menjawab: "Dia adalah orang gila yang sangat pandai dalam berbicara, jadi dengarkan dan simaklah pernyataan yang benar darinya". Setelah mengucapkan kata-kata nasihat untuk muridnya, kemudian Syaikh Baghdadi pergi menyusul dan membuntuti dibelakang Bahlul yang terus berjalan, seraya berkata;

”Saya ada perlu dengan Bahlul.” Ketika Bahlul mencapai bangunan yang berdebu, dia akhirnya duduk. 
Junayd pun mendekatinya dan kemudian ikut duduk di depannya. 

Bahlul bertanya, “Siapakah Anda?” 

Syaikh menjawab: ”Syaikh Baghdadi yang bahkan tidak mengetahui bagaimana cara makan.” 

Bahlul pun meneruskan kalimatnya: 
”Anda tidak mengetahui bagaimana cara makan, tapi apakah Anda tahu bagaimana cara berbicara?” 

“Ya, tentu ..!” 

Bahlul bertanya lagi: ”Bagaimana anda berbicara ?” 

”Saya berbicara secara umum dan langsung pada pokok masalah. Saya tidak berbicara terlalu tinggi atau terlalu banyak. Saya berbicara sehingga para pendengar dapat mengerti apa yang saya sampaikan. Saya mengajak semua orang di dunia untuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya. Saya tidak berbicara terlalu banyak sehingga membuat semua orang menjadi bosan. Saya memperhatikan kedalaman pengetahuan spiritual dan yang umum."

Kemudian sang Syaikh menggambarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan Adab dan etika. 

Bahlul berkata, “Lupakanlah soal makan, apalagi Anda pun tidak mengetahui bagaimana cara berbicara!” 

Bahlul kemudian berdiri, dan lagi-lagi mengibaskan pakaiannya pada Shaykh dan langsung pergi meninggalkan sang Syaikh yang penasaran. 

Para murid berkata, “O, Syaikh! Anda lihat bukan?, dia memang orang yang gila. Apa yang Anda harapkan dari orang yang gila?” 

Syaikh berkata, ”Saya ada keperluan dengan dia. Kalian tidak tahu!” Sekali lagi Beliau pergi menyusul Bahlul hingga mendapatkan orang yang dicarinya. 

Saat untuk kesekian kalinya keduanya bertemu, lagi-lagi Bahlul bertanya kepada Syaikh Baghdadi: 
“Apa yang sesungguhnya Anda inginkan dari saya? Anda yang tidak mengetahui Adab makan dan bicara, apakah Anda mengetahui bagaimana cara untuk tidur?” 

” Ya, saya tahu!” 

”Bagaimana cara tidur?” Bahlul bertanya.

Syaikh Junaid menjawab: ”Ketika saya selesai sholat Isya’ dan membacakan permohonan, saya pakai baju tidur saya.” 

Kemudian beliau menggambarkan adab-adab tidur yang sudah diterima oleh beliau dari para ulama yang menjadi guru-gurunya di bidang agama. 

Bahlul kemudian berkata: ”Saya mengerti bahwa Anda juga tidak mengetahui bagaimana cara untuk tidur!” 

Dia ingin berdiri, namun Junayd dengan sigap memegang pakaian sang musafir dan berkata: "Wahai Bahlul! Saya tidak mengetahuinya; Demi kecintaan kepada Allah SWT, mohon ajarilah saya". 

Bahlul berkata: 
"Anda mengklaim diri sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan berkata bahwa anda tahu sehingga Saya mencegah Anda. Sekarang karena Anda mengakui ketidak-tahuan Anda, maka saya akan mengajari Anda.” [Dari: Darisrajih.wordpress. (dengan penambahan seperlunya)]

Inilah nasihat dari Bahlul ...
“Mengetahui apapun yang Anda utarakan itu tidaklah penting.”
”Kebenaran di balik memakan makanan yang Anda makan menurut hukum adalah sepotong demi sepotong. Jika Anda makan makanan yang dilarang juga, meskipun dengan seratus adab, hal itu tidak akan menguntungkan Anda, bahkan bisa menjadi alasan untuk menghitamkan hati.!”

”Semoga Allah memberkati Anda pahala yang sangat besar.” ucap Syaikh.
Bahlul melanjutkan nasihatnya ...
"Hati haruslah bersih, dan memiliki niat yang baik sebelum Anda mulai bicara. Dan pembicaraan Anda haruslah menyenangkan Allah SWT. Jika menyangkut segala urusan duniawi atau pekerjaan yang sia-sia, maka apapun yang Anda ekspresikan, akan menjadi bencana bagi Anda. Itulah sebabnya diam dan tenang adalah sikap yang terbaik.”

“Apapun yang Anda ucapkan tentang tidur juga tidak penting!".

"Kebenarannya adalah bahwa hati Anda seharusnya bebas dari permusuhan, cemburu, dan kebencian. Hati Anda seharusnya TIDAK rakus untuk dunia ini atau kekayaanya, dan ingatlah Allah SWT ketika hendak tidur".
Shaykh Junayd kemudian mencium tangan Bahlul dan berdoa untuk-nya.

Para murid yang menyaksikan kejadian ini, dan yang selama ini telah benganggap bahwa Bahlul adalah orang gila, melupakan segala prasangkanya dan bertekad untuk memulai hidup baru.

RENUNGAN MORAL:
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah diatas adalah bahwa jika seseorang tidak mengerti tentang sesuatu perkara, maka sudah seharusnya dia tidak malu untuk belajar; seperti Shaykh Junayd yang telah belajar Adab makan, bicara, dan tidur kepada Bahlul yang dianggap sebagai orang gila.

0 Comments:

Post a Comment

Folder Arsip

Loading...

Rekam Arsip

Rekomendasi Arsip

Followers