Menggapai Keridhaan Allah
“Allah telah menurunkan wahyu kepada Nabi Dawud A.S.: “Sesungguhnya orang yang sangat AKU kasih kepadanya ialah yang beribadat bukan karena upah pemberian, tetapi semata-mata karena AKU berhak untuk disembah. Dan siapakah yang lebih kejam dari orang yang menyembah-Ku semata-mata karena menginginkan sorga atau takut akan neraka? Andaikan AKU tidak menciptakan sorga dan neraka, apakah AKU tidak berhak untuk disembah?"
Firman Allah SWT:
وَمَا تُنفِقُونَ إِلاَّ ابْتِغَاء وَجْهِ اللّهِ وَمَا تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ
"Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan)." (QS al-baqarah ayat 272)
Dan bagi orang-orang yang sabar dan ikhlas dalam beramal shalih, maka Allah SWT akan memberikan ganjaran pahala berupa surga 'Adn:
وَعَدَ اللّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِّنَ اللّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Allah menjanjikan kepada orang-orang mu'min, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar." Dan bagi orang-orang yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian hartanya yang di rezekikan Allah baginya, baik dengan terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, maka tempatnya adalah di surga. (QS at-taubah ayat 72)
Firman Allah SWT:
وَالَّذِينَ صَبَرُواْ ابْتِغَاء وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُواْ الصَّلاَةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلاَنِيَةً وَيَدْرَؤُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُوْلَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّار :
"Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)," (QS ar-ra'd [13] ayat 22)
Manusia adalah makhluk hidup yang berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Ia diciptakan Allah memiliki kelebihan dan kesempurnaan, baik bentuk tubuh maupun lainnya. Dalam QS. Al-Tin [95]:4-6; Allah SWT ber Firman:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَإِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya" (QS. Al-Tin [95]:4-6)
Meskipun manusia memiliki kesempurnaan bentuk, hal ini belumlah menjamin ia memiliki kesempurnaan lainnya, bahkan sebaliknya manusia bisa menjadi makhluk yang sangat rendah kedudukannya di hadapan Allah! Pada dasarnya, manusia lebih unggul jika dibandingkan dengan malaikat dan binatang.
- Malaikat diberi akal, tetapi tdk diberi nafsu dan ia bersifat 'stagnan' (tetap). Mereka tdk berbuat maksiat kepada-Nya. Malaikat sangat menta'ati perintah Allah. Ada malaikat yang diperintah melakukan sujud sampai hari kiamat. Ada pula malaikat yang diperintah mencabut nyawa. Mereka belum pernah mengabaikan perintah Allah sehingga belum pernah ada satu makhluk pun yang tertinggal atau terlewat dari ketentuan ajal mereka.
- Binatang diberi nafsu, tapi tdk diberi-Nya akal. Binatang selalu melakukan sesuatu sebagai sifat 'hayawaaniyyah' (sifat kehewanan).
- Adapun manusia diberi-Nya akal dan juga nafsu. Disatu sisi manusia dapat menjadi makhluk yang sempurna [setingkat malaikat bahkan lebih], tetapi disisi lain, ia dapat menjadi makhluk yang hina dina dan dinista. Dengan akalnya, manusia menerima hidayah Allah sehingga ia dapat mengendalikan hawa nafsunya. Maka, posisi manusia saat itu menjadi makhluk yang paling sempurna. Namun jika akalnya dapat dikalahkan oleh nafsunya, ia menjadi makhluk yang paling hina bahkan lebih hina dari binatang yang paling hina. Manusia yang sempurna akalnya sehingga ia dapat mengendalikan nafsunya, Allah akan menempatkan posisi dirinya sebagai orang yang layak menerima ganjaran surga-Nya.
Firman Allah Swt:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya." (QS Al-Naziat [79]:40)
Tidak semata-mata Allah menciptakan sesuatu kecuali ada tujuan yang akan dicapai. Allah Swt. menciptakan manusia dengan tujuan agar manusia beribadah kepada Allah Swt. sesuai dengan Firman-Nya: "Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS Al-Dzariyat [51]:56)
Manusia seharusnya memperhatikan hikmah dan tujuan dari kejadian diri mereka serta mengabaikan tipu daya dunia dengan zuhud, karena pada hakekatnya dunia adalah fana. Dengan demikian, hanya orang-orang sadar yang melaksanakan ibadah, dan orang-orang yang sehat pikirannya dapat zuhud terhadap dunia.
Di sisi lain, Allah menguji manusia apakah mereka berkualitas atau tidak. Ujian tersebut diberikan dengan rasa takut, kelaparan, sakit, kehilangan-kekurangan harta dan sebagainya.
Allah menjelaskan tentang ujian kepada manusia, sebagaimana firman-Nya:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS Al-Baqarah, ayat 155).
Sesungguhnya Allah Swt menciptakan manusia dengan tujuan untuk memuuliakan manusia itu sendiri, yaitu beribadah kepada-Nya semata, bukan kepada selain-Nya.
Selalu ingat kepada Dzat Yang Maha Pencipta-tiada lain agar hidup berkah mudah didapat. Ingat [eling, jawa], merupakan proses kesadaran jiwa terhadap siapa sesungguhnya "pemerhati" diri ini....". Siapa pemberi fasilitas hidup ini sebenarnya. Mengapa begitu besar kepedulian-Nya kpd kita? Lalu, kita manusia sebagai makhluk hina, lemah, besar ketergantungannya, mengapa berani membuang semua perhatian-Nya, melupakan kepedulian-Nya? Lalu akal kita ditaruh dimana? Tidakkah seharusnya kita merasa malu?
Manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi esok hari, kenikmatan atau cobaan apa yang akan dirasakan. Apakah keberuntungan yang akan didapat atau sebaliknya ketika ajal berakhir di puncak kehidupan? Gerak langkah makhluk-makhluk Allah baik hewan dan benda-benda alam semesta lainnya tdk lepas dari perhatian dan aturan-Nya, termasuk hal-hal kecil seperti jatuhnya daun-daun kering, dahan, dan ranting, semuanya berada dalam ketetapan-Nya semata. Sungguh perhatian Allah terhadap segenap makhluk-Nya sangatlah luar biasa!
Sejak kecil kita diasuh dengan kasih sayang dan rasa cinta. Betapa besar perhatian orangtua terhadap putra-putri-nya. Setelah dewasa kita pun mengalami proses rasa cinta, kasih sayang, serta merasakan kehangatannya.
Disini, sesungguhnya Allah sedang menitipkan cinta dan kasih sayang pada kehidupan anak manusia agar bisa sampai menuju ke hadirat-Nya. Oleh karena cinta kasih sayang itu menumbuhkan perhatian, maka ketika umur manusia sampai pd usia senja, kita dituntut memahami, mengembangkan makna cinta dan kasih sayang terhadap Pemberi dan Pemilik cinta tersebut [Mahabbatillah].
Perhatian manusia dewasa selayaknya menjadi fokus kepada Allah Azza wa Jalla, Hasyrat, minat, dan kehendaknya sepantasnya sesuai dengan kehendak-Nya pula.
Perasaan takut dan cemas lepas dari perhatian-Nya (khauf) dan besar harapan guna meraih ridha-Nya (raja') laksana kendali untuk meningkatkan kedudukannya di hadapan Sang Maha Pencipta.
Allah SWT Berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Katakanlah (Muhammad),"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Mah Penyayang." (QS.Ali-Imran [3]:31)
Pengabdian seorang hamba terhadap Tuhannya memiliki kedudukan:
- Takut akan ancaman dan akibat-Nya;
- Karena malu terhadap segala macam pemberian-Nya;
- Karena mengharapkan keridhaan-Nya;
- Karena CINTA kepada-Nya.
Inilah wujud daripada ibadah seorang Insan kamil, yang menyembah-memuja Tuhan-nya, bukan karena mengharapkan surga atau takutkan neraka, melainkan karena mengharapkan ke-ridhaan dari Tuhan-Nya serta karena rasa Cinta yang sangat mendalam kepada Rabb-nya, sesuai dengan ikrar dirinya kepada Allah Azza wa Jalla, dan yang senantiasa di perbaharui-nya yaitu kalimat:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
"Katakanlah: SESUNGGUHNYA SHALATKU;-IBADAHKU;-HIDUPKU DAN MATIKU
adalah Untuk ALLAH TA'ALA semata."
0 Comments:
Post a Comment